Pasar Saham Global Mengambil Jeda Seusai Naik di November
›
Pasar Saham Global Mengambil...
Iklan
Pasar Saham Global Mengambil Jeda Seusai Naik di November
Pada Senin pagi, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,4 persen. Indeks MSCI telah naik hampir 11 persen selama sebulan dalam kinerja terbaiknya sejak akhir 2011.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN — Aksi ambil untung mewarnai mayoritas pasar saham di kawasan Asia pada awal pekan sekaligus akhir bulan November, Senin (30/11/2020). Para investor dan pelaku pasar memilih mengambil jeda pasca-kenaikan indeks-indeks saham sepanjang November yang terdorong kuat hasil pemilihan Presiden AS dan kabar signifikan atas perkembangan calon vaksin Covid-19.
Stimulus yang direncanakan sejumlah bank sentral menutupi kekhawatiran yang masih berlanjut atas dampak pandemi Covid-19. Sentimen yang membantu adalah survei yang menunjukkan aktivitas pabrik di China pada November ini berada di atas proyeksi para ekonom. Saham-saham unggulan di pasar modal China pun naik dengan kenaikan rata-rata 1,3 persen pada awal pekan ini, menjadikan kenaikan sejak awal tahun di level 7,4 persen.
”November tampaknya akan menjadi bulan yang luar biasa bagi investor ekuitas dengan Eropa memimpin di tingkat negara atau regional,” kata analis NAB, Rodrigo Catril. Banyak bursa Eropa mencatat bulan terbaik mereka dengan indeks saham Perancis naik 21 persen dan Italia hampir 26 persen. Indeks saham dunia MSCI naik 13 persen sepanjang November hingga awal pekan ini. Adapun Indeks S&P 500 telah naik 11 persen ke level tertingginya sepanjang masa.
Pada Senin pagi, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,4 persen. Indeks MSCI naik hampir 11 persen selama sebulan dalam kinerja terbaiknya sejak akhir 2011. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,4 persen, tetapi masih 15,4 persen lebih tinggi pada November. Indeks Nikkei 225 mencatat kenaikan terbesarnya sejak 1994 pada November ini.
Pasar berada dalam kondisi jenuh beli dan terlihat mengambil jeda dalam jangka pendek. (Shane Oliver)
Adapun indeks E-Mini berjangka untuk indeks S&P 500 merosot 0,4 persen dan indeks EUROSTOXX 50 berjangka melemah 0,6 persen. ”Pasar berada dalam kondisi jenuh beli dan terlihat mengambil jeda dalam jangka pendek,” kata Shane Oliver, kepala strategi investasi di AMP Capital. ”Namun, kita saat ini berada dalam waktu yang kuat secara musiman tahun ini dan investor belum sepenuhnya mengabaikan potensi untuk pemulihan yang sangat kuat tahun depan terkait pertumbuhan dan keuntungan investasi karena stimulus digabungkan dengan sentimen vaksin.”
Saham perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemulihan musiman memimpin kenaikan indeks, termasuk di antaranya industri dan keuangan. Lonjakan saham telah memberikan tekanan kompetitif pada aset-aset safe-haven, tetapi sebagian besar telah dibatasi oleh ekspektasi pada lebih banyak pembelian aset oleh bank sentral. Riksbank Swedia, pekan lalu, secara mengejutkan memperluas program pembelian obligasi dan Bank Sentral Eropa kemungkinan akan mengikutinya pada bulan Desember.
Gubernur bank sentral AS, The Federal Reserve, Jerome Powell, akan memberikan kesaksian kepada Kongres, Selasa (1/12/2020), di tengah spekulasi adanya kebijakan lebih lanjut pada pertemuan berikutnya, pertengahan Desember. Akibatnya, imbal hasil surat utang AS (US Treasury) bertenor 10 tahun berada di level 0,84 persen. Ini menggambarkan kinerja yang relatif bagus di tengah sentimen positif yang membanjiri pasar saham.
Namun, kondisi itu menekan posisi dollar AS. Indeks dollar AS berada di level 91,711. Dollar AS telah melemah sekitar 2,4 persen atas sekumpulan mata uang utama global sepanjang November ini, pertama sejak pertengahan tahun 2018. Dollar AS bahkan telah turun terhadap yen Jepang, dengan penurunan sekitar 0,7 persen pada November ini, yaitu di level 103,89 yen.
”Gagasan bahwa calon menteri keuangan (Janet) Yellen dan Gubernur Fed Powell dapat bekerja lebih dekat untuk membentuk dan mengoordinasikan kebijakan moneter supermudah dan stimulus fiskal besar-besaran yang dapat mendorong pemulihan pascapandemi yang cepat membuat dollar AS berada di bawah tekanan,” kata Robert Rennie, kepala strategi pasar keuangan di lembaga Westpac.
Emas merosot tajam ke level 1.771 per troy ons, level terendahnya dalam kurun waktu lima bulan terakhir. Sejauh ini, harga emas turun sekitar 5,6 persen pada November. Minyak, sebaliknya, mendapat keuntungan dari prospek kebangkitan permintaan seandainya vaksin memungkinkan perjalanan dan transportasi untuk dilanjutkan pada tahun depan.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 52 sen menjadi 47,66 dollar AS per barel, sementara minyak mentah AS WTI turun 60 sen menjadi 44,93 dollar AS per barel. Penurunan tipis terjadi karena para pelaku pasar mengambil aksi untung menjelang pertemuan OPEC+. Pertemuan itu akan memutuskan apakah kelompok produsen minyak akan memperpanjang pemotongan produksi besar-besaran mereka. (REUTERS)