Lonjakan Kasus Covid-19 di Jateng Belum Berhenti, Sejumlah RS Penuh
›
Lonjakan Kasus Covid-19 di...
Iklan
Lonjakan Kasus Covid-19 di Jateng Belum Berhenti, Sejumlah RS Penuh
Ada penambahan 970 kasus positif di Jawa Tengah. Sejumlah rumah sakit rujukan, seperti di Kabupaten Wonosobo dan Brebes, dalam kondisi penuh. Di sisi lain, kedisiplinan masyarakat akan protokol kesehatan semakin melemah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
WONOSOBO, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Tengah terus terjadi setelah ada tambahan 970 kasus dalam sehari. Sejumlah rumah sakit rujukan, seperti di Wonosobo dan Brebes, penuh. Di sisi lain, kedisiplinan masyarakat akan protokol kesehatan justru melemah.
Menurut data laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng yang dimutakhirkan Sabtu (28/11/2020) pukul 12.00, terdapat 53.821 kasus positif kumulatif. Sebanyak 8.682 orang dirawat, 41.540 orang sembuh, dan 3.599 orang meninggal. Ada penambahan 970 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Sementara menurut laporan media harian Satgas Penanganan Covid-19 pusat, Sabtu (28/11), terdapat tambahan 1.118 kasus positif di Jateng. Dalam lebih dari dua pekan terakhir, Jateng berada di urutan dua provinsi dengan penambahan kasus harian terbanyak setelah DKI Jakarta.
Salah satu kontributor peningkatan kasus Covid-19 di Jateng ialah Kabupaten Wonosobo. Dalam beberapa hari terakhir, penambahan kasusnya signifikan. Menurut data Pemkab Wonosobo, Sabtu, tercatat 2.787 kasus positif kumulatif dengan rincian 1.030 orang dirawat, 1.607 orang sembuh, dan 150 orang meninggal.
Data Dinas Kesehatan Wonosobo menyebutkan, ada 167 tempat tidur ruang isolasi di tiga RS rujukan, ketiganya lini dua, yakni RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo, RS Islam Wonosobo, dan RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Adapun di lima titik sentra isolasi, total terdapat 252 tempat tidur.
”Semuanya sedang penuh, bahkan sampai inden (memesan lebih dulu). Kalau pasien sudah dalam kondisi berat, kami rujuk ke RS lini satu di luar kota,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Wonosobo Jaelan Sulat, dihubungi dari Semarang, Sabtu malam.
Di Kabupaten Brebes, RS rujukan juga penuh. Total kapasitasnya sekitar 300 tempat tidur dan 160 unit di antaranya di RSUD Brebes yang menjadi RS rujukan utama.
”Kondisinya relatif penuh, tetapi keluar-masuk. Jadi, ada yang sembuh dan pulang kemudian terisi kembali. Namun, sejauh ini masih bisa menampung dan tak harus sampai membuat tenda (darurat),” ujar Kepala Dinas Kesehatan Brebes Sartono.
Sebelumnya, juru bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Solo Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, ”Rumah sakit penuh. Terjadi antrean pasien Covid-19 di IGD (instalasi gawat darurat) kami.” (Kompas, 28/11)
Menurut dia, kondisi serupa juga terjadi di rumah sakit di seluruh Solo. Kesulitan mencari kamar kosong dan harus antre membuat korban bisa meninggal di luar rumah sakit dan kemungkinan tak terdata.
Kedisiplinan melemah
Jaelan Sulat menuturkan, salah satu pemicu lonjakan kasus di Wonosobo adalah melemahnya kedisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan. Di sisi lain, banyak penolakan warga saat hendak dites. Hal itu memicu munculnya kluster keluarga dan sosial.
”Pencegahan tahap awal, 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) sudah mulai lemah, karena itu kami gencarkan di tehap berikutnya, yakni 3T (testing, tracing, treatment). Kami benar-benar memastikan yang dinyatakan sembuh itu sudah dua kali negatif tes usap,” kata Jaelan.
Menurut dia, hal penting dalam pengendalian ialah arahan atau keputusan dari pemerintah pusat, termasuk terkait pembatasan. Penanganan dan kebijakan dari masing-masing kabupaten/kota dianggap tak optimal. Apabila setiap daerah berjalan sendiri-sendiri, penambahan kasus sulit terkendali, terlebih jika di kabupaten/kota di sekelilingnya juga terdapat banyak kasus.
Sartono menuturkan, pihaknya terus menegakkan pencegahan, promotif (peningkatan kesehatan), dan kedisiplinan warga. ”Teman-teman dari satpol PP terus berpatroli. Itu terus kami upayakan karena kita tidak boleh menyerah,” ujarnya.