Tak Ada ”Pesta” Jual-Beli Mobil Bekas Jelang Akhir Tahun Ini
›
Tak Ada ”Pesta” Jual-Beli...
Iklan
Tak Ada ”Pesta” Jual-Beli Mobil Bekas Jelang Akhir Tahun Ini
Lambatnya jual-beli mobil bekas masih terasa di akhir tahun. Pasar yang biasanya ramai kini terlihat sepi di tengah pandemi.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harapan penjual mobil bekas akan meraih untung besar di pengujung tahun bakal sulit terwujud. Peminat mobil bekas belum pulih di tengah lesunya ekonomi dunia akibat pandemi ini. Sebagian kalangan menunda rencana membeli mobil.
Lambatnya jual-beli mobil bekas, antara lain, terlihat di Pasar Mobil Kemayoran, Jakarta Pusat. Saat akhir tahun, deretan ruang pamer (showroom) di lokasi ini biasanya ramai didatangi calon pembeli. Mobil-mobil bekas yang masih terlihat elok pun berjajar rapi menanti pembeli. Kini, pemandangan yang tampak berbeda sama sekali.
Pemandangan itu, antara lain, terlihat di ruang pamer Muara Mas Mobil milik Hardy. Hanya dua mobil bekas terpajang di situ, Senin (30/11/2020) siang. Sebelum pandemi, biasanya 8-10 mobil bekas dipajang di sana.
Sedikitnya mobil bekas yang ditawarkan Hardy bukan karena mobil lain sudah laku keras. Justru sebaliknya, transaksi mobil di tempatnya tengah melesu. ”Tahun-tahun sebelumnya memang (penjualan di akhir tahun) selalu naik. November biasanya sudah mulai naik. Desember biasanya bagus, tetapi kalau akhir tahun ini saya enggak yakin,” katanya saat ditemui.
November tahun lalu, Hardy menjual 10 mobil bekas. Pada November tahun ini hanya dua mobil terjual. Selama pandemi, Hardy tak bisa menjual lebih dari lima mobil dalam sebulan. Sebelum pandemi, rata-rata 5-10 mobil terjual setiap bulan. Khusus menjelang Lebaran dan akhir tahun, penjualan bisa menyentuh 10-15 unit sebulan.
Menurut Hardy, saat ini tidak hanya menjual mobil yang susah, tetapi juga membeli mobil. Ia banyak mendapatkan tawaran mobil bekas dari pelanggannya dan pihak ketiga. ”Setiap hari, hampir 10-20 mobil yang ditawarkan ke saya. Kebanyakan dari makelar, tetapi enggak saya ambil karena harga yang ditawarkan jauh lebih tinggi dari harga yang saya buka. Akhirnya, ya, kosong begini showroom saya,” tambahnya.
Terimbas lesunya mobil baru
Hardy menilai, penjualan mobil baru yang juga tengah stagnan ikut memengaruhi pasar mobil bekas. Sebelum membeli mobil baru, biasanya orang akan menjual mobil lamanya terlebih dahulu.
”Karena daya beli turun, orang jadi nahan beli mobil. Teman-teman saya yang biasanya setiap 4-5 tahun ganti mobil, sekarang enggak ada,” ujarnya.
Karena daya beli turun, orang jadi nahan beli mobil. Teman-teman saya yang biasanya setiap 4-5 tahun ganti mobil, sekarang enggak ada.
Menurut Edi, pemilik showroom mobil bekas Ricky Mobilindo di Pasar Mobil Kemayoran, transaksi jual-beli mobil bekas di tempatnya biasanya ramai di akhir tahun. Sebab, beberapa orang cenderung menghindari menjual mobil di awal tahun untuk mencegah penurunan harga.
”Misalnya, orang punya mobil usianya lima tahun. Kalau akhir 2020 enggak dijual, 2021 harganya bisa turun karena usianya kehitung enam tahun. Makanya dia jual sekarang,” katanya.
Dari situ, orang akan membeli mobil bekas dengan usia yang lebih muda atau membeli mobil baru. Di saat yang bersamaan, orang-orang juga mendapatkan bonus atau tunjangan hari raya (THR) dari kantor pada akhir tahun.
”Selain itu, pihak leasing biasanya juga memberikan promo uang muka kredit minim saat akhir tahun,” katanya.
Akhir tahun ini, Edi memperkirakan peningkatan penjualan tidak akan terjadi. Sebab, sebagian besar pemberi kredit (leasing) masih mematok uang muka kredit yang cukup besar, yakni 40 persen. Sebelumnya, calon pembeli bisa mengajukan kredit dengan uang muka hanya 25 persen.
Mobil kelas menengah
Dibandingkan dengan awal-awal masa pandemi Covid-19, transaksi jual-beli mobil di showroom Fenix Autocars semakin membaik. Showroom yang berlokasi di WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, ini menjual hanya satu mobil dalam tiga bulan pada awal pandemi.
Kini, mereka mampu menjual 7-8 unit per bulan. Jumlah itu tercapai dalam tiga bulan terakhir. Meskipun begitu, angka tersebut masih jauh dari normal. Sebab, biasanya mereka mampu menjual sekitar 15 unit mobil saban bulan.
”Menjelang Lebaran dan akhir tahun, pasti ada kenaikan (penjualan), ya. Bisa sampai 25 unit per bulan. Kalau November ini masih tujuh unit,” ujar Yoto, karyawan pemasaran Fenix Autocars.
Kini juga ada pergeseran segmen pembeli mobil bekas. Tiga bulan lalu, mobil yang banyak dicari orang di tempat ini adalah mobil-mobil kelas menengah ke atas, seperti Pajero Sport, Fortuner, dan Alphard. Saat ini mobil-mobil kelas menengah ke bawah, seperti Mobilio, Avanza, dan Brio, yang laku.
”Dari tujuh mobil yang laku bulan ini, dua di antaranya mobil kelas menengah atas. Sisanya mobil kelas menengah ke bawah,” katanya.
Yoto berharap penjualan mobil pada akhir tahun ini kembali meningkat, meskipun tetap jauh dari penjualan di saat normal. Pada tahun-tahun lalu, pembeli memanfaatkan momentum mudik Lebaran dan akhir tahun untuk membeli mobil bekas. Hal ini membuat permintaan mobil bekas meroket dalam dua periode itu.
Mahendra (55), salah satu pengunjung di Pasar Mobil Kemayoran, tidak pernah menjadikan momentum akhir tahun untuk mencari mobil bekas. Ia hanya membeli mobil bekas jika ia membutuhkan mobil.
Seperti pada Senin siang, ia sedang melihat-lihat city-car bekas. ”Rencananya mau tukar tambah dengan mobil SUV saya di rumah, tetapi masih belum ada yang cocok,” katanya.
Skenario pemulihan
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Media Wahyudi Askar, menilai, pasar jual-beli mobil bekas kemungkinan baru pulih pada kuartal kedua tahun 2021 tentu saja dengan catatan.
Catatan pertama, jika kasus Covid-19 bisa dikendalikan sehingga ekonomi menjadi pulih. Kedua, jika ekonomi pulih tanpa mempertimbangkan berapapun angka lonjakan kasus Covid-19.
”Tentu ada skenario lain, yakni ekonomi tidak akan pulih tahun depan, terutama jika angka Covid-19 terus naik, ekonomi tidak pulih, kebijakan pemulihan ekonomi tidak efektif, dan pengangguran tidak terkontrol,” katanya saat dihubungi.
Menurut dia, penjual mobil bekas tentu kesulitan menjual mobil selama pandemi Covid-19. Hal ini membuat mereka harus menjual rugi mobil yang mereka pasok sebelum pandemi Covid-19.
Di sisi lain, perusahaan leasing juga mengeluarkan kebijakan yang memberatkan konsumen. Selain uang muka yang lebih besar, pengajuan kredit juga akan semakin ketat dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19.