Lima Dekade Mitsubishi Fuso Perkasa di Pasar Truk
Tak mudah mempertahankan posisi pangsa pasar di tengah pandemi Covid-19. Mitsubishi Fuso dalam perjalanan 50 tahun di Indonesia ingin tetap menduduki peringkat pertama pangsa pasar kendaraan komersial tahun 2020.
”Mengejar posisi terbaik jauh lebih mudah daripada mempertahankan posisi terbaik.” Tiga tahun silam, kalimat itu disadari sepenuhnya oleh PT Krama Yudha Tiga Berlians Motors (KTB). Itu sebabnya, perusahaan tersebut terus berbenah dan berupaya keras memperbaiki kualitas agar mampu mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar truk di Indonesia.
Saat itu, perusahaan asal Jepang tersebut sedang memperbaiki kualitas produksi truk Mitsubishi Colt Diesel. Truk Mitsubishi Fuso Colt Diesel yang dikenal luas dengan sebutan ”Si Kepala Kuning” itu, berhasil mendominasi pasar pasar truk kategori 2 Indonesia selama 33 tahun terakhir karena ketahanan, kekuatan, dan kemudahan perawatannya.
Tantangannya, pemerintah mensyaratkan, setiap kendaraan bermotor yang diproduksi tahun 2007 harus memenuhi standar persyaratan emisi gas buang Euro 2, termasuk Mitsubishi Fuso yang berada di tengah kompetisi Nissan Diesel, Toyota, Isuzu, dan Hino. Saat itu, KTB berusaha memenuhi peraturan pemerintah tanpa mengorbankan ketangguhan (performa) dan keandalan dari truk-truk diesel yang mereka produksi.
Ketangguhan ”Si Kepala Kuning” bisa kita lihat, antara lain di kawasan tambang pasir Gunung Merapi. Kita dengan mudah menemukan truk ini hilir mudik di sekitar aliran Sungai Gendol, Sleman, DI Yogyakarta. ”Si Kepala Kuning” mampu menelusuri jalan terjal dan berbatu di kawasan Merapi hingga sampai di bibir sungai, bahkan sebagian rodanya masuk ke aliran sungai.
Tepat 15 Desember 2020, perjalanan kendaraan komersial Mitsubishi Fuso—yang secara keseluruhan tetap dikenal sebagai ”Si Kepala Kuning” memasuki usia lima dekade. Untuk menuju kegemilangan pada 50 tahun berikutnya, diperlukan motivasi lebih kuat lagi untuk mempertahankan posisi di pasar kendaraan komersial di Tanah Air. Mampukah ”Si Kepala Kuning” mempertahankan pangsa pasar di tengah kondisi dunia otomotif yang lesu darah akibat pandemi Covid-19 setidaknya sejak Maret hingga November 2020.
Saat awal 2020, penjualan Mitsubishi Fuso ditargetkan mencapai sebanyak 46.900 unit. Satu bulan pertama sebelum pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, perusahaan masih optimisme target tersebut bakal tercapai.
Mantan Presiden Direktur KTB Atsushi Kurita pernah mengatakan, pasar otomotif dunia mengalami masa sulit pada 2019. Begitu pula di Indonesia, kondisi pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian pasar global sehingga permintaan menurun 19 persen dibandingkan dengan tahun 2018.
Meski demikian, KTB berhasil mempertahankan posisi absolute market leader dengan pangsa pasar 44,2 persen atau meningkat 0,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Salah satu faktornya adalah kehadiran produk baru di segmen medium dutty truck (MDT) bernama Fighter. Sebanyak 15 varian Fighter menawarkan solusi bisnis kepada konsumen di Indonesia.
Penetapan target penjualan tahun 2020 sebesar 46.900 unit itu sudah berdasarkan analisis dan performa pasar sepanjang 2019. Total kendaraan niaga yang berhasil dipasarkan saat itu mencapai 94.323 unit, turun 19 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 116.421 unit.
Situasi berubah drastis
Situasi begitu cepat berubah, bahkan boleh dibilang sangat drastis bagi industri kendaraan komersial. Dalam delapan bulan, optimisme menggapai untuk target penjualan pada 2020 benar-benar diuji.
”Semua industri merasakan. Dampak Covid-19 berimbas pada pertumbuhan ekonomi secara global, termasuk dialami Indonesia. Ibaratnya, (penjualan) truk itu larinya bergantung pada aktivitas ekonomi. Begitu sektor ekonomi mandek, pelaku usaha yang menggunakan truk bersikap wait and see atau malah menunda pembelian truk,” kata Direktur Penjualan dan Pemasaran KTB Duljatmono di Jakarta, Senin (23/11/2020).
Ia menambahkan, pelanggan Mitsubishi Fuso selama ini didominasi oleh industri logistik dan industri perkebunan di posisi pertama dan kedua. Di posisi ketiga ditempati secara bergantian oleh industri infrastruktur, pertambangan, dan konstruksi.
Praktis, target penjualan bakal ikut terkoreksi. Berdasarkan data yang dikeluarkan KTB, penjualan ritel Mitsubishi Fuso yang tiga bulan awal tercatat cukup tinggi, seakan terjun bebas. Januari 2020 sebesar 2.949 unit, Februari 3.086 unit, dan Maret 2.473 unit. Kemudian, April turun menjadi 1.119 unit dan Mei 844 unit. Namun, sejak Juni penjualan mulai menunjukkan tren kenaikan lagi menjadi 1.591 unit, Juli 1.583 unit, Agustus 1.486 unit, September 1.886 unit, dan Oktober 1.990 unit.
Total penjualan secara ritel pada Januari-Oktober 2020 baru mencapai 19.007 unit. Masih begitu jauh dari target tahun 2020 sebesar 46.900 unit. Dengan penjualan sebesar itu, pangsa pasar Mitsubishi Fuso di tengah kompetisi kendaraan komersial pada Januari-Oktober 2020 masih mampu bertahan sebesar 48,7 persen.
Total permintaan pasar kendaraan niaga Januari-Oktober 2020 hanya sebesar 39.062 unit atau turun drastis mencapai minus 49,7 persen. Sebelumnya, permintaan pasar kendaraan niaga tahun 2019 bisa mencapai 77.662 unit.
Duljatmono meyakini, situasi yang terjadi akibat Covid-19 bersifat kondisional. Setiap adanya krisis, peluang untuk bangkit kembali akan tetap ada. Menurut dia, krisis tahun 2008 terasa lebih berat dibandingkan sekarang. Krisis 2008 langsung menyentuh sektor ekonomi, terutama perbankan. Bisnis yang mengandalkan ketersediaan truk mengalami kondisi sangat berat karena pembelian truk sebesar 80-90 persen bergantung pada kredit perbankan.
”Kami yakin, situasi saat ini hanya kondisional. Indonesia tetap maju, tumbuh dan berkembang. Ekonomi yang bangkit kembali akan semakin kuat sehingga Mitsubishi Fuso bisa mengambil peran dalam mendukung alat transportasi yang tangguh,” ujar Duljatmono.
Presiden Direktur PT Mitsubishi Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Naoya ”Rocky” Takai mengingatkan, situasi ini tidak mengubah komitmen Mitsubishi Fuso kepada konsumen. Sangat dipahami, banyak konsumen kini sedang berjuang pada masa-masa sulit ini. Mitsubishi terpanggil untuk tetap bertanggung jawab menyediakan solusi bisnis kepada konsumen.
Fuso mengantisipasi ODOL
Dony Hermawan, Head of PR dan CSR Department KTB, mengatakan, pada 2020 pihaknya menyadari betul banyaknya tantangan yang dihadapi para pemain kendaraan komersial, terutama di sektor industri dan bisnis. Hal ini karena situasi pasar yang masih struggling.”
Namun, regulasi baik secara nasional maupun global bisa menjadi alat untuk mempersiapkan diri dengan penyesuaian model dan spesifikasi menghadapi pasar tahun ini. Penyesuaian itu termasuk menghadapi kebijakan pemerintah yang fokus pada over dimension over loading (ODOL) dan menyesuaikan kebijakan bahan bakar B-30.
Azas Tigor Nainggolan, Analis Kebijakan Transportasi dari Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia, beberapa pekan lalu, menyatakan keprihatinannya terhadap persoalan ODOL. Sayangnya, jalan tol yang panjang dan lancar ini dikotori oleh truk-truk yang dimodifikasi secara ilegal dan kelebihan muatan.
”Keberadaan truk-truk ODOL ini terjadi karena kurangnya pengawasan dan penegakan hukum lalu lintas di jalan raya juga jalan tol. Maraknya truk ODOL ini jelas membahayakan pengguna jalan lainnya dan merusak kualitas jalan. Perlu adanya ketegasan dan kemauan pemerintah menegakan peraturan keselamatan lalu lintas di jalan raya,” kata Tigor.
Menurut Tigor, memodifikasi truk kendaraan bermotor menjadi ODOL adalah sebuah pelanggaran kukum dan membahayakan pengguna jalan raya. Tujuan mengubah atau memodifikasi kendaraan bermotor itu dilakukan pemiliknya untuk menambah dimensi dan menambah kapasitas angkut kendaraan yang bersangkutan. Modifikasi ini pada akhirnya tidak lagi sesuai dengan standar pabrikan.
Perubahan kondisi dimensi kendaraan bermotor dan over loading ini juga menyebabkan cepat rusaknya jalan raya. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), kerugian kerusakan jalan akibat kondisi ODOL mencapai sebesar Rp 43 triliun per tahun.
Duljatmono pun menyadari, persoalan ODOL sudah berada di luar kewenangan pabrikan Mitsubishi karena pembangunan bodi truk sesuai dengan kebutuhan pelanggan berada di industri karoseri. Pihaknya hanya bisa merekomendasikan kepada pelanggan untuk mengikuti aturan yang berlaku saat ini.
”Dari sudut industri Mitsubishi, kami hanya memproduksi yang memenuhi standar laik jalan. Sementara itu, industri karoseri membangun bodi truk sesuai kebutuhan konsumen,” ujar Duljatmono.
Paling tidak, kata Duljatmono, dahulu pihaknya lebih intens melakukan edukasi agar konsumennya mematuhi peraturan pemerintah. Namun, melihat edukasi yang diberikan juga tidak sepenuhnya bisa diterima oleh pelanggan, Mitsubishi Fuso akhirnya membuat inovasi terbaru dengan memproduksi Mitsubishi Fighter 6x2 Long Version. Dengan panjang dari bagian depan hingga belakang sepanjang 9,8 meter atau 40 sentimeter lebih panjang dari generasi sebelumnya, diharapkan konsumen tidak perlu lagi mengubah dimensinya lagi.
Inovasi tiada henti
Selain inovasi dimensi sasis, Mitsubishi pun terus melahirkan berbagai inovasi. Di tengah Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, 3-14 Desember 2007, Mitsubishi menghadirkan dua kendaraan ramah lingkungan, yakni mobil listrik mungil i-MIEV dan truk Canter Eco Hybrid.
Canter Eco Hybrid menyandang mesin diesel 3.0 Liter (2.977 cc), 4 silinder segaris, serta menghasilkan tenaga maksimum 123 PK dan torsi maksimum 294 Nm. Mesin tersebut mendapatkan tambahan tenaga dari motor listrik yang menghasilkan tenaga maksimum 47 PK dan torsi maksimum 200 Nm, yang mendapatkan listrik dari baterai manganese Li- ion dengan tegangan 346 Volt.
Memasuki 50 tahun perjalanannya, KTB menghadirkan teknologi terbarunya lagi yakni Mitsubishi e-Canter dalam perhelatan Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2020 awal Maret lalu. Mitsubishi bergerak dari teknologi hibrida menuju teknologi listrik murni atau battery electric vehicle.
Truk listrik ini sebetulnya sudah dipasarkan di sejumlah negara pada 2017 dan mencuri perhatian pengunjung pameran kendaraan komersial ini. Teknologi truk listrik diklaim sebagai teknologi pertama di dunia.
Truk listrik berdesain boks logistik itu dinamakan Mitsubishi e-Canter. Desainnya berwarna biru mengilap berada di salah satu sudut berdekatan dengan sejumlah kompetitor kendaraan komersial lainnya. Model 7C18/FEB80 ini menggunakan tenaga listrik murni. Energi listrik 135 kilowatt (kW) dari baterainya mampu menghasilkan tenaga maksimum 184 PS dan torsi puncak 390 Nm. Dengan angka-angka tersebut, truk ini memiliki daya angkut maksimum 2-4 ton.
Dari desain eksteriornya, enam modul baterai diletakkan di sisi bawah belakang. Namun, posisi baterai ini diberi penutup dan diproteksi dengan menggunakan rangka baja yang cukup kuat. Dalam kondisi baterai terisi secara penuh, truk dapat menempuh jarak 100 kilometer.
”Ya, itu salah satu produk teknologi inovatif kami. Bagi masyarakat Indonesia, tentunya truk listrik murni ini masih dipandang sebagai konsep masa depan. Sementara, bagi negara-negara yang sudah siap secara infrastruktur kelistrikannya, truk ini sudah bisa dimiliki,” kata Duljatmono.
Truk listrik Mitsubishi e-Canter sebagai urban city sudah beroperasi di sejumlah kota, antara lain, di New York, Tokyo, Berlin, London, Amsterdam, Paris, Copenhagen, dan Lisabon. Kota-kota ini memang sudah siap dengan infrastruktur kelistrikannya.