”President’s Daily Brief”, Buku Rahasia Pegangan Presiden AS
›
”President’s Daily Brief”,...
Iklan
”President’s Daily Brief”, Buku Rahasia Pegangan Presiden AS
Menjadi Presiden Amerika Serikat berarti memiliki akses pada informasi intelijen ultrarahasia atas berbagai kejadian di dunia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Kurang dari dua bulan lagi Joe Biden akan dilantik menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat. Sebagai pemimpin sebuah negara adikuasa, pria berusia 78 tahun ini pun memiliki akses terhadap dokumen berisi ringkasan informasi intelijen dan kejadian di seluruh dunia, yang disebut President’s Daily Brief.
Lebih dari satu dekade lalu ketika menjadi Wakil Presiden AS mendampingi Barack Obama, Biden telah melihat President\'s Daily Brief (PDB) George W Bush selama masa transisi. Setelah itu, ia juga membaca PDB Obama selama delapan tahun. Mulai Senin (30/11/2020), Biden membaca PBD Presiden Donald Trump.
”Para pengarah hampir pasti akan bertanya kepada Biden format dan gaya penyampaian informasi seperti apa yang disukainya,” kata David Priess, penulis The President’s Book of Secrets, buku yang bercerita sejarah PDB.
”Paling tidak, mereka melihat apa yang paling sesuai dengannya sehingga ketika menyusun buku mereka bisa menyesuaikan,” katanya.
PDB Obama berupa dokumen setebal 10-15 halaman yang terselip di penjilid kulit yang menantinya di meja makan saat sarapan. Di masa kepresidenannya kemudian, Obama lebih suka membaca dokumen intelijen ultrarahasia itu melalui iPad yang sudah diamankan.
Dalam bukunya yang baru saja dirilis, A Promised Land, Obama menulis, ”Michelle menyebut PDB sebagai ’buku kematian, kehancuran, dan hal-hal mengerikan’.”
”Pada satu hari, saya mungkin membaca tentang sel teroris di Somalia atau kerusuhan di Irak atau fakta bahwa China atau Rusia mengembangkan sistem persenjataan baru,” tulis Obama.
”Hampir selalu, ada informasi potensi teror, tak peduli seberapa samar, seberapa minim sumbernya, atau tidak bisa ditindaklanjuti–sebagai bentuk uji tuntas penyelidikan komunitas intelijen yang dimaksudkan untuk mencegah kejadian setelah 9/11,” demikian tulis Obama.
Sejak sekarang sampai hari pelantikan, Biden dan Wakil Presiden terpilih, Kamala Harris, akan membaca PDB yang dibuat untuk Trump. Trump lebih suka menyerap informasi dalam bentuk visual, seperti teks yang pendek dan grafis.
”Trump sendiri mengatakan selama kampanyenya dan selama masa transisi tahun 2016 bahwa dirinya tidak suka membaca dokumen yang panjang. Ia lebih suka membaca poin-poin penting,” kata Priess.
”Mungkin ada bagan, tabel, grafis–semacam itu. Bukan juga buku kartun seperti diparodikan oleh orang-orang ... tetapi sesuatu yang lebih visual. Namun, kita tidak tahu pasti seperti apa,” ujar Priess.
Arahan tertulis, yang oleh Trump tidak selalu dibaca, sering kali diikuti arahan lisan langsung oleh pejabat intelijen. Sejak Oktober, pengarahan lisan ini tidak lagi dilakukan.
Priess tidak mengetahui mengapa tidak lagi dilakukan atau apakah nanti akan dilakukan kembali. Namun, di kala itu Trump mulai menghabiskan banyak waktunya untuk kampanye.
Sebelum Trump mengizinkan Biden untuk melihat PDB sebagai presiden terpilih, Biden telah mendapat arahan intelijen sebagai kandidat presiden. Namun, isinya lebih umum dan tidak termasuk rahasia negara.
Dalam sebuah acara di Center for Presidential Transition di Washington, mantan Pelaksana Direktur CIA Mike Morell menyebutkan, hal lain yang presiden terpilih dapatkan adalah pengarahan ”tentang tindakan rahasia CIA”.
”Penting bagi presiden terpilih untuk mendapat pengarahan ini ... karena pada hari pelantikan, tindakan rahasia ini akan menjadi tindakan presiden yang baru.”
Pada tahun 1961, Presiden John F Kennedy membaca arahan pertamanya sambil duduk di papan loncat kolam renang di lokasi retretnya di Blue Ridge Mountains of Virginia.
Sementara Presiden Lyndon Johnson biasa membaca arahannya di sore hari. Adapun Presiden Richard Nixon mengandalkan penasihat keamanan nasionalnya, Henry Kissinger, untuk membaca dengan teliti arahannya dan memberi tahu apa yang perlu diketahui presiden.
Saat penghitungan ulang surat suara berlarut-larut di tahun 2000, Presiden Bill Clinton memutuskan bahwa Gubernur George W Bush harus mendapat akses pada PDB-nya kalau-kalau ia terpilih menjadi presiden. Itu sebabnya, Bush menjadi presiden pertama yang membaca PDB-nya sebelum terpilih menjadi presiden.
Adapun Biden mendapat PDB lebih lambat dari biasanya karena protes Trump atas hasil penghitungan suara. Trump baru memberikan akses Biden pada PDB-nya Selasa lalu, sehari setelah pemerintahannya menyetujui proses transisi formal kepada penerusnya.
Sekalipun PDB berisi banyak rahasia negara, beberapa hal yang pasti ketika Biden mulai bekerja di Ruang Oval adalah ia mewarisi ancaman nuklir dari Korea Utara dan Iran, perubahan dinamika politik di Timur Tengah, surutnya kehadiran AS di Afghanistan, dan meningkatnya persaingan dengan China.
Biden mengakses PDB-nya d Wilmington, Delaware, sedangkan Harris menerimanya di sebuah ruangan yang aman di Departemen Perdagangan di mana tim transisi presiden bekerja.
Sekalipun Biden puluhan tahun kaya asam garam kebijakan luar negeri, ia bisa menjadi korban dari pepatah politik lama bahwa sebanyak apa pun informasi yang ia miliki, ia bisa mendapati informasi sebaliknya dalam PDB.
Mantan Direktur CIA Michael Hayden menulis dalam bukunya bahwa ilham dan wawasan baru yang ditemukan dari PDB dikenal dengan momen ”oh, tidak” momen. (AP)