Pembunuhan Fakhrizadeh Membahayakan Jalan Diplomasi Biden
›
Pembunuhan Fakhrizadeh...
Iklan
Pembunuhan Fakhrizadeh Membahayakan Jalan Diplomasi Biden
Pemerintahan Joe Biden berpotensi dirugikan atas pembunuhan ilmuwan nuklir Iran oleh Israel. Dialog dan negosiasi Biden untuk kembali dalam Kesepakatan Nuklir Iran bisa terhambat oleh insiden ini.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
TEHERAN, MINGGU — Pembunuhan ilmuwan nuklir Iran terkemuka tidak hanya meningkatkan ketegangan di kawasan, tetapi juga ibarat meletakkan ”paku dalam sepatu diplomasi” Presiden AS terpilih Joe Biden yang akan melanjutkan kembali dialog dengan Iran.
Iran menuduh musuh bebuyutannya, Israel, telah ”menabur” kekacauan dengan membunuh Mohsen Fakhrizadeh (59), ahli nuklir Iran, dan menyiratkan dengan tegas tindakan ini dilakukan Israel atas restu AS. Washington tidak memberikan tanggapan atas operasi yang menargetkan Fakhrizadeh tersebut.
Kementerian Pertahanan Iran menyatakan, Fakhrizadeh yang oleh Israel dijuluki sebagai ”bapak” program nuklir Iran, meninggal Jumat lalu setelah terluka serius ketika penyerang menarget mobilnya dan terlibat baku tembak dengan pengawalnya di luar Teheran.
Akan tetapi, Presiden Donald Trump mencuit ulang unggahan pihak lain terkait insiden itu di Twitter. Salah satunya, yang menyatakan ilmuwan Iran itu telah ”dicari Mossad bertahun-tahun”.
New York Times menyatakan, seorang pejabat AS dan dua pejabat intelijen lainnya mengonfirmasi bahwa Israel berada di balik serangan tersebut. Namun, koran ini tidak menjelaskan lebih jauh soal informasi tersebut.
Mengganggu diplomasi
Akan tetapi, menurut sejumlah analis Amerika, pembunuhan Fakhrizadeh merupakan tindakan berbahaya yang melemahkan rencana Biden menawarkan ”jalur diplomasi kredibel” sebagai langkah awal AS untuk bergabung kembali dalam Kesepakatan Nuklir Iran 2015.
Mantan Direktur CIA pada era Presiden Obama, John Brennan, menulis di Twitter bahwa pembunuhan ilmuwan nuklir Iran itu merupakan ”tindak kejahatan dan sangat ceroboh”. Tindakan tersebut ”berisiko memicu reaksi balas dendam yang berbahaya dan babak baru konflik di kawasan”.
Brennan mendesak Iran untuk ”menunggu kembalinya kepemimpinan AS yang bertanggung jawab di panggung global dan menahan dorongan untuk membalas mereka yang bertanggung jawab”.
Bagi Ben Rhodes, mantan penasihat Presiden Obama, ”ini adalah tindakan keterlaluan yang bertujuan merusak diplomasi antara pemerintahan AS yang akan datang dan Iran”. Ia menambahkan, saatnya eskalasi ketegangan diakhiri.
Akan tetapi, sejumlah analis melihat pembunuhan Fakhrizadeh memberikan pengaruh pada pemerintahan AS yang akan datang yang bisa berguna dalam negosiasi dengan Teheran.
”Masih hampir dua bulan sebelum Joe Biden menjabat,” kata Mark Dubowitz, Direktur Foundation for Defense of Democracies (FDD). ”Banyak waktu bagi AS dan Israel untuk menimbulkan kerusakan pada rezim Iran—dan memberikan pengaruh pada pemerintahan Biden.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Sabtu (28/11/2020), mengatakan, prioritas pertama Iran setelah Fakhrizadeh terbunuh adalah menuntut ”hukuman definitif” atas mereka yang membunuh Fakhrizadeh dan mereka yang memerintahkannya.
Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel berada di balik pembunuhan itu. ”Kami akan merespons pembunuhan martir Fakhrizadeh pada waktu yang tepat,” katanya.
Tahun 2008, AS menjatuhkan sanksi kepada Fakhrizadeh atas ”aktivitas dan transaksinya yang berkontribusi pada pengembangan program nuklir Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah menggambarkan sosok Fakhrizadeh sebagai ”bapak” program nuklir Iran. Namun, berulang kali Iran menyangkal sedang mengembangkan program senjata nuklir.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang baru-baru ini berkunjung ke Israel, Jumat lalu, mengumumkan sanksi ekonomi baru terhadap perusahaan China dan Rusia karena telah mendukung program rudal Iran.
”Pemerintahan ini masih berjalan sampai 20 Januari dan akan terus melanjutkan kebijakannya,” kata seorang pejabat senior yang berkunjung ke Israel bersama Pompeo di Abu Dhabi.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak semua pihak untuk menahan diri untuk menghindari tindakan yang bisa memicu peningkatan eskalasi ketegangan di kawasan. ”Kami mengecam segala tindak pembunuhan di luar hukum,” ujar salah seorang juru bicara PBB. (AFP/AP)