Gejala infeksi Covid-19 semakin meluas. Hasil penelitian di AS, Inggris, dan Swedia mengelompokkan gejala infeksi Covid-19 ke dalam enam kluster.
Oleh
Yoesep Budianto
·5 menit baca
Semenjak kemunculan kasus pertama di Wuhan, China, virus korona baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 telah memakan korban jiwa hampir 1,38 juta jiwa di seluruh dunia hingga 21 November 2020. Laju infeksi yang masih tinggi menjadi pekerjaan rumah banyak negara, terutama karena makin beragamnya gejala akibat infeksi Covid-19.
Setidaknya ada enam kelompok utama gejala infeksi Covid-19 di tubuh manusia. Sebuah penelitian pada Juli 2020 yang dilakukan oleh peneliti dari King’s College London, Inggris, yaitu Carole H Sudre, Karla A Lee, Mary Ni Lochainn, Thomas Varsavsky, dan sejumlah peneliti lain, menyebutkan gejala-gejala yang muncul karena infeksi.
Sebagian besar orang memahami gejala infeksi secara umum, meliputi demam, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan batuk kering. Akan tetapi, semakin banyak penelitian yang dilakukan, maka daftar gejala infeksi bertambah, seperti ageusia dan anosmia atau kehilangan indera perasa dan penciuman.
Penelitian yang dilakukan melibatkan hingga 1.600 pasien terkonfirmasi Covid-19 di Inggris dan Amerika Serikat. Setiap individu dipantau dan dievaluasi secara rutin dan dilaporkan melalui aplikasi selama dua bulan penuh. Tahap kedua yang dilakukan adalah pengumpulan data kembali sebanyak 1.000 orang, kali ini negaranya bertambah Swedia.
Hasil penelitian tersebut mengelompokkan gejala infeksi Covid-19 ke dalam enam divisi atau kluster. Pembuatan kluster digunakan untuk mendeteksi tingkat keparahan gejala tiap individu. Kluster pertama, gejala seperti flu tanpa demam. Ciri fisik yang muncul adalah sakit kepala, indera penciuman tidak berfungsi, nyeri otot, batuk, radang tenggorokan, nyeri dada, tetapi tidak demam.
Kluster kedua, gejala flu disertai demam, meliputi sakit kepala, indera penciuman mati rasa, batuk, sakit tenggorokan, suara serak, demam, dan kehilangan nafsu makan. Kluster ketiga, gastrointestinal, yaitu sakit kepala, kehilangan indera penciuman, kehilangan nafsu makan, diare, sakit tenggorokan, nyeri dada, tetapi tidak ada batuk.
Sementara kluster keempat hingga keenam membahas tentang tingkat keparahan yang gejalanya hampir serupa, tetapi berbeda di penurunan fungsi tubuh. Tingkat keparahan pertama ditunjukkan dengan munculnya kelelahan berlebih pada pasien.
Tingkat keparahan kedua menunjukkan kondisi kebingungan yang dialami pasien. Rasa bingung dan pusing muncul disertai gejala lain, mulai dari kelelahan berlebih hingga demam dan nyeri otot. Tingkat keparahan ketiga meliputi gangguan fungsi organ perut dan pernapasan. Dua gejala utama yang muncul adalah pneumonia dan diare akut.
Jenis penyakit baru
Sebagai jenis penyakit baru, banyak penelitian yang terus berjalan untuk mengungkap karakter infeksi, gejala infeksi, hingga kondisi kesehatan tubuh pasca-infeksi. Sebagai langkah awal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan nama resmi virus korona tipe baru dan penyakit yang disebabkannya.
Secara resmi, nama virus korona disebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SAR-CoV-2), sementara penyakit yang muncul disebut dengan Covid-19. Tiga gejala paling umum untuk kasus infeksi ini adalah demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Di beberapa kasus infeksi, bahkan muncul pneumonia.
Sebenarnya virus korona bukan jenis virus penyebab penyakit baru. Potensi infeksi virus korona terhadap manusia telah dimulai sejak hampir sembilan dekade lalu. Virus korona pertama kali ditemukan pada 1931, sementara infeksi pertama ke manusia terjadi tahun 1965 oleh jenis virus HCoV-229E.
Proses perkembangan virus korona terus berlanjut dengan munculnya wabah SARS-CoV tahun 2003. Saat itu, wilayah Asia Timur hingga Asia Tenggara menjadi episentrum wabah. Tak berselang lama, wabah muncul kembali, yaitu MERS-CoV tahun 2012, di wilayah Timur Tengah.
Kasus infeksi Covid-19 terus bertambah hingga 30 November 2020. Secara global, kasus terkonfirmasi secara akumulasi mencapai angka 63 juta kasus dengan kematian sebanyak 1,46 juta jiwa. Kasus paling banyak berada di Amerika Serikat dengan total 13,7 juta kasus, disusul India dengan jumlah 9,4 juta kasus.
Penambahan kasus juga terus terjadi di Indonesia. Bahkan, baru-baru ini mencatatkan penambahan kasus harian tertinggi, mencapai lebih dari 5.000 kasus dalam sehari. Hingga 30 November 2020, jumlah kasus di Indonesia sudah mencapai 538.883 kasus dengan kematian sebanyak 16.945 jiwa.
Kelompok rentan
Secara umum, semua orang rentan terinfeksi Covid-19. Namun, terdapat dua kelompok paling rentan, yaitu warga lanjut usia dan individu dengan penyakit kronis. Peningkatan risiko sejalan dengan kondisi imunitas seseorang yang cenderung turun saat usia bertambah atau individu dengan penyakit bawaan.
Sekalipun usia 60 tahun ke atas merupakan kelompok rentang, WHO mengingatkan risiko makin meningkat saat seseorang memasuki usia 40 tahun. Salah satu penyebabnya adalah sistem imun yang menurun dan sudah rentan terkena penyakit lain.
Kondisi kelompok rentan di Indonesia serupa dengan definisi WHO. Jumlah kasus positif didominasi oleh kelompok umur 31-45 tahun yang mencapai 30,6 persen. Urutan kedua adalah usia 19-30 tahun sebanyak 24,7 persen, kemudian usia 46-59 tahun sebanyak 23,2 persen, dan lebih dari 60 tahun sebesar 10,3 persen.
Usia lansia yang berstatus positif memang terbilang rendah, tetapi justru angka kematiannya yang paling tinggi. Tercatat 43,6 persen kematian infeksi Covid-19 dialami oleh kelompok lansia. Kelompok usia berikutnya dengan tingkat kematian tinggi adalah 46-59 tahun sebesar 38,4 persen. Sementara kelompok usia lebih mudah, persentasenya sangat kecil.
Apabila dilihat dari gejala pasien Covid-19, paling banyak adalah batuk (69,1 persen). Gejala berikutnya adalah demam dan sesak napas. Sementara gejala-gejala baru, seperti lemas, diare, dan mual, juga sudah tercatat untuk kasus positif di Indonesia.
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu krisis kesehatan terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Ratusan negara terus berjuang untuk mengendalikan pandemi ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan banyak riset hingga ditemukan karakteristik paling sesuai dengan virus korona tipe baru, termasuk bagaimana respons tubuh manusia saat terinfeksi.
Salah satu hasilnya adalah mengenali dan menemukan gejala-gejala baru yang disebabkan infeksi Covid-19. Terlepas dari upaya riset yang terus berjalan, setiap individu harus mengambil peran dalam pengendalian pandemi ini. Sesuai arahan WHO dan banyak riset lainnya, tiga hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah memakai masker, rutin mencuci tangan, dan menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. (LITBANG KOMPAS)