Pesolek untuk Trenggalek
Pemilihan bupati dan wakil bupati di Trenggalek diharapkan melahirkan pasangan pemimpin yang mampu mengubah ketinggalan daerah menjadi yang terkemuka setidaknya di pesisir selatan Jawa Timur.
Di antara empat kabupaten di Jawa Timur bagian barat daya, nama Trenggalek relatif kalah pamor dibandingkan dengan Ponorogo, Tulungagung, dan Pacitan.
Trenggalek kian dikenal, mungkin, saat dipimpin oleh Emil Elestianto Dardak kurun Februari 2016-Februari 2019 dan kini menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur. Emil akrab dengan media sosial sehingga beragam aktivitas selama memimpin Trenggalek memapar publik, terutama generasi muda. Emil beristri model dan aktris jelita Arumi Bachsin yang tersohor di media sosial.
Boleh jadi, salah satu faktor penting pendorong nama Trenggalek kian dikenal terkait dengan situasi perkembangan teknologi informasi. Apa yang terjadi di Trenggalek, sejauh disebarluaskan melalui saluran media sosial dan media massa yang meruntuhkan batas-batas kebudayaan dan geografi, bisa diketahui publik di mana pun sudut dunia.
Untuk itu, jika ingin terus menjadi salah satu pusat perhatian, Trenggalek harus bersolek. Dalam konteks ini, kontestasi jabatan bupati dan wakil bupati di Trenggalek, untuk mencari sosok pasangan berkarakter ”pesolek” atau yang mampu memelihara nama Trenggalek dan mempercantik wilayah ini menjadi salah satu kawasan terkemuka setidaknya di Jatim selatan.
Baca juga : Antisipasi Meluasnya Covid-19, Akses Wilayah di Sejumlah Daerah di Jatim Dibatasi
Perebutan jabatan adipati di ”Bumi Turangga Yaksa”, julukan Trenggalek, diikuti oleh dua pasang kandidat. Nomor urut 1 adalah Alfan Rianto-Zaenal Fanani yang diusung koalisi PKB (11 kursi) dan PKS (6 kursi). Nomor urut 2 ialah Mochamad Nur Arifin-Syah Muhamad Natanegara yang diusung kekuatan mayoritas parlemen, yakni PDI-P (9 kursi), Golkar (6 kursi), Demokrat (5 kursi), Gerindra (3 kursi), PAN dan Hanura (2 kursi), serta PPP (1 kursi).
Rianto adalah mantan Direktur Perum Jasa Tirta 1, sedangkan Fanani adalah mantan anggota DPRD Kabupaten Trenggalek dari Fraksi PKB. Arifin merupakan Bupati Trenggalek atau petahana yang meneruskan sisa jabatan yang ditinggalkan oleh Emil yang menjadi Wagub Jatim. Natanegara adalah mantan anggota DPRD Kabupaten Trenggalek dari Fraksi PKB.
Dilihat dari latar belakang tadi, pertarungan memperebutkan jabatan bupati-wakil bupati untuk Trenggalek terlihat lebih kental dalam sosok orang nomor dua antara Fanani dan Natanegara. Mereka berasal dari wadah yang sama, yakni Fraksi PKB, tetapi harus berpisah dan bertarung di jalan politik berbeda. Adanya dua kader dari PKB yang menjadi mayoritas kursi di parlemen mungkin mengindikasikan sisi pragmatis partai tersebut untuk mempertahankan cengkeraman di Trenggalek.
Di sisi lain, Arifin cukup kental sebagai kader muda PDI-P yang menjanjikan. Kemenangan Emil-Arifin pada kontestasi 2015 tidak dapat dimungkiri merupakan sisi lain keberhasilan PDI-P menguasai wilayah Jatim barat daya yang cenderung nasionalis. Dengan hak istimewa (privilege) yang melekat sebagai petahana, Arifin berpeluang sekaligus menanggung beban dan tanggung jawab untuk melanjutkan kepemimpinan.
Namun, siapakah penunggang Turangga Yaksa mendatang akan ditentukan oleh 581.880 pemilih di 1.550 tempat pemungutan suara pada 9 Desember 2020 yang masih dalam situasi wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Catatan KPU, tingkat partisipasi pada kontestasi 2011 mencapai 57,6 persen dan pada 2015 meningkat 67,8 persen.
”Kami berharap partisipasi warga tetap tinggi dan kami menjamin pemungutan suara dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat,” kata anggota KPU Kabupaten Trenggalek Nurani, Rabu (25/11/2020).
Kekuatan
Trenggalek seluas 126.140 hektar. Lebih dari dua pertiga wilayah merupakan perbukitan dan sisanya dataran rendah. Tanah berkarakter andosol dan latosol (utara), mediteran, grumosol, dan regosol (timur), aluvial (selatan), dan mediteran (barat). Hanya di empat kecamatan dengan kondisi dataran rendah, yakni Trenggalek, Pogalan, Tugu, dan Durenan, bisa dikembangkan pertanian pangan. Dengan kondisi berbukit, budidaya pertanian yang lebih akomodatif ialah tanaman perkebunan.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku 2019 senilai Rp 18,53 triliun. PDRB atas dasar harga konstan 2010 pada tahun lalu senilai Rp 12,77 triliun. Sektor pertanian khususnya perkebunan berkontribusi amat besar dalam PDRB yang mencapai 27,22 persen. Sumbangan sektor lainnya ialah pengolahan (16,1 persen) dan perdagangan besar-eceran serta reparasi kendaraan (16,2 persen). Dari sini bisa disimpulkan kekuatan Trenggalek ada pada budidaya perkebunan dan pengolahannya termasuk sumber daya dari Samudra Hindia.
Baca juga : Mantan Bupati Trenggalek dan Wartawan Korupsi Rp 7,4 Miliar
Kondisi alam yang cukup sulit masih ditambah ketertinggalan dengan daerah di Jatim bagian utara mengakibatkan Trenggalek dipandang daerah minor. Bisa dimaklumi jika kalangan warga memilih minggat atau merantau bahkan ke mancanegara dengan mimpi sederhana meningkatkan derajat kesejahteraan atau lepas dari jerat kemiskinan. Pada 2018, sebanyak 83.500 jiwa miskin (12 persen dari populasi). Tahun berikutnya, penduduk miskin berkurang menjadi 76.440 (11 persen). Sampai kini, 1 dari 10 ”abdi Turangga Yaksa” atau rakyat Trenggalek miskin.
Pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif, dan transparan akan menjadi landasan yang menjamin terwujudnya misi-misi kami. (Rianto)
Kawasan yang didominasi perbukitan juga membawa potensi ancaman bencana hidrometerologi berupa tanah longsor, tanah gerak, likuefaksi, dan banjir. Situasi yang menghadap Samudra Hindia juga berkonsekuensi potensi tsunami atau pengikisan alami kawasan pantai.
Di sisi lain, perbukitan dan pantai merupakan tawaran eksotik yang luar biasa dalam kepariwisataan. Dalam konteks inilah, kembali lagi, Trenggalek diibaratkan intan dari perut perbukitan atau mutiara dari dasar lautan yang memerlukan pesolek atau pemoles yang mampu memancarkan pesonanya.
Tawaran
Dalam naskah visi dan misi, Rianto-Fanani merumuskan visi Menuju Trenggalek yang Sejahtera Berdaya Saing dan Berakhlak dengan Tata Kelola Pemerintahan Profesional, Aspiratif, Partisipatif, dan Transparan. Sektor pertanian dan pengolahan mendapat porsi utama dalam dua butir misi, yakni memperkokoh kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor unggulan daerah (1) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis agrobisnis dan agroindustri (2).
”Pemerintahan yang profesional, aspiratif, partisipatif, dan transparan akan menjadi landasan yang menjamin terwujudnya misi-misi kami,” kata Rianto.
Baca juga : Ponorogo-Trenggalek Putus, Lalu Lintas Dialihkan ke Panggul
Arifin-Natanegara bervisi Terwujudnya Kabupaten Trenggalek yang Maju melalui Ekonomi Inklusif, Sumber Daya Manusia Kreatif, dan Pembangunan Berkelanjutan. Pertanian sebagai soko guru perekonomian masuk dalam kluster besar misi pertama infrastruktur dasar dan digital yang andal dan berwawasan lingkungan.
Misi kedua mewujudkan kota pariwisata berbasis kolaborasi dan misi ketiga memastikan usaha mikro, kecil, dan menengah naik kelas dengan membangun tata niaga pertanian dan perikanan yang inklusif dan mendorong investasi, penciptaan lapangan kerja, dan kewirausahaan baru untuk pengentasan rakyat dari kemiskinan.
”Jika terpilih kembali, gerak yang akan saya dorong pertama ialah pariwisata yang saya yakini cepat dalam pemulisan ekonomi karena wabah Covid-19 sekaligus mampu mendorong kolaborasi dengan masyarakat,” kata Arifin.
Rianto dan Arifin juga memberi perhatian besar terhadap kerentanan bencana Trenggalek dan buruh migran. Mereka berjanji sama-sama berupaya, ketika terpilih, dalam konteks perekonomian, membuat Trenggalek menjadi lebih mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga tidak ”ditinggalkan” kalangan warganya.
Jika terpilih kembali, gerak yang akan saya dorong pertama ialah pariwisata yang saya yakini cepat dalam pemulisan ekonomi karena wabah Covid-19 sekaligus mampu mendorong kolaborasi dengan masyarakat. (Arifin)
Selain itu, mitigasi bencana juga tetap masuk dalam rencana program kerja yang mereka usulkan, antara lain, pemeliharaan kawasan bakau, rehabilitasi perbukitan, dan penyediaan sarana penanganan bencana yang dapat merespons dengan cepat.
Nah, masa depan Trenggalek akan dimulai dari tangan rakyat dalam pemungutan suara yang tersisa kurang dari dua pekan lagi.