Kapolri Perintahkan Tindak Tegas Terduga Teroris Mujahidin Indonesia Timur
›
Kapolri Perintahkan Tindak...
Iklan
Kapolri Perintahkan Tindak Tegas Terduga Teroris Mujahidin Indonesia Timur
Pasca-pembunuhan empat warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis mengatakan, negara tak boleh kalah dengan teroris. Berkolaborasi dengan TNI, Polri buru kelompok Mujahidin Indonesia Timur.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis menegaskan bahwa negara tidak boleh kalah dengan kelompok teroris yang melakukan tindakan pembunuhan terhadap masyarakat apa pun dalihnya. Untuk itu, Satuan Tugas Tinombala telah diterjunkan untuk memburu mereka.
”Saya sudah bilang ke anggota, tindak tegas mereka. Jika ketemu lalu mereka melawan, tembak mati saja,” ujar Idham dalam keterangan tertulis, Senin (30/11/2020), di Jakarta.
Menurut Idham, Polri akan berkolaborasi dengan TNI yang juga telah menerjunkan pasukannya. Kerja sama ini dilakukan untuk mengepung atau mempersempit ruang gerak kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Awi Setiyono mengatakan, saat ini Satuan Tugas Tinombala yang didukung Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Brimob Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, dan TNI tengah mengejar kelompok Mujahiddin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora. Pengejaran difokuskan di sekitar kawasan pegunungan Lembantongoa, Kabupaten Sigi.
Saya sudah bilang ke anggota, tindak tegas mereka. Jika ketemu lalu mereka melawan, tembak mati saja. (Idham Azis)
Pengejaran difokuskan di kawasan itu karena selama ini kelompok MIT bergerak di sekitar pegunungan yang merupakan kawasan hutan di Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, hingga Poso.
”Kita tahu kejadian memilukan kemarin menjadi perhatian serius pemerintah dan kita doakan tim di sana segera menangkap Ali Kalora cs untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” kata Awi.
Awi mengatakan, Polri menghormati semua kritik dan saran masyarakat terhadap Satgas Tinombala yang dibentuk sejak 2016. Namun, Awi memastikan bahwa Satgas Tinombala bekerja keras menangkap kelompok MIT. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengejaran dilakukan di hutan belantara dengan cakupan wilayah yang luas dengan ketinggian di atas 2.000 meter di atas permukaan laut.
Saat ini, lanjut Awi, tercatat sebanyak 49 keluarga yang mengungsi di balai desa Lembantongoa. Terhadap mereka, Polda Sulteng telah mendistribusikan bantuan barang kebutuhan pokok yang berasal dari sumbangan masyarakat dan Polda Sulteng. Selain itu, kepolisian juga melakukan proses penyembuhan pascainsiden tersebut.
”Karena kita tahu para korban menyaksikan langsung kekejian tersebut,” ujar Awi.
Di lokasi pengungsian dan lokasi tempat kejadian perkara (TKP), kepolisian menempatkan 1 peleton pasukan Brimob dan 20 aparat gabungan anggota reserse dan anggota intelijen Polda Sulteng dan Polres Sigi.
Beri jaminan ke warga
Secara terpisah, Direktur International Association for Counterterrorism and Security Professionals (IACSP) Indonesia Rakyan Adibrata mengatakan, tantangan terbesar dalam mengejar kelompok MIT pimpinan Ali Kalora adalah medan yang luas berupa hutan lebat. Jika menggunakan sistem penyekatan, akan mengganggu aktivitas warga yang memiliki kebun di sekitar wilayah itu.
Pelibatan TNI sangat krusial. Polri sangat baik kemampuannya dalam rangka pembongkaran semua jaringan terorisme di banyak tempat yang masuk perkotaan dan pedesaan, tetapi bukan dalam konteks gerilya hutan. TNI memiliki kapabilitas yang lebih baik.
Di sisi lain, pembunuhan warga setempat oleh kelompok Ali Kalora sudah beberapa kali terjadi karena dianggap sebagai intel aparat. Hal itu menyebabkan warga di sekitar wilayah tersebut takut dengan kelompok Ali Kalora.
Menurut Rakyan, untuk mempercepat upaya penegakan hukum terhadap kelompok Ali Kalora, pemerintah perlu memberikan jaminan kepada warga di desa-desa sekitar wilayah yang menjadi pergerakan kelompok Ali Kalora. Dan yang tidak kalah penting adalah penambahan personel TNI.
”Pelibatan TNI sangat krusial. Polri sangat baik kemampuannya dalam rangka pembongkaran semua jaringan terorisme di banyak tempat yang masuk perkotaan dan pedesaan, tetapi bukan dalam konteks gerilya hutan. TNI memiliki kapabilitas yang lebih baik,” kata Rakyan.
Menurut Rakyan, hal itu dapat dilihat dari Operasi Camar Maleo pada 2015 yang berhasil menangkap atau menewaskan tokoh penting MIT, seperti Daeng Koro.