Operasi militer di Tigray diklaim telah selesai. Namun, muncul kemungkinan perang gerilya seiring dengan ditariknya pasukan pemberontak sebelum pasukan pemerintah memasuki kawasan itu.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ADDIS ABABA, MINGGU — Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed, Sabtu (28/11/2020), mengatakan, operasi militer di wilayah Tigray telah selesai dan pasukan federal kini mengendalikan ibu kota kawasan itu. Ini merupakan perkembangan besar setelah perang selama tiga pekan yang mengguncang kawasan Tanduk Afrika itu.
”Saya senang memberi tahu bahwa kami telah menyelesaikan operasi militer di kawasan Tigray,” cuit Abiy di Twitter. Tidak sampai sejam sebelumnya, Abiy mengatakan, ”pemerintah federal sekarang mengendalikan penuh Kota Makelle.” Abiy juga menyebut serangan itu sebagai operasi hukum dan ketertiban.
”Tuhan memberkati Etiopia dan warganya!” kata Abiy. ”Kami telah memasuki Makelle tanpa jatuh korban warga sipil.”
Kini, polisi akan mengejar para pemimpin Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang memerintah kawasan itu dan mendominasi koalisi yang berkuasa di Etiopia sebelum Abiy naik berkuasa. Dalam pernyataannya, Abiy mengatakan, polisi federal akan terus mencari dan menahan ”penjahat” TPLF dan akan menyeretnya ke pengadilan.
Pemerintahan Abiy telah menuduh TPLF menghasut sehingga terjadi kerusuhan dan berupaya merebut kembali kekuasaan. Ia menuduh para pemimpin Tigray memulai perang dengan menyerang pasukan federal di sebuah pangkalan di Tigray. Sementara TPLF menyebutkan, serangan itu merupakan serangan antisipasi.
Sejauh ini, PM Abiy menolak upaya mediasi dengan para pemimpin TPLF termasuk ketika bertemu dengan tiga utusan khusus Uni Afrika, Jumat (27/11/2020).
Pemimpin TPLF yang telah memerangi pasukan Etiopia mengatakan, kelompoknya tidak menyerah. ”Kebrutalan mereka hanya akan menambah tekad kami untuk melawan penjajah ini sampai akhir,” kata pemimpin TPLF Debretsion Gebremichael dalam pesan singkat kepada Reuters. Ditanya, apakah itu berarti pasukannya akan terus berjuang, ia menjawab: ”Tentu. Ini adalah soal mempertahankan hak kami untuk menentukan nasib sendiri.”
Tidak jelas apakah ada pemimpin TPLF yang sudah menyerahkan diri. Dalam pesan terpisah, Debretsion mengatakan bahwa pasukan mereka ditarik dari sekitar kawasan Makelle.
Klaim dari kedua pihak, pemerintah dan pemberontak, sulit untuk diverifikasi karena jaringan telepon dan internet ke Tigray terputus dan dikendalikan secara ketat sejak pertempuran pecah pada 4 November 2020.
Pada Sabtu (28/11/2020), otoritas menyebutkan bahwa pasukan pemerintah telah memasuki tahap akhir serangan dan akan melindungi warga sipil di Makelle, kota dengan populasi sekitar 500.000 jiwa.
Abiy mengatakan, tentara telah mengamankan pembebasan ribuan pasukan dari Komando Utara Angkatan Darat yang berbasis di Tigray yang telah disandera oleh TPLF. Pasukan federal juga menguasai bandar udara, kantor pemerintah, dan fasilitas penting lainnya.
Pemerintah telah memberi TPLF ultimatum, yang berakhir hari Rabu, untuk menyerahkan senjata atau menghadapi serangan di kota.
Tidak jelas apakah pasukan federal telah menyita persediaan senjata Sabtu kemarin. Sebelumnya, pemerintah menyatakan di minggu pertama konflik bahwa target serangan udara mereka adalah perangkat keras militer yang dikuasai oleh pasukan Tigray.
Para diplomat dan pakar di kawasan menyebutkan bahwa kemenangan militer yang cepat bukan pertanda berakhirnya konflik. Dua diplomat mengatakan, pasukan Tigray telah ditarik mundur dari Makelle sebelum pasukan pemerintah masuk ke kota itu. Ini memunculkan kemungkinan perang gerilya yang bakal berjalan berlarut-larut.
Pasukan TPLF memiliki sejarah perlawanan perang gerilya dan memanfaatkan dataran tinggi Tigray serta batas negara sebagai keuntungannya ketika berperang melawan pemerintahan Marxis tahun 1980-an. (REUTERS/AP)