Pelibatan Warga di Kawasan Rawan Banjir Masih Minim
›
Pelibatan Warga di Kawasan...
Iklan
Pelibatan Warga di Kawasan Rawan Banjir Masih Minim
Pelibatan warga untuk mengantisipasi bencana banjir belum mendapat respons penuh. Sebagian warga yang tinggal di kawasan rawan banjir belum tergerak melakukan inisiatif.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterlibatan warga mengantisipasi bencana hidrologi di kawasan rawan belum terlibat maksimal. Inisiatif untuk mengurangi potensi banjir di area itu masih minim. Karena itu, pemerintah perlu mencari terobosan untuk melibatkan warga lebih banyak.
Langkah inisiatif warga yang diharapkan, di antaranya menjaga kebersihan lingkungan, saluran air, serta proses evakuasi ketika terjadi banjir. Hal itu dikeluhkan Harmadi, Ketua RW 005 Kelurahan, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (3/12/2020).
Padahal, RW 005 Karet Tengsin adalah satu dari sekian lokasi di Jakarta yang kerap diterpa banjir. Harmadi menyebutkan, wilayah ini beberapa kali terdampak banjir besar sejak 2002 hingga Januari 2020 lalu. Meski begitu, upaya penanggulangan belum kompak dan kerap bergerak secara soliter.
”Ya, namanya juga dinamika bermasyarakat, ada saja yang susah dibilangin. Hal yang paling sulit juga adalah saat terjadi banjir dan harus evakuasi. Saya berniat meminta mereka ikut evakuasi, tetapi ada saja yang bertahan di rumah. Pas rumah mereka seluruhnya terendam, baru pada minta tolong. Ada yang seperti itu,” kata Harmadi di Kantor RW 005 Karet Tengsin, Kamis siang.
Rabu (2/12/2020) kemarin, RW 005 Karet Tengsin menjalani simulasi sebagai Kampung Tangguh Bencana Banjir oleh Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat. Harmadi menyebutkan, simulasi evakuasi banjir tersebut berjalan dengan minim partisipasi warga. Alasan sebagian warga tidak terlibat saat itu juga adalah karena situasi pandemi Covid-19.
Sebagian warga juga lebih memilih di rumah saat terjadi banjir. Surtinah (56), warga RT 009 RW 005 Karet Tengsin, mengaku enggan di posko evakuasi dan lebih memilih tetap di rumah apabila memungkinkan. Pilihan tersebut terutama karena alasan kenyamanan di tenda evakuasi.
Lokasi lain yang rawan banjir adalah RW 001 Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Ari Sukmawan, Ketua RT 007 RW 001 Semanan, sulit mengoordinasi warga dalam kelompok saat evakuasi. Warga, menurut Ari, kerap panik hingga akhirnya menjadi tak keruan.
"Saya juga inginnya memberi tahu warga kalau kita lagi waspada banjir. Tapi ada yang terlalu santai, enggak peduli, terus pas tiba-tiba banjir mereka panik. Padahal tahun ke tahun banjir telah jadi rutinitas, tetapi, ya, kok masih kaget juga," kata Ari.
Terkait itu, Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta Sabdo Kurnianto menyatakan, upaya pelibatan warga saat ini berusaha digencarkan lewat Kampung Tangguh Bencana Banjir. Ada beberapa lokasi rawan banjir di tingkat RW yang kini menjadi kawasan percontohan.
Beberapa kawasan itu, antara lain RW 005 Karet Tengsin, RW 001 Rawa Buaya di Jakarta Barat, serta RW 001 dan RW 002 Pegadungan di Jakarta Selatan. Sabdo mengatakan, warga akan dilatih secara komunitas untuk mengantisipasi bencana banjir. Salah satunya, yakni dengan memetakan wilayah banjir dan untuk evakuasi.
Dalam format Kampung Tangguh Bencana Banjir, ada pemetaan lokasi evakuasi. Beberapa lokasi rumah ibadah, misalnya, dimanfaatkan pula sebagai lokasi evakuasi. Warga juga dilengkapi dengan sejumlah sarana evakuasi yang terpusat di posko RW setempat.
”Intinya, warga punya peran dalam menghadapi bencana banjir. Potensi itu akan dikuatkan selagi pemerintah berupaya menanggulangi bencana juga," tutur Sabdo.
Pengamat tata kota Yayat Supriatna menyebutkan, pelibatan masyarakat dalam penanganan banjir diperlukan sebagai upaya membentuk ketahanan sosial. Aksi solidaritas antarwarga dapat mempermudah penanganan bencana, terutama dalam proses evakuasi saat terjadi banjir. Peran keterlibatan warga memang tidak bisa disepelekan dalam penanggulangan bencana.
”Komunitas warga punya peran tersendiri dalam penanggulan bencana, terutama dalam proses evakuasi dan pemulihan pascabencana. Komunitas yang kuat itu bisa dibentuk, bahwa ada permasalahan banjir yang melanda warga secara luas. Masalah banjir tersebut harus menjadi kesadaran bersama,” jelasnya.