Generasi "sandwich" adalah sebutan bagi generasi yang terjepit di tengah karena harus mengurus anak dan orang tuanya. Kesadaran berinvestasi untuk kebutuhan masa tua dapat menghindarkan diri menjadi generasi "sandwich".
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
Pernah makan sandwich? Roti yang biasa disantap saat sarapan ini terdiri dari dua potong roti yang di bagian tengahnya diberi isi. Bisa irisan daging, sayuran, keju, tomat, atau lainnya.
Sementara generasi sandwich adalah sebutan untuk generasi yang terjepit di tengah-tengah karena harus mengurus anak dan orang tuanya. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody dalam buku mereka TheSandwich Generation: Adult Children of the Aging.
Fenomena generasi kejepit ini terjadi pada awal abad ke-20 ketika semakin banyak orang menunda pernikahan dan menunda memiliki anak. Orang tua sudah berumur sementara anak baru lahir ketika mereka berusia di awal 30-an.
Generasi kejepit ini harus bekerja lebih keras untuk membiayai hidup anak-anak juga orang tua mereka. Kebutuhan sekolah hingga kebutuhan rumah sakit orang tua merupakan pengeluaran besar yang harus ditanggung generasi kejepit ini.
Sejarah akan berulang ketika kelompok “generasi kejepit” menjadi tua dan menjadi tanggungan anak-anaknya. Anaknya akan mewarisi keadaan, menjadi generasi yang harus menanggung beban orang tua dan anaknya sekaligus.
Pengulangan ini dapat dihindari jika mereka yang saat ini menjadi generasi sandwich rajin berinvestasi. Dengan berinvestasi, ketika memasuki masa pensiun mereka mendapatkan penghasilan dari investasinya.
Penghasilan ketika pensiun dapat diperoleh dari penghasilan pasif hasil investasi, seperti deviden dari investasi saham di pasar modal, deviden dari penyertaan sebuah bisnis, kupon bunga obligasi, atau penyewaan properti.
Arus kas dari aset-aset tersebut dapat memenuhi kebutuhan finansial ketika generasi sandwich pensiun, sekaligus membebaskan anaknya dari “kutukan” menjadi generasi sandwich berikutnya.
Jika sejak muda si generasi sandwich ini sudah mulai mencicil berinvestasi dengan teratur, ketika nanti pensiun dan tidak produktif lagi, dia dapat memenuhi sendiri kebutuhannya.
Kelak, anaknya hanya perlu memikirkan kebutuhan anaknya sendiri. Tidak perlu lagi memikirkan kebutuhan orang tuanya (si mantan generasi sandwich) karena orang tua telah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Penghasilan pasif dari investasi dapat menghindarkan diri dari siklus yang berputar, agar tidak menjadi generasi sandwich berikutnya.