Animo anak muda Indonesia untuk menjadi perancang modifikasi mobil cukup tinggi. Hampir setiap lomba desain modifikasi mobil diserbu peserta yang kebanyakan anak muda.
Oleh
Soelastri Soekirno
·3 menit baca
Pameran mobil selalu menarik perhatian anak muda. Mereka biasanya ingin melihat produk baru yang ditampilkan para agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil. Selain itu, sebagian penonton ingin melihat mobil-mobil yang sudah dimodifikasi.
Mobil-mobil hasil modifikasi kerap menarik perhatian. Tak mengherankan jika ATPM rajin menggelar lomba kompetisi modifikasi mobil. Pesertanya kerap membeludak dengan rentang usia 18-30 tahun.
Daya tarik mobil modifikasi telah memunculkan profesi baru, yakni modifikasi digital (digital modification/digimod). Kreasinya pun menyegarkan dunia otomotif dan para penggemar mobil modifikasi. ATPM Nissan, Honda, dan Suzuki merupakan merek yang biasa menggelar kompetisi digimod.
Sekalipun judulnya modifikasi, panitia dan para panel juri, yang biasanya dari kalangan modifikator senior dan andal, tak akan memisahkan unsur keindahan, kreativitas, kenyamanan, dan keselamatan penumpang mobil. Jadi, tak sekadar indah, tetapi juga aman dan nyaman.
Sebelum pandemi Covid-19, Honda selalu menggelar kompetisi secara fisik, tetapi begitu ada pandemi, lomba mulai digelar secara virtual. Sementara itu, Suzuki, sejak beberapa tahun lalu, selalu mengadakan lomba secara virtual.
Pesertanya sama-sama banyak. Suzuki yang tahun lalu mengadakan lomba digimod mendapat peserta hingga 300-an orang. Adapun lomba digimod yang diadakan Honda selama tiga tahun terus naik. Virtualmod pertama pada 2018 diikuti 562 peserta, tahun 2019 ada 600 peserta, dan awal 2020 diikuti 789 peserta dengan usia berkisar 18 sampai 25 tahun.
Sebelumnya, Honda pernah mengadakan lomba digimod secara fisik. Peserta benar-benar mempraktikkan hasil kreativitasnya untuk dipasang di mobil. Sebanyak 200-an peserta dari berbagai daerah di Indonesia mengirimkan karyanya, tetapi panel juri hanya memilih 30 finalis untuk datang ke babak final.
”Mereka benar-benar datang dari sejumlah daerah. Itu menunjukkan minat modifikasi mobil memang besar karena ongkos modifikasi mobil tidak murah. Belum biaya membawa ke Jakarta,” kata Yulian Karfili, PR & Digital Manager PT Honda Prospect Motor pada Senin (30/11/2020).
Tujuan lomba modifikasi digital tak hanya untuk mewadahi kreativitas anak muda yang gandrung memodifikasi mobil. Dari sisi marketing, lomba itu juga bisa sekaligus mengiklankan produk pelaksana lomba. Tak bisa disangkal, ketika sebuah produk mobil dimodifikasi, penonton minimal melihat merek mobilnya. Makin sering produk tersebut tampil di muka umum, makin banyak orang menancap jenama ATPM dalam ingatan penonton.
Yulian mengakui peran sebuah lomba modifikasi pada jenis mobil tertentu membuat angka penjualan jenis mobil itu makin naik. Keuntungan lain, menurut Rudiansyah, Head of PR & Digital PT Suzuki Indomobil Sales, pihak ATPM mendapat masukan untuk membuat modifikasi produknya. ”Setidaknya memberikan bahan diskusi bagi kami,” katanya.
Sampai sekarang, baik pihak Honda maupun Suzuki belum pernah menggunakan karya pemenang lomba digimod secara penuh untuk diterapkan pada produknya. ”Tidak mudah melakukan itu karena sebuah rancangan modifikasi butuh jalan panjang untuk diwujudkan menjadi barang yang digunakan pada produk massal,” kata Rudiansyah. Hal senada disampaikan Yulian.