Ekosistem Digital Bantu Berdayakan Penyandang Disabilitas
›
Ekosistem Digital Bantu...
Iklan
Ekosistem Digital Bantu Berdayakan Penyandang Disabilitas
Pandemi tidak dapat dimungkiri ikut berdampak secara ekonomi pada kelompok masyarakat dengan disabilitas. Bantuan dalam bentuk insentif maupun pemberdayaan yang inklusif dibutuhkan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Ekosistem digital yang membantu penyandang disabilitas menggerakkan kembali aktivitas ekonomi mereka jadi salah satu jalan keluarnya. Hal ini menjadi topik utama dalam konferensi virtual ”Mendobrak Batas: Peluang Ekonomi Digital bagi Penyandang Disabilitas”, Selasa (1/12/2020).
Acara itu diselenggarakan Grab Indonesia, bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan komunitas Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin).
Menurut survei yang dilakukan Jaringan Difabel Indonesia terhadap 1.683 responden dari berbagai ragam disabilitas pada 10-24 April 2020, sekitar 86 persen atau 1.361 responden yang bekerja di sektor informal berkurang pendapatannya. Pengurangan pendapatan berkisar antara 50 persen hingga 80 persen.
”Mereka dua kali lebih rentan kesulitan memperoleh pendapatan karena akses pendidikan dan lapangan pekerjaan cenderung minim didapatkan,” kata Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan, salah satu pembicara di acara tersebut.
Untuk membantu penyandang disabilitas keluar dari beban ganda tersebut, ia mengajak pemerintah dan pemangku kebijakan untuk memperbaiki data penyandang disabilitas agar menyesuaikan kebutuhan bantuan hingga lapangan kerja.
Kepada penyandang disabilitas, ia juga mengingatkan untuk memanfaatkan peluang yang ada melalui ekosistem digital. Ekosistem digital, misalnya, mampu membantu menghadirkan toko daring yang efisien, layanan pesan antar, hingga pembayaran digital yang bisa memudahkan penyandang disabilitas.
Beberapa penyandang disabilitas yang tergabung dalam ekosistem digital Grab, mengakui hal tersebut. Mira Ratnawulan, mitra pengemudi GrabBike dan penyandang disabilitas tuli, mengaku senang bisa mendapat pekerjaan sebagai pengemudi daring, di tengah kesulitan mencari pekerjaan untuk difabel seperti dirinya.
”Saat tahu bahwa Grab membuka lowongan untuk mitra pengemudi tuli, saya langsung mendaftar karena saya ingin memiliki penghasilan mandiri untuk menghidupi saya dan keluarga,” tuturnya.
Gilang Rizky Hendrayana (23), mitra agen GrabKios dan disabilitas netra asal Brebes, Jawa Tengah, mengakui, kemudahan mengakses ponsel pintar membukanya pada banyak kesempatan untuk memenuhi kebutuhan harian hingga berwirausaha.
”Keberadaan aplikasi seperti Grab di ponsel pintar bisa saya pakai untuk keseharian, mau beli makan, kirim barang, dan segala macam,” ujarnya.
Pemberdayaan
Gilang menuturkan, bantuan pelatihan usaha juga dibutuhkannya untuk menjalankan bisnis digital yang ia kerjakan saat ini. Beruntung, perusahaan seperti Grab mengikutsertakannya dalam rangkaian program pelatihan peningkatan kapabilitas dan keterampilan bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Neneng Goenadi, selaku Country Managing Director Grab Indonesia, memaparkan, program tersebut terdiri dari sesi motivasi wirausaha, kelas literasi digital, dan modal pengetahuan bisnis digital dan produk finansial bersama GrabKios.
”Setiap sesi akan difasilitasi oleh praktisi yang ahli dan berpengalaman di bidangnya, seperti Dimas Muharam selaku CEO Kartunet yang merupakan wirausahawan disabilitas dan Indriyatno Banyumurti, Praktisi Literasi Digital-Siberkreasi,” kata Neneng.
Selain memberikan peningkatan kapabilitas berupa kelas virtual, Grab juga mendukung perusahaan rintisan lain, seperti Konekin, yang bergerak di bidang pemberdayaan sosial, untuk memberikan pendampingan kepada mitra agen GrabKios disabilitas yang ingin mengembangkan diri di ekosistem digital.
Pada kesempatan sama, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, setiap orang harus punya kesempatan memanfaatkan teknologi digital.
”Dalam upaya mewujudkannya, pemerintah enggak bisa bergerak sendiri, harus kerja sama dengan sektor privat maupun komunitas agar semua orang bisa merasakan pergerakan transformasi digital,” ujarnya.
Pelatihan penyandang disabilitas, menurut dia, juga jadi perhatian Kominfo. Apalagi, berdasarkan proyeksi Bank Dunia, pelibatan penyandang disabilitas dapat menumbuhkan ekonomi global sampai 1,9 triliun dollar Amerika Serikat.