Rusia Tempatkan Rudal Canggih Siap Tempur di Kepulauan Kuril
›
Rusia Tempatkan Rudal Canggih ...
Iklan
Rusia Tempatkan Rudal Canggih Siap Tempur di Kepulauan Kuril
Militer Rusia menempatkan sistem pertahanan udara mereka, Rudal S-300V4, siap tempur di Kepulauan Kuril, yang disengketakan dengan Jepang.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TOKYO, RABU — Hubungan Jepang dan Rusia kembali memanas setelah militer Rusia mengumumkan penempatan sistem pertahanan udara tercanggih mereka, S-300V4, di Kepulauan Kuril, yang menjadi sumber ketegangan dua negara itu.
Penempatan sistem pertahanan oleh militer Rusia menandai langkah terbaru pengembangan militer ”Negeri Beruang Merah” tersebut.
Dalam pernyataan yang dikutip dari kantor berita TASS, Distrik Militer Timur Rusia, Senin (1/12/2020), menyatakan, sistem pertahanan udara S-300V4 telah memasuki tugas tempur di Kepulauan Kuril, Selasa (2/12/2020).
Penempatan sistem pertahanan udara baru di sana, bahu-membahu dengan sistem pertahanan Tor M2, diharapkan akan memberikan daya gedor yang lebih terhadap ”para agresor” atas kepulauan yang diklaim sebagai wilayah Rusia itu.
Stasiun TV Kementerian Pertahanan Rusia, Zvezda, mengeluarkan laporan bahwa sistem pertahanan itu ditempatkan di Iturup, salah satu dari empat pulau di Kepulauan Kuril paling selatan, yang disebut Rusia sebagai wilayah Sakhalin.
Komandan Pasukan Distrik Militer Timur Kolonel Jenderal Gennady Zhidko, menurut TASS, telah memeriksa kesiapan sistem pertahanan udara itu untuk memasuki tugas tempur.
Dia juga sempat menyaksikan anggotanya mengoperasikan sistem pertahanan udara itu ketika pelanggaran perbatasan udara Rusia terjadi oleh ”agresor asing”.
S-300V4 adalah sistem rudal pertahanan udara yang sangat dinamis, dirancang untuk melindungi fasilitas militer dan administrasi yang vital dari serangan udara balistik dan aerodinamis.
Ini adalah versi keempat dari sistem rudal pesawat yang berinduk pada model pertama, S-300P yang dibuat perusahaan persenjataan milik lembaga penelitian dan pengembangan militer Rusia, NPO Almaz.
Dikutip dari laman CSIS, daya jangkau seri V ini terus meningkat sejak pertama kali dipakai pada 1988. Induknya, S-300P, hanya memiliki daya jangkau sekitar 40 kilometer.
Kini, S-300V4 diperkirakan memiliki daya jangkau 150 kilometer, bahkan disebut-sebut bisa mencapai 400 kilometer hanya dalam 10-12 menit. Kini, militer Rusia juga sudah mengembangkan generasi terbaru S-300P yang diberi nama S-400.
Penempatan sistem pertahanan baru ini hanya berselang dua bulan setelah Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan Presiden Rusia Vladimir Putin berdialog tentang upaya diplomatik terbaru untuk menyelesaikan sengketa Kepulauan Kuril.
Dikutip dari laman kantor berita Kyodo, Suga dan Putin sepakat melakukan pembicaraan langsung tatap muka dalam waktu secepat mungkin untuk membicarakan sengketa tersebut dan juga membahas hubungan bilateral lainnya. Suga menginginkan sengketa wilayah itu diselesaikan pada masa pemerintahannya.
”Saya ingin mengakhiri sengketa wilayah utara ini tanpa menyerahkan kepada generasi berikutnya,” kata Suga.
Pada Oktober lalu, Pemerintah Rusia mengatakan bahwa mereka akan menempatkan sistem pertahanan udara di pulau yang disengketakan hanya untuk keperluan latihan militer semata dan bukan untuk operasi atau tugas tempur.
Keputusan militer Rusia menempatkan sistem pertahanan udara S-300V4 untuk tugas tempur alih-alih latihan, hampir pasti akan direspons oleh Jepang.
Jepang sangat sensitif terhadap gerakan militer Rusia di Kepulauan Kuril, wilayah strategis mereka, yang membentang di timur laut dari Hokkaido, Jepang, ke wilayah Timur Jauh Rusia di Kamchatka.
Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menghabiskan banyak waktu dan tenaga dengan harapan bisa menegosiasikan solusi selama hampir delapan tahun menjabat, tetapi hanya mendapatkan sedikit kemajuan.
Kepulauan Kuril selayang pandang
Situs kantor berita TASS melaporkan, Kepulauan Kuril adalah rangkaian pulau antara Semenanjung Kamchatka, Rusia, dan Pulau Hokkaido, Jepang. Awalnya, gugus kepulauan itu dikuasai etnis Ainu. Catatan pertama tentang Kepulauan Kuril muncul di Jepang setelah ekspedisi pada 1635-1637.
Pada 1643, pulau-pulau tersebut dieksplorasi oleh ekspedisi Belanda yang dipimpin Maarten de Vries. Ekspedisi Rusia pertama dipimpin Vladimir Atlasov mencapai bagian utara gugus Kepulauan Kuril pada 1697. Katarina yang Agung memasukkan kepulauan itu ke dalam Kekaisaran Rusia pada 1786.
Pada 7 Februari 1855, Rusia dan Jepang menandatangani apa yang disebut Perjanjian Shimoda, di mana Kepulauan Iturup, Kunashir, Shikotan, dan Bukit Kuril Kecil di bawah penguasaan Jepang, sedangkan bagian utara Kepulauan Kuril tetap di bawah kendali Rusia.
Status Sakhalin tidak ditentukan dan pulau itu diproklamasikan sebagai milik bersama. Dualitas kekuasaan seperti itu memicu konflik antara pedagang dengan pelaut Rusia dan Jepang.
Perjanjian St Petersburg 1875 tentang pertukaran wilayah menyelesaikan kebuntuan. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Rusia menyerahkan semua Kepulauan Kuril ke Jepang, sementara Tokyo menyerahkan kendali atas Sakhalin kepada Kekaisaran Rusia. (AP/REUTERS/CAL)