Jumlah Pasien Bergejala Terus Naik, Wisma Atlet Terancam Tak Lagi untuk OTG
›
Jumlah Pasien Bergejala Terus ...
Iklan
Jumlah Pasien Bergejala Terus Naik, Wisma Atlet Terancam Tak Lagi untuk OTG
Melihat tren jumlah pasien Covid-19 yang bergejala terus meningkat, pengelola Wisma Atlet pun sudah menyiapkan skenario menjadikan seluruh menara sebagai tempat perawatan khusus pasien Covid-19 bergejala.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA/HELENA F NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pasien positif Covid-19 yang bergejala di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, terus naik melampaui jumlah pasien tanpa gejala atau kerap disebut OTG. Itu membuat satu menara khusus isolasi mandiri OTG di sana, Menara 4, ”dikorbankan” untuk menambah tempat perawatan pasien bergejala.
”Ini sudah dimulai sejak Jumat (27/11/2020) lalu,” ucap Komandan Lapangan Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin saat dihubungi pada Minggu (29/11/2020).
Sebelumnya terdapat dua menara untuk merawat pasien bergejala, yaitu Menara 6 dan 7 yang disebut RSDC. Adapun dua menara lainnya dialokasikan untuk isolasi pasien tanpa gejala, yakni Menara 4 dan 5 yang dinamakan Flat Isolasi Mandiri. Kini, RSDC terdiri atas Menara 4, 6, dan 7, sedangkan Flat Isolasi Mandiri hanya Menara 5.
Berdasarkan data hingga Minggu pukul 06.00, pasien bergejala di Menara 6 berjumlah 876 orang dan membuat tingkat keterisian di sana 67,38 persen. Pasien bergejala di Menara 7 sebanyak 1.321 orang sehingga tingkat okupansinya 83,71 persen. Adapun pasien bergejala di Menara 4 baru 60 orang (okupansi 3,88 persen), tersisa 1.486 tempat tidur lagi.
Namun, Arifin mengatakan, karena semua pasien tanpa gejala dipusatkan di Menara 5, tingkat hunian menara ini sudah 81,15 persen, dengan jumlah pasien 1.274 orang. ”Karena sudah 80 persen lebih, pasien tanpa gejala dialihkan ke (Wisma Karantina) Pademangan. Pademangan pun sudah 70 persen lebih, jadi dialihkan ke hotel-hotel,” ujarnya.
Arifin menyebutkan, pemerintah daerah bakal mencari cara lagi seandainya hotel-hotel yang tersedia sudah tidak mampu menampung tambahan pasien tanpa gejala.
Melihat tren jumlah pasien bergejala yang terus meningkat, pengelola Wisma Atlet pun sudah menyiapkan skenario jika RSDC penuh meski Menara 4 sekarang baru terisi 3,88 persen. Skenarionya, menjadikan semua tempat perawatan di Wisma Atlet, termasuk Menara 5, khusus untuk melayani pasien bergejala. Dengan demikian, pasien tanpa gejala terancam tidak bisa lagi dikirim ke Wisma Atlet untuk isolasi.
Arifin menuturkan, dilaksanakan atau tidaknya skenario tersebut bergantung kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan. ”Masyarakat sebagai hulu, kami sebagai hilir. Jika di hulu tidak bisa dikendalikan, semua larinya ke hilir,” ucapnya.
Arifin pun berharap pemerintah mengambil kebijakan yang tepat terkait pelaksanaan libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Sebab, mobilitas warga untuk berwisata atau pergi ke luar kota terbukti menyumbang tambahan kasus Covid-19 secara signifikan.
Ia mencontohkan, Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu merujuk 20 pasien positif ke Wisma Atlet. Mereka semua merupakan bagian dari rombongan wisatawan ke Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang pergi menggunakan satu bus.
Koordinator Operasional Wisma Atlet Kolonel (Ckm) dokter Stefanus Dony Guntur menambahkan, penambahan pasien Wisma Atlet juga dikontribusikan oleh kegiatan yang menimbulkan kerumunan di Petamburan, Jakarta Pusat, serta Tebet, Jakarta Selatan. Ini menjadi pelajaran agar masyarakat menghindari ikut atau terlibat dalam acara-acara yang tidak memungkinkan untuk saling menjaga jarak fisik.
Sementara itu, dokter Weningtyas Purnomorini, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes DKI Jakarta, memaparkan, dari 98 RS rujukan Covid-19 di Jakarta, keterisian tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19 hari Minggu sudah 79 persen, sedangkan untuk unit pelayanan intensif (ICU) 72 persen. Padahal, DKI sebelumnya mencatat terdapat tren penurunan tingkat keterisian.
Angka secara berturut-turut dari 10 Oktober, 17 Oktober, 24 Oktober, 31 Oktober, dan 7 November untuk keterpakaian tempat tidur isolasi harian yaitu 66 persen, 63 persen, 59 persen, 54 persen, dan 56 persen. Adapun angka untuk keterpakaian ruang ICU secara berturut-turut 67 persen, 66 persen, 62 persen, 59 persen, dan 60 persen.
Weningtyas mengatakan, DKI terus berupaya meningkatkan kapasitas perawatan pasien Covid-19 di RS Umum Daerah, baik yang sepenuhnya didedikasikan untuk penanganan penyakit itu maupun pada yang masih campuran (Covid-19 dan non Covid-19). Selain itu, berupaya memperbesar kapasitas juga di RS-RS rujukan Covid-19 selain RSUD.