Wabah Covid-19 di Jawa Timur telah memapar tiga bupati dan seorang wakil wali kota tetapi pelayanan publik dan pemerintahan tetap harus berjalan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Wabah Covid-19 di Jawa Timur turut menjangkiti empat kepala-wakil kepala daerah kabupaten/kota bahkan mengakibatkan kematian dua orang di antaranya. Namun, kondisi kesehatan kepala-wakil kepala daerah tidak sampai mengganggu kinerja aparatur sipil negara dalam pemerintahan untuk tetap memberikan pelayanan publik.
Empat kepala-wakil kepala daerah tingkat dua di Jatim yang terpapar Covid-19 ialah Bupati Jombang Mundjidah Wabah, Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, Pelaksana Tugas Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin, dan Wakil Wali Kota Probolinggo Mochammad Soufis Subri.
Dua pejabat meninggal dengan status pasien Covid-19 yakni Syaifuddin di RSUD Sidoarjo pada Selasa (22/8) dan Dadang di RSUD Dr Abdoer Rahem, Situbondo pada Kamis (26/11).
Gugus Tugas saat ini terus menelusuri siapa saja yang kontak dekat dengan Ibu Bupati untuk kemudian melaksanakan tes usap (Jazuli)
Adapun sampai dengan Selasa (1/12), Mundjidah dan Subri masih dalam perawatan di RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Mundjidah dirawat di RSUD Dr Soetomo sejak Jumat (27/11). Sebelum dirawat di Surabaya, Mundjidah menjalani isolasi mandiri selama 10 hari di rumah dinas.
Sekretaris Kabupaten Jombang Akhmad Jazuli yang dihubungi dari Surabaya mengatakan, roda pemerintahan dan pelayanan publik di Jombang tetap berjalan. Mundjidah selama isolasi bahkan perawatan tetap bertugas mengoordinasi aparatur hingga urusan administratif.
“Gugus Tugas saat ini terus menelusuri siapa saja yang kontak dekat dengan Ibu Bupati untuk kemudian melaksanakan tes usap,” kata Jazuli yang pernah terjangkit Covid-19 tetapi sembuh.
Untuk pelayanan publik, lanjut Jazuli, tugas keprotokolan yang selama ini dijalankan oleh Mundjidah sementara dijalankan oleh Wakil Bupati Jombang Sumrambah.
Misalnya, evaluasi rutin Covid-19 yang selama ini dipimpin oleh Mundjidah menjadi tanggungjawab Sumrambah. Peringatan Hari Guru Tingkat Provinsi Jatim di Surabaya, Sumrambah yang berangkat termasuk menghadiri rapat-rapat strategis dengan DPRD Kabupaten Jombang.
Antikendur
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus mendorong aparatur dan masyarakat untuk tidak kendur atau selalu disiplin tinggi menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19. Penurunan disiplin dan kendurnya pengetatan telah terlihat dari peningkatan kasus harian setidaknya dalam bulan November lalu.
“Ibu wali kota meminta gugus tugas untuk mengantisipasi gelombang kedua karena terindikasi penurunan kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya sekaligus Wakil Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 Irvan Widyanto
Protokol yang diminta untuk disiplin diterapkan, lanjut Irvan, sesungguhnya tidak berlebihan apalagi merepotkan. Kenakan pelindung diri yakni masker, sarung tangan, dan atau face shield jika berkegiatan. Usahakan dengan keras menjaga jarak dengan orang lain minimal dua meter.
Hindari kerumuman. Berkegiatan di luar sepatutnya jika mendesak untuk kebutuhan harian dan pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan dari rumah. Rutinlah mencuci tangan atau memakai cairan pensanitasi.
"Akhir-akhir ini kalangan masyarakat mulai kumpul-kumpul sambil makan-makan. Saat makan, tentu harus melepas masker dan kerap tidak disadari berkomunikasi tanpa pelindung sehingga dari sinilah kemudian penularan terjadi dan harus diantisipasi,” kata Irvan.
Gugus Tugas akan kembali mendorong tim-tim pemantau kecil di lingkungan kerja, tempat usaha, rumah ibadah untuk memelihara kewaspadaan masyarakat. Pengurus masyarakat tingkat RT dan RW juga kembali diingatkan tidak kendur dalam menerapkan disiplin protokol, memantau dan memastikan kondisi kesehatan setiap warga.
Pelaksanaan acara harus konsisten dan taat menerapkan protokol. Jika ada pelanggaran, jangan protes ketika acara mendadak dihentikan oleh gugus tugas (Irvan Widyanto)
Jika ada yang terindikasi atau bergejala Covid-19 perlu segera diperiksakan sehingga dapat ditempuh langkah antisipasi. Karantina tingkat RT dan RW jika diperlukan bisa diaktifkan kembali.
Penyelanggara acara syukuran, hajatan dan acara keagamaan wajib mengantongi mendapat izin dari gugus tugas. "Pelaksanaan acara harus konsisten dan taat menerapkan protokol. Jika ada pelanggaran, jangan protes ketika acara mendadak dihentikan oleh gugus tugas," ujar Irvan.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola oleh Pemprov Jatim, wabah Covid-19 yang menyerang sejak pertengahan Maret sampai sekarang telah menjangkiti 62.313 warga. Pagebluk mengakibatkan kematian 4.438 jiwa tetapi sebanyak 54.863 pasien berhasil sembuh. Saat ini, ada 3.012 pasien yang masih dalam perawatan di rumah sakit.
Dari 62.313 warga yang terjangkit Covid-19 jika dijabarkan terdiri atas 36.855 orang tanpa gejala dan 25.458 jiwa bergejala. Dari sini terlihat bahwa penularan Covid-19 di Jatim didominasi oleh orang-orang yang tidak menyadari dirinya terjangkit.
Selain itu, Covid-19 yang diderita oleh para warga lebih banyak berstatus tanpa riwayat perjalanan atau tertular dari orang sekitar yakni 36.863 orang. Terjangkit Covid-19 karena kontak dekat dengan terpapar lainnya 17.501 orang sedangkan yang terpapar dari perjalanan 7.949 orang.
Sekretaris Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Surabaya, Indra Fajar Swasana mengatakan, mulai menggelar tes usap seluruh petugas pengawas tempat pemilihan suaara (TPS) sebanyak 5.184 orang. "Kami difasilitasi oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk pelaksanaan tes swab yang dilakukan di beberapa lokasi dan petugas hadir di lokasi secara bergelombang," katanya.
Pelaksanaan tes usap untuk mengantisipasi apabila ada petugas pengawas TPS yang hasil swab positif Covid-19. Karena ketika proses rekrutmen Bawaslu telah menyiapkan petugas cadangan.
Seluruh petugas pengawas TPS secara bergiliran mengikuti tes swab yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya di Gelanggang Remaja.