Juara Grand Slam AS Terbuka 2020, Dominic Thiem, seolah tak sabar menanti musim 2021. Petenis putra nomor tiga dunia itu mencari tantangan baru, yaitu mengejar medali emas di Olimpiade Tokyo pada Juli mendatang.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Setelah sukses menjalani kompetisi musim 2020, Dominic Thiem (27) menatap panggung lebih besar pada 2021. Petenis Austria itu membidik medali emas Olimpiade Tokyo. Dia terinspirasi Nicolas Massu (41), pelatihnya yang pernah memberikan medali emas untuk Chile.
Motivasi Thiem mengibarkan bendera Austria di panggung persaingan atlet dari seluruh dunia itu menjadi salah satu bentuk pengaruh Massu yang menjadi pelatihnya sejak awal 2019. Mantan petenis peringkat kesembilan dunia itu telah membangun kepercayaan diri Thiem untuk mengatasi kondisi sulit.
Berkatnya, Thiem keluar dari zona nyaman. Ia akhirnya bisa tampil bagus di luar lapangan tanah liat yang semula menjadi spesialisasinya. Bersama Massu, Thiem menjuarai ATP Masters 1000 Indian Wells 2019, mencapai final Grand Slam Australia Terbuka 2020, dan menjadi juara AS Terbuka 2020. Semuanya digelar di lapangan keras.
Serangkaian prestasi tersebut mengantarkannya ke peringkat ketiga dunia, di bawah Novak Djokovic dan Rafael Nadal. Peringkat ketiga dunia adalah posisi tertinggi Thiem sejak bersaing di arena tenis profesional pada 2011.
Inspirasi Thiem
Massu akhirnya menginspirasi Thiem untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020 yang akan digelar 24 Juli-9 Agustus 2021. Ajang empat tahunan itu ditunda setahun akibat pandemi Covid-19.
Massu menjadi salah dari hanya tiga petenis yang menyumbangkan dua emas bagi negaranya dalam satu Olimpiade. Dia meraihnya di Athena 2004 dari nomor tunggal putra dan ganda putra, bersama Fernando Gonzalez.
Dua petenis lainnya dengan prestasi serupa adalah Williams bersaudara. Venus mendapatkannya dari tunggal dan ganda putri (bersama Serena) di Sydney 2000, adapun Serena di London 2012. Emas ganda putri diraihnya bersama Venus, sang kakak.
Bagi atlet, atmosfer Olimpiade pasti terasa unik. Saya ingin merasakannya.(Dominic Thiem)
Seandainya Olimpiade digelar tahun ini, Thiem sudah dipastikan absen karena adanya konflik terkait kontrak dengan turnamen yang diselenggarakan di Kitzbuhel, Austria. Sementara, di Rio de Janeiro 2016, Thiem tak ikut serta karena lebih memilih tampil pada turnamen ATP. Dia menjadi bagian dari sejumlah petenis dunia yang tidak tertarik tampil di Olimpiade karena tak menyediakan poin di peringkat dunia.
Berubah pandangan
Berkat Massu, pandangan Thiem terhadap Olimpiade pun kini berubah. ”Saya berubah pikiran. Itu menjadi mimpi saya (tampil di Olimpiade),” ujar Thiem di sela-sela keikutsertaannya dallam turnamen Final ATP 2020 di London, Inggris, 15-22 November lalu.
Dia pun menyebut, awal ketertarikannya tampil di Olimpiade adalah ketika menonton final Olimpiade 2016, antara Andy Murray dan Juan Martin Del Potro. Laga itu lantas dimenangi Murray.
Ambisi Thiem menyamai Murray itu ditegaskannya lewat pernyataan dalam laman resminya yang berjudul, ”A Medal is My Dream!”. ”Saya telah mempertimbangkannya dalam waktu lama. Tahun depan, Olimpiade akan masuk agenda saya. Saya sangat menantikannya, bersaing untuk medali,” katanya dikuti Tennis.com.
”Pelatih saya, Nicolas Massu, memenangi dua emas di Athena 2004. Dia bercerita, itu menjadi momen penuh emosi. Bagi atlet, atmosfer Olimpiade pasti terasa unik. Saya ingin merasakannya,” pungkas Thiem.
Tenis menjadi bagian dari cabang olahraga yang digelar pada Olimpiade modern pertama di Athena 1896, tetapi sempat dicoret setelah Paris 1924. Cabang ini kembali menjadi bagian dari Olimpiade sejak Seoul 1988.
Setelah dikalahkan Daniil Medvedev dalam laga puncak Final ATP, turnamen tenis terakhir pada 2020, Thiem kini beristirahat sejenak di kediamannya. Waktu istirahat itu dimanfaatkannya untuk mengisi kembali energi sekaligus menanti kepastikan penyelenggaraan turnamen Grand Slam di Australia yang akan mengawali kompetisi 2021.
Peraturan karantina dua pekan dan penutupan perbatasan negara bagian menjadi kendala yang masih harus diselesaikan Asosiasi Tenis Australia (TA). Saat ini, mengemuka usulan untuk memulai Grand Slam Australia 2021 pada Februari, alih-alih 18-31 Januari mendatang.
“Saat ini, tak ada sesi latihan untuk saya jalani. Tak ada juga acara lain. Saya hanya akan menyalakan telepon seluler sebentar saja. Saya ingin mengisi kembali energi untuk target besar pada 2021 meskipun tak ada yang tahu akan seperti apa situasinya dan kapan kami bisa memulai di Australia,” katanya.