Waspadai Hambatan Distribusi Barang Menjelang Akhir Tahun
›
Waspadai Hambatan Distribusi...
Iklan
Waspadai Hambatan Distribusi Barang Menjelang Akhir Tahun
Faktor cuaca berpotensi memengaruhi pasokan sejumlah komoditas pangan karena produksi dan distribusi terganggu. Indeks Harga Konsumen diperkirakan naik meski permintaan dan daya beli belum pulih akhir tahun ini.
Oleh
M Paschalia Judith J / Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati permintaan dan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih, Indeks Harga Konsumen diperkirakan tetap naik atau kembali terjadi inflasi pada Desember 2020. Terhambatnya distribusi barang karena faktor bisa menjadi pemicunya.
Indeks Harga Konsumen (IHK), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kembali naik pada November 2020. BPS mencatat inflasi pada November 2020 mencapai 0,28 persen secara bulanan, sementara pada bulan sebelumnya 0,07 persen. Kenaikan inflasi dinilai menunjukkan perekonomian bergeliat kendati secara keseluruhan permintaan domestik lemah tahun ini.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menyatakan, komoditas bergejolak (volatile food) menyumbang inflasi terbesar pada November 2020. Inflasi komponen ini mencapai 1,31 persen dengan andil 0,21 persen. Komoditas yang naik harganya, di antaranya telur dan daging ayam ras, cabai merah, dan bawang merah.
”Ke depan, musim hujan dan libur akhir tahun perlu diwaspadai. Jangan sampai, distribusi barang ke konsumen terhambat,” kata Setianto dalam konferensi pers, Selasa (1/12/2020).
Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri, kenaikan harga sejumlah komoditas pangan disebabkan oleh menipisnya stok di pemasok. Selain karena produksi yang diperkirakan cenderung turun, distribusi bahan juga menghadapi kendala.
Bencana hidrometeorologi, seperti tanah longsor dan banjir, membuat distribusi barang jadi terhambat. ”Kondisi ini bisa diatasi dengan persiapan berupa pendataan dan pemetaan daerah produsen pangan. Apabila ada satu wilayah yang distribusinya terhambat, kita bisa mencari alternatifnya,” katanya saat dihubungi, Selasa (1/12/2020).
Dari segi konsumen, Abdullah menilai permintaan masyarakat belum pulih. Indikatornya ada pada penurunan omzet pedagang pasar yang berkisar 50 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi ini terjadi selama pandemi Covid-19. Namun, belanja masyarakat diharapkan meningkat pada akhir tahun ini.
Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Barang Kebutuhan Pokok menjelang Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 di Bali, Kamis (26/11/2020), Menteri Perdagangan Agus Suparmanto meminta kepala daerah untuk memantau perkembangan harga dan pasokan secara intensif. Jalur dan rantai distribusi barang kebutuhan pokok beserta keberadaan pelaku usaha yang terkait juga perlu dipetakan dan diidentifikasi.
Dia memperkirakan, harga barang kebutuhan pokok stabil sepanjang 2020 stabil dengan indikator inflasi kelompok barang bergejolak menurut tahun kalender mencapai 0,12 persen. ”Angka itu relatif rendah karena dipengaruhi oleh lemahnya permintaan masyarakat serta terjaganya pasokan dan distribusi pangan,” ujarnya.
Belum membaik
Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance Tauhid Ahmad mengatakan, sekilas, peningkatan laju inflasi dari Oktober ke November 2020 dapat menjadi indikator awal bahwa kegiatan perekonomian sudah mulai berjalan. Namun, Tren inflasi secara keseluruhan yang masih rendah menunjukkan permintaan domestik masih lemah..
Tren inflasi secara keseluruhan yang masih rendah menunjukkan permintaan domestik masih lemah.
BPS mencatat, inflasi inti pada November hanya mencapai 0,06 persen secara bulanan dan 1,67 persen secara tahunan. Hal itu melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Ini menunjukkan, daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.
”Meski ada sedikit perbaikan, tetapi sangat tipis sehingga belum dapat dikatakan bahwa daya beli masyarakat mulai membaik. Mungkin ada sumbangan dari program bantuan sosial yang digencarkan pemerintah, tetapi dampaknya masih tipis sekali,” kata Tauhid.
Menurut Tauhid, inflasi pada November 2020 disumbang oleh kenaikan harga komoditas pangan. Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan disebabkan oleh terganggunya pasokan akibat cuaca buruk. Produksi sejumlah komoditas pangan terganggu musim hujan. Distribusi dari wilayah produksi ke wilayah konsumsi juga terhambat.
Musim hujan dan cuaca buruk yang merata terjadi di berbagai wilayah pada pengujung tahun ini pun diperkirakan akan mendorong semakin tingginya inflasi.
Oleh karena itu, pemerintah harus segera mewaspadai potensi hambatan distribusi ke depan. Jalur distribusi perlu dikontrol, demikian pula stok di beberapa wilayah harus disiapkan untuk mewaspadai gangguan pasokan akibat hambatan distribusi.
”Pasti akan ada problem distribusi. Selain faktor cuaca buruk, daerah produsen juga akan mempertimbangkan daerahnya sendiri sebelum melempar ke daerah lain. Pemerintah bisa memetakan dan menyiapkan stok untuk daerah-daerah yang memang minus sejak awalnya. Misalnya, Batam, NTT, yang stoknya harus didatangkan dari provinsi lain,” kata Tauhid.