Drama Korea Selatan makin diminati banyak kalangan di Indonesia selama pandemi Covid-19. Alur cerita yang menarik dan tema cerita yang luas berhasil memikat publik Indonesia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Drama televisi Korea Selatan kian diminati publik, khususnya bagi yang mencari hiburan di rumah selama pandemi Covid-19. Tema yang unik dan jalan cerita tidak terduga jadi daya tarik drama asal Negeri Ginseng tersebut. Sekali terpikat, ada judul-judul drama lain yang niscaya bakal ditonton hingga habis.
Agesti Maulandari (26), pengusaha daring di Banjarnegara, Jawa Tengah, mulanya sekadar tahu drama Korea Selatan (yang kini akrab disebut drakor). Ia berkenalan dengan drakor lewat drama Boys Before Flower. Drama ini dulu ngetren di kalangan anak muda dan pernah ditayangkan di saluran televisi Indonesia pada 2010.
”Sejak saat itu, saya tahu drama Korea, tapi tidak rutin mengikuti perkembangannya. Saat pandemi dan harus berdiam di rumah berbulan-bulan, barulah saya intens menonton drakor. Sekarang jadi semakin tahu aktor-aktor drama,” kata Agesti saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (1/12/2020).
Menurut dia, drakor menyajikan spektrum cerita yang luas dan menarik, tidak melulu soal cinta. Drama Reply 1998, misalnya, selain cinta, juga menceritakan soal persahabatan serta kehidupan bertetangga di perkampungan Korea.
Ada pula The World of Married yang berkisah tentang kehiduapan rumah tangga. Di dalamnya ada perselingkuhan, rasa curiga, perceraian, sudut pandang anak yang bimbang, hingga kematian.
”Drama Korea ini menarik karena ceritanya relatable, misalnya drama Start Up. Tokoh utamanya anak muda labil, tidak percaya diri, dan bucin (budak cinta, istilah orang kasmaran yang mau melakukan apa pun). Dia bukan tokoh utama yang selalu kuat dan tidak pernah mengeluh sehingga bisa terhubung dengan audiens,” kata Agesti.
Karyawan swasta di Jakarta, Fanya Ave (25), juga merasa terhubung dengan cerita di drakor. Menurut dia, itu karena tokoh dan gaya hidupnya sesuai dengan budaya Asia. Ia pun merasa lebih dekat dengan sang tokoh.
”Selain itu, teknik pengambilan gambar drakor menarik. Alur ceritanya pun menarik dan susah ditebak. Setiap adegan jadi terasa menakjubkan. Itu mungkin karena mereka sangat total membuat drama,” kata Fanya yang menggemari drama It’s Okay Not To Be Okay.
Selain itu, teknik pengambilan gambar drakor menarik. Alur ceritanya pun menarik dan susah ditebak. Setiap adegan jadi terasa menakjubkan. Itu mungkin karena mereka sangat total membuat drama.
Karyawan swasta di Jakarta Monica (25) sependapat. Ia menyukai alur cerita drakor yang kerap membuatnya penasaran. Para pemainnya pun ia suka. ”Drakor itu mudah dimengerti. Dramanya santai dan bisa buat penasaran,” tuturnya.
Menurut mahasiswi pascasarjana di Magelang Fairiza Insani (25), ada banyak sekali judul drakor yang berkesan. Beberapa di antaranya adalah It’s Okay, That’s Love; Search: WWW; Stranger; dan The K2. Drakor dinilai selalu berhasil membuat dia penasaran menonton episode-episode selanjutnya.
Drakor pun dinilai bisa membuat cerita fantasi yang tidak masuk akal, tapi tetap menarik. Drakor juga mengangkat hal-hal yang luput dari perhatian, kemudian dikemas secara apik. Selain mendapat hiburan, drakor memberi Fairiza wawasan baru.
”Ada drama yang kerap menyindir kuatnya budaya patriarki di Korsel. Ada juga yang mengangkat cerita penganut sekte agama tertentu, misalnya di drama Save Me. Drama Stranger 1 dan Stranger 2 bercerita tentang polisi dan kejaksaan punya hubungan politik, nepotisme, dan korupsi. Tanpa disadari, itu memang banyak terjadi dan tidak hanya di Kosel,” ucap Fairiza.
Meningkatnya minat publik terhadap drama Korsel tampak dari penelusuran di Google. Penelusuran dengan topik drama Korea meningkat tajam pada periode Maret-Mei 2020. Adapun kata kunci ”download drama Korea” juga meningkat selama beberapa bulan terakhir di Google Trends (Kompas, 29/9/2020).
Pencarian dengan kata kunci ”drama Korea”, ”Korea drama”, dan ”drakor” naik 130 persen secara tahunan pada Juni 2020. Menurut Google Indonesia, jumlah penonton serial drakor di Youtube meningkat selama pandemi.
Pada kesempatan berbeda, Country Head Indonesia Viu, Varun Mehta, mengatakan, audiens Indonesia menggemari konten happy drama. Artinya, konten itu menampilkan sisi bahagia kehidupan manusia. Sementara beberapa drama populer di Indonesia, menurut catatan Viu, adalah The Penthouse: War in Life dan Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo.
”Kami juga akan menayangkan True Beauty. Ini salah satu yang diantisipasi para audiens di Indonesia,” kata Varun.
Untuk memperluas jangkauan audiens, Viu pun bekerja sama dengan First Media, penyedia layanan televisi kabel dan fixed broadband internet. Varun mengatakan, kerja sama ini diharap bisa memenuhi permintaan konsumen akan konten hiburan Asia.
Survei dari Statista pada Maret 2020 menyatakan bahwa pandemi membuat konsumsi media para pengguna internet naik. Streaming video dan film jadi salah satu aktivitas yang paling sering dilakukan saat pandemi.
Beberapa penyedia layanan streaming mengalami kenaikan jumlah pelanggan aktif. Pelanggan aktif Viu naik 35-40 persen. Rata-rata waktu menonton pun naik sekitar 50 persen per orang. Sementara pengguna Iflix naik 25-35 persen.