Sejumlah pengamat tinju menilai pertarungan Mike Tyson versus Roy Jones Jr, Minggu siang, adalah ”duel bunuh diri”. Tyson melihat hal sebaliknya. Duel itu menjadi upaya pembuktian pukulan bajanya tak lekang usia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LOS ANGELES, SABTU — Sekitar 15 tahun lalu, Mike Tyson pernah bersumpah tidak akan bertinju lagi. Ikrar itu lantas dicabutnya setelah berdamai melewati ribuan malam dengan batinnya. ”Si Leher Beton”, pada usia 54 tahun, akan kembali unjuk gigi menghadapi sesama mantan juara dunia, Roy Jones Jr (51).
Duel ekshibisi kedua petinju kawakan itu akan digelar pada Minggu (29/11/2020) siang WIB di Staples Center, Los Angeles, Amerika Serikat. Duel ini adalah yang pertama bagi Tyson seusai kalah dari Kevin McBride pada 2005. Ia pensiun tidak lama setelah laga itu.
Menurut Tyson, gairah tinju di dalam dirinya kini telah kembali. ”Di pertarungan terakhir, saya tidak tertarik sama sekali. Kini, saya sangat antusias. Saya siap menjadi petarung lagi, melempar pukulan, dan menghibur penggemar,” katanya.
Tyson seperti terlahir kembali. Petinju yang pernah dijuluki ”Pria Ternakal di Bumi” itu telah berdamai dengan masa lalunya yang penuh kontroversi. Ia sadar pernah besar sekaligus hancur karena tinju. Bermodal pengalaman tersebut, dia ingin kembali ke olahraga yang dicintainya itu dan menyapa penggemarnya di ring tinju.
”Duel bunuh diri”
Meski begitu, keyakinan Tyson kembali dari pensiun akan diuji dalam pertarungan selama delapan ronde. Beberapa pengamat hingga promotor menjuluki laga ini sebagai ”duel bunuh diri”. Gabungan usia kedua petinju itu adalah 105 tahun. Ini adalah gabungan usia yang sangat besar untuk olahraga bela diri penuh kontak fisik itu.
Keraguan terbesar adalah soal kondisi fisik mereka, terutama Tyson. Ia memang telah berlatih keras dan menurunkan berat badannya sampai 40 kilogram sejak awal tahun. Bobot tubuhnya kini hanya 99,9 kg, serupa kondisinya saat muda.
Menurut Mirror, salah satu lawan latihan Tyson harus pulang dengan kehilangan satu buah gigi setelah terkena kombinasi pukulannya itu.
Tubuhnya memang kembali indah dengan tumpukan otot kering. Namun, yang perlu diingat, duel nanti bukanlah kontes binaraga alias adu keindahan otot dan bentuk tubuh.
Pertarungan akan berlangsung keras. Latihan intens selama kurang dari setahun hanyalah waktu singkat dari belasan tahun gaya hidup kurang sehatnya seusai pensiun.
George Foreman, legenda hidup tinju dunia, pun menilai, duel itu bisa berbahaya bagi Tyson. Ia khawatir reuni indah di ring tinju itu bisa berujung bencana.
”Ini kegilaan sesaat. Seperti orang yang ingin mengarungi laut dengan perahu. Dia merasa akan damai dan indah ketika sampai di tengah laut. Kemudian, yang ada justru ombak besar mengempasnya,” ujar Foreman yang pernah kembali tampil seusai pensiun dan bertinju hingga usia 48 tahun.
Adapun Jones, dengan bobot 94,2 kg, tampak tidak punya otot setebal Tyson. Namun, dia jauh lebih unggul dalam hal kebugaran karena baru pensiun sekitar dua tahun lalu. Pada duel terakhirnya, Februari 2018, dia bahkan menang atas Scott Sigmon dalam sepuluh ronde.
Kunci kemenangan
Di tengah segala keraguan akan fisiknya, Tyson tetap difavoritkan memenangi duel tersebut. Beberapa rumah judi di AS menempatkan petinju dengan pukulan keras mematikan tersebut sebagai unggulan.
Kunci kemenangan memang ada dalam genggaman Tyson. Dia tidak perlu cemas kehabisan napas terlalu dini mengingat setiap ronde hanya akan berlangsung selama dua menit.
Namun, petinju dengan rekor 79 persen kemenangan knock out (KO) itu harus bisa terus menempel Jones. Dia tidak boleh berjarak untuk dapat mengeluarkan kombinasi pukulan brutal hook dan uppercut ke rahang ataupun rusuk lawan.
Jika mendapatkan jarak ideal, Tyson tidak akan butuh waktu lama untuk membuat Jones tersungkur. Apalagi, kombinasi pukulan mematikannya itu telah kerap dilatih, beberapa bulan terakhir. Menurut Mirror, salah satu lawan latihannya harus pulang dengan kehilangan satu buah gigi setelah terkena kombinasi pukulannya itu.
”Saya akan melemparkan pukulan. Sisanya bergantung pada Roy. Saya akan mendatanginya. Dia tidak perlu khawatir tentang saya. Saya akan selalu berlari ke arahnya,” ujar Tyson, mantan juara dunia kelas berat termuda sepanjang sejarah.
Sebaliknya, Jones punya obat menangkal kebrutalan Tyson. Jones, mantan juara dunia tinju di empat kelas berbeda, unggul dalam kecepatan dan jangkauan pukulan. Keunggulan itu bisa mencegahnya terkena pukulan hook mematikan Tyson. Jika mampu meredam lawannya itu hingga ronde akhir, keuntungan akan berbalik ke arahnya.
Jones bukanlah petinju naif yang mau bertarung terbuka tanpa strategi. Dia sangat cerdik dengan segudang pengalaman prestasi juara dunia, baik profesional maupun amatir. ”Tyson sangat berbahaya ketika dalam jarak jangkauannya. Saya akan memanfaatkan kecepatan,” kata peraih medali perak Olimpiade Seoul 1988 tersebut.
Ketidakpastian
Di tengah tingginya antusiasme kedua peserta dan penggemar tinju, laga ini masih dibayangi ketidakpastian peraturan. Sebelumnya, Komisi Atletik Negara Bagian California (CSAC) memutuskan, tidak akan ada pemenang dalam duel itu laiknya pertarungan ekshibisi.
Namun, promotor pertarungan, Triller, mengumumkan, akan ada pemenang ataupun KO dalam duel Tyson vs Jones Jr. Mereka menghadirkan juri sendiri dari WBC untuk menilai pertarungan, yaitu Christy Martin, Vinny Pazienza, dan Chad Dawson.
Trio juri itu akan menilai para petinju dari jarak jauh jika laga itu berakhir tanpa pemenang setelah delapan ronde. Pemenangnya akan diumumkan, tetapi tidak akan dicatat dalam rekor profesional kedua petinju.
Kondisi petinju dan peraturan yang penuh tanda tanya membuat duel ini bisa berakhir mengejutkan. Hasilnya bisa sesuai ekspektasi tinggi, yaitu ada juara dan petinju KO. Atau, itu justru berakhir antiklimaks.
Menurut analis tinju, Steve Bunce, duel ini bukanlah tinju sebenarnya. ”Itu hanya sebuah karnaval yang fenomenal,” ujarnya. (AP/REUTERS)