Pendakian ke Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ditutup untuk sementara. Hal itu untuk menjaga keselamatan pendaki seusai gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut mengeluarkan guguran awan panas panas.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pendakian ke Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ditutup untuk sementara. Penutupan dilakukan untuk menjaga keselamatan pendaki seusai gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut mengeluarkan guguran awan panas pada akhir pekan lalu.
Penutupan pendakian dikeluarkan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada Minggu (29/11/2020). Dalam pengumuman nomor PG.10/T.8/BIDTEK/BIDTEK.1/KSA/11/2020 yang ditandatangani Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar TNBTS Agus Budi Santosa.
Dalam pengumuman itu dijelaskan bahwa penutupan dilakukan dengan memperhatikan perkembangan aktivitas vulkanologi Gunung Semeru serta laporan Pos Gunung Api di Gunung Sawur Lumajang per 28 November 2020. Saat itu disebutkan terjadi guguran lava pijar dengan arah menuju Besuk Kobokan.
”Untuk mewaspadai guguran kubah lava di bawah Jonggring Saloka, serta mengutamakan kepentingan keselamatan jiwa pendaki, TNBTS menutup sementara kegiatan pendakian Gunung Semeru secara total sejak 30 November 2020 sampai batas waktu yang belum ditentukan,” kata Plt Kepala Balai Besar TNBTS Agus Budi Santosa.
Adapun terkait pendaki yang sudah mendaftar mengikuti pendakian dalam waktu dekat ini, maka TNBTS berencana melakukan penjadwalan ulang. ”Untuk hal teknis terkait rescheduling akan dibahas lebih lanjut,” kata Sarif Hidayat dari Humas TNBTS, Senin (30/11/2020).
Kepala Pos Pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur Liswanto membenarkan bahwa pada Sabtu (28/11/2020) dini hari telah terjadi guguran awan panas dari ujung lidah lava sejauh 1 kilometer (km) ke arah Besuk Kobokan, dengan amplitudo 12 milimeter (mm) serta lama gempa 1994 detik.
”Saat ini status Gunung Semeru di Level II, tetap Waspada. Guguran lava terjadi akibat tidak stabilnya lidah lava atau kubah lava,” kata Liswanto.
Menurut dia, bahaya guguran awan panas bisa datang tiba-tiba. Hal itu karena penumpukan material erupsi di sekitar puncak dan lereng, menurut Liswanto, berpotensi menjadi aliran lahar jika terjadi curah hujan cukup besar. Oleh karena itu, ia meminta agar penduduk dan petambang yang bermukim di sekitar DAS (daerah aliran sungai) untuk terus waspada. Beberapa DAS yang dilalui aliran lahar Semeru adalah Besuk Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Sat, dan Besuk Bang.
Saat ini status Gunung Semeru di Level II, tetap Waspada. Guguran lava terjadi akibat tidak stabilnya lidah lava atau kubah lava. (Liswanto)
Liswanto menambahkan, masyarakat diharapkan tetap mematuhi rekomendasi PVMBG, yaitu tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif, serta di wilayah sejauh 4 km sektor lereng selatan–tenggara. Daerah itu merupakan wilayah bukaan kawah aktif Semeru (kawah Jonggring Saloko), sebagai alur luncuran awan panas guguran.
Luncuran awan panas serupa juga terjadi pada pertengahan April lalu. Saat itu guguran material vulkanik meluncur sejauh 2000 meter ke arah Besuk Bang (arah Tenggara). Saat itu terjadi gempa guguran dengan amplitudo maksimum 7 milimeter (mm) selama 300 detik.
Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian 3.676 mdpl, dan termasuk salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Bukan saja mampu memuntahkan material vulkanik dari atas (puncak), melainkan Semeru juga mampu mengeluarkan material vulkanik dari samping (celah), sebagaimana pernah terjadi pada tahun 1941. Potensi terjadinya letusan samping dari gunung di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu masih terus ada hingga sekarang.