Kenaikan Harga Komoditas Perkebunan Dongkrak Nilai Tukar Petani di Kalbar
›
Kenaikan Harga Komoditas...
Iklan
Kenaikan Harga Komoditas Perkebunan Dongkrak Nilai Tukar Petani di Kalbar
Nilai tukar petani Kalimantan Barat di bulan November meningkat menjadi 114,97 poin dari Oktober yang sebesar 112,23 poin atau naik 2,44 persen. Kenaikan tertinggi pada NTP tanaman perkebunan rakyat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Nilai tukar petani Kalimantan Barat di bulan November meningkat menjadi 114,97 poin dibandingkan dengan Oktober sebesar 112,23 poin atau naik 2,44 persen. Kenaikan tertinggi terjadi pada nilai tukar tanaman perkebunan rakyat seiring membaiknya harga komoditas rakyat di daerah ataupun di pasar internasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPD) Provinsi Kalimantan Barat yang dirilis, Selasa (1/12/2020), nilai tukar petani (NTP) tanaman perkebunan rakyat naik 3,42 persen pada November dari 120,63 poin pada Oktober menjadi 124,75 poin pada November.
Kenaikan NTP di Kalbar secara umum karena indeks harga yang diterima petani naik lebih besar, yakni sebesar 2,87 persen. Sementara indeks harga yang dibayar petani naik lebih kecil, yakni 0,42 persen.
”Perbaikan harga komoditas perkebunan rakyat juga berdampak pada kenaikan NTP,” kata Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman, Selasa.
Namun, seberapa lama NTP Kalbar dalam kondisi baik khususnya perkebunan rakyat, bergantung pasar internasional. ”Sepanjang permintaan terhadap komoditas masih positif, harga akan stabil,” ujar Eddy.
Kebijakan di dalam negeri khususnya daerah juga diperlukan untuk menjaga stabilitas harga sehingga NTP tetap baik. Industri di dalam negeri perlu disiapkan.
Sebagai contoh, untuk menyerap komoditas sawit, tengah dibangun pabrik pabrik pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng di Kabupaten Mempawah. Pabrik pengolahan berdiri di dekat pelabuhan ekspor-impor di Pantai Kijing, Mempawah. Dengan demikian, diharapkan komoditas sawit rakyat akan diserap industri dalam negeri sehingga jika ada gejolak di pasar internasional, tidak terlalu berpengaruh.
Selain itu, tata niaga komoditas perlu dibenahi dan disederhanakan. Rantai pemasaran yang selama ini terlalu panjang telah berdampak pada rendahnya harga komoditas di tingkat petani.
”Dinas Pertanian atau Perkebunan hendaknya fokus pada perbaikan tata niaga. Bentuklah semacam Bulog khusus membeli komoditas perkebunan rakyat sehingga pemerintah hadir membantu para petani agar posisi tawarnya kuat,” papar Eddy.
Harga karet di tingkat petani Kalbar meningkat dari Rp 5.000 per kg pada April menjadi Rp 7.000-Rp 9.000 per kg pada November.
Pantauan Kompas, harga karet di tingkat petani Kalbar meningkat dari Rp 5.000 per kg pada April menjadi Rp 7.000-Rp 9.000 per kg pada November. Demikian juga harga di tingkat pabrik naik dari Rp 13.000 per kg pada April menjadi Rp 19.000 per kg pada November.
Menurut Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Kalbar Jusdar Sutan, kenaikan harga karet dipicu mulai membaiknya pasar, misalnya di China yang mulai bangkit. Harga karet di pasar internasional meningkat dari 1,04 dollar AS per kg pada April menjadi 1,56 dollar AS per kg pada November.
Terkait tata niaga, Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Provinsi Kalbar Samuel, menuturkan, pihaknya terus berupaya membenahi tata niaga untuk menjaga stabilitas harga. Ia juga mengakui bahwa selama ini rantai pemasaran memang panjang. Pemasarannya dari petani hingga ke pabrik melalui banyak pedagang perantara sehingga harga di tingkat petani kerap kali anjlok. Selisih harga di pabrik dan di tingkat petani bisa dikatakan jauh.
Pihaknya terus mendorong badan usaha milik desa (BUMDes) untuk ambil bagian menjadi pengumpul karet dari petani. Dari BUMDes langsung bisa dijual ke pabrik sehingga harga di tingkat petani bisa lebih layak.