Industri digital di berbagai bidang dan sektor tumbuh pesat di masa pandemi Covid-19, termasuk di sektor asuransi. Penyediaan kemudahan bagi nasabah merupakan cara perusahaan asuransi bertahan dan berkembang.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Asuransi Adira Dinamika Tbk atau Adira Insurance memperkuat infrastruktur digital untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Agar bisnis bisa kembali tumbuh, nilai tambah akan diberikan pada produk asuransi untuk mengakomodasi kebutuhan nasabah.
Presiden Direktur Adira Insurance Hassan Karim mengatakan, industri asuransi secara umum, khususnya Adira Insurance, terus menyesuaikan diri terhadap berbagai kemungkinan proteksi yang timbul akibat pandemi Covid-19.
Hasan mengatakan, penetrasi bisnis asuransi perlu digitalisasi untuk semakin memudahkan konsumen dan calon konsumen terkait klaim, layanan, dan informasi produk.
”Pada saat mobilitas masyarakat banyak berkurang akibat pandemi, bukan berarti kebutuhan asuransi juga ikut terhenti,” ujarnya dalam diskusi virtual bertajuk ”How to Win The Market Through and Post Covid-19”, Kamis (3/12/2020).
Pada saat mobilitas masyarakat banyak berkurang akibat pandemi, bukan berarti kebutuhan asuransi juga ikut terhenti.(Hassan Karim)
Adira Insurance memperkirakan, pada waktu mendatang, pelancong akan beralih ke platform digital dalam mencari layanan perjalanan, termasuk untuk memesan hotel dan akomodasi.
Selain itu, wisata domestik diproyeksi akan lebih diminati dibandingkan dengan wisata internasional. Sebab, diperkirakan pada tahun depan masih akan ada perbatasan negara yang belum dibuka untuk mencegah perluasan penularan Covid-19.
Pelancong akan beralih ke platform digital dalam mencari layanan perjalanan, termasuk untuk memesan hotel dan akomodasi.
Berlandaskan proyeksi tersebut, Adira Insurance akan mengoptimalkan layanan untuk kebutuhan nasabah.
”Kami ingin memberikan nilai lebih terhadap produk-produk sebelumnya, misalnya untuk asuransi perjalanan. Tidak hanya proteksi terkait musibah, delay, tetapi juga yang ada hubungannya dengan pandemi,” kata Hassan.
Adira Insurance, yang diakuisisi Zurich Insurance Company (Zurich) pada November 2019, membukukan premi bruto per triwulan III-2020 senilai Rp 1,5 triliun. Perolehan ini tumbuh 23,1 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 1,22 triliun.
Industri
Sementara itu, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sepanjang Januari-September 2020, perolehan premi industri Rp 53,87 triliun. Nilai ini turun 7 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, yaitu Rp 57,9 triliun.
Perolehan premi terbesar masih berasal dari lini bisnis utama asuransi kerugian, yakni asuransi properti Rp 14,26 triliun dan kendaraan bermotor Rp 11 triliun. Namun, premi dari kedua lini utama itu turun hingga Rp 3,72 triliun dibandingkan dengan periode Januari–September 2019.
Lewat pengembangan layanan dan optimalisasi digitalisasi, Adira Insurance akan berupaya untuk memperdalam penetrasi ke nasabah-nasabah baru yang belum tersentuh layanan perbankan.
”Hal utama yang perlu disiapkan agar industri asuransi bisa bertahan di saat pandemi dan tumbuh pascapandemi adalah layanan digital serta memiliki hubungan dengan gerbang pembayaran,” ujarnya.
Adira Insurance akan berupaya untuk memperdalam penetrasi ke nasabah-nasabah baru yang belum tersentuh layanan perbankan.
Hassan juga berharap penjualan otomotif akan bangkit pada 2021 untuk bisa memperluas pangsa pasar asuransi kendaraan. Namun, peningkatan penjualan otomotif akan sangat bergantung pada kondisi perekonomian
Secara terpisah, Wakil Ketua AAUI Bidang Statistik, Riset, dan Analisis Trinita Situmeang menyebutkan, tekanan ekonomi masih berdampak bagi industri asuransi kerugian. Alhasil, banyak lini asuransi yang kinerjanya terkontraksi secara tahunan.