Kluster Pegawai dan Dunia Usaha di Kendari Jadi Target Tes Usap Massal
›
Kluster Pegawai dan Dunia...
Iklan
Kluster Pegawai dan Dunia Usaha di Kendari Jadi Target Tes Usap Massal
Seiring datangnya alat uji spesimen, Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, merencanakan tes usap massal Covid-19 dalam beberapa waktu ke depan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seiring datangnya alat uji spesimen, Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, merencanakan tes usap massal Covid-19 dalam beberapa waktu ke depan. Dua kluster besar penyebaran Covid-19, yaitu kluster pegawai dan dunia usaha, menjadi target awal tes itu.
”Alat PCR (uji spesimen) kami dapatkan dari bantuan Kementerian Kesehatan. Alatnya sudah datang, tetapi masih ada beberapa komponen penunjang yang masih dalam pengiriman. Kami upayakan 2-3 minggu ke depan sudah bisa difungsikan,” kata Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir di Kendari, Selasa (1/12/2020).
Pemerintah Kota Kendari memang mulai memfungsikan gedung Infection Centre di RSUD Kendari, Sulawesi Tenggara. Gedung senilai Rp 13 miliar ini dilengkapi ruang perawatan, alat oksigen tersentralisasi, dan laboratoium dengan alat PCR.
Dengan adanya alat ini, kata Sulkarnain, pemerintah segera melakukan tes usap massal kepada masyarakat, terutama kluster pegawai dan dunia usaha. Hal ini karena kedua kluster itu menyumbang lebih dari setengah jumlah kasus positif di Kendari. Kluster pegawai mencapai 24,9 persen, sementara dunia usaha pada kisaran 33 persen.
”Kalau dua kluster ini tertangani, artinya telah menyelesaikan setengah dari kasus positif di Kendari. Seperti kita tahu juga, angka positif di wilayah ini memang terus bertambah. Jadi, tes harus terus dilakukan,” ucap Sulkarnain.
Meski demikian, Sulkarnain menambahkan, tes spesimen dengan alat PCR tersebut tetap akan didahului dengan tes cepat antigen. Sebab, tes massal dengan alat PCR membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara keuangan daerah terbatas. Tes cepat antigen dinilai memiliki tingkat akurasi yang cukup bisa dipercaya ketimbang tes cepat berbasis antibodi.
Sulkarnain menjelaskan, koordinasi dengan lintas sektor mulai dilakukan sehingga saat alat siap, tes segera bisa dilakukan. ”Kami kebetulan juga mendapat bantuan dari Kementerian Pariwisata untuk melakukan uji spesimen kepada pihak perhotelan. Ini sangat membantu untuk bisa menjadi langkah awal ke depannya,” ujar Sulkarnain.
Dia menambahkan, setelah itu, tes kepada masyarakat luas akan terus dimasifkan. ”Kami harus melakukan tes yang betul-betul masif agar kita tahu berapa angka (penularan) sebenarnya di masyarakat,” katanya.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra menunjukkan, total kasus positif di Kendari mencapai 3.412 kasus dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 44 orang. Jumlah ini mencapai sekitar setengah dari total kasus di provinsi yang mencapai 6.502 kasus, dengan 107 orang meninggal.
Penanggung Jawab Laboratorium RSUD Kendari dr Hilma Yuniar Tamrin menyampaikan, kapasitas uji mesin PCR bisa mencapai 300 sampel setiap hari. Mesin ini bisa mengekstraksi 96 sampel dalam satu kali tes, dengan waktu sekitar 4 jam. ”Targetnya 200-300 sampel setiap hari karena mesin juga butuh istirahat agar tidak terjadi masalah,” ujarnya.
Selain masih dalam perjalanan, tutur Yuniar, alat PCR tersebut pun masih membutuhkan izin serta asistensi dari Pemerintah Provinsi Sultra. Jika semuanya telah lengkap, alat PCR segera bisa difungsikan. Gedung Infection Centre tersebut diawaki 24 dokter spesialis dan umum yang bertugas selama 24 jam sehari. Gedung dengan fasilitas lengkap ini bisa menampung hingga 40 pasien dengan ruang perawatan yang terpisah.
Alat dan fasilitas kesehatan di Sultra memang masih terbatas. Selain lokasi perawatan yang terpadu, alat uji spesimen, khususnya PCR, hanya dimiliki segelintir kabupaten/kota. Bahkan, alat PCR di RS Bahteramas Kendari yang merupakan rujukan utama dari sejumlah daerah sering rusak sehingga sampel harus dikirim ke Makassar, Sulsel.
La Ode Mohammad Sety, epidemiolog Universitas Halu Oleo (UHO), menjabarkan, tes masif menjadi alat ukur satu-satunya untuk memutus penyebaran kasus di masyarakat. Tes juga berfungsi untuk melihat sebaran kasus agar bisa mengambil langkah penanganan sesegera mungkin.
”Tapi, kalau tidak ada tes masif dan hanya mengandalkan tes cepat yang tingkat akurasinya minim, virus akan sulit dilacak. Kondisi sekarang banyak yang meninggal karena virus bisa saja telah lama ada dalam tubuh, tapi tidak terdeteksi,” kata Sety.
Kondisi ini diperparah dengan abainya masyarakat hingga pemerintah terhadap penegakan disiplin dalam protokol kesehatan. Akibatnya, banyak orang yang terpapar virus dan tidak sadar telah positif Covid-19.
Menurut Sety, orang tanpa gejala dan tidak mengetahui dirinya positif Covid-19 bertemu dengan banyak orang di lingkungannya. ”Bisa saja orang yang baru bertemu itu memiliki kekebalan tubuh yang lebih rendah sehingga saat terpapar akan segera muncul pengaruh virusnya. Atau, bertahan lama, tetapi ketika sakit akan sulit untuk dilakukan penanganan,” ujarnya.