Polda Kalteng Bongkar Pabrik Merkuri Rumahan di Palangkaraya
›
Polda Kalteng Bongkar Pabrik...
Iklan
Polda Kalteng Bongkar Pabrik Merkuri Rumahan di Palangkaraya
Polda Kalimantan Tengah mengungkap kasus pembuatan merkuri sebagai bahan baku petambang emas ilegal di Kalteng. Merkuri bisa merusak sungai-sungai hingga merugikan kesehatan warga Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Aparat Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah menangkap pembuat dan penjual merkuri di Kota Palangkaraya. Mereka ialah empat pekerja dan seorang pemodal pabrik rumahan merkuri tersebut.
Kelima orang tersebut sudah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. Mereka saat ini menjalani pemeriksaan di Polda Kalteng, Kota Palangkaraya, Kalteng.
Kepala Kepolisian Daerah Kalteng Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo mengungkapkan, pihaknya mendapatkan laporan dari masyarakat terkait sebuah rumah yang menjadi pusat pembuatan merkuri atau air raksa yang biasanya dijual kepada para petambang ilegal di seluruh Kalteng. Lokasinya berada di wilayah Pahandut Seberang, Kota Palangkaraya.
”Awalnya, kami menangkap empat orang terlebih dahulu, setelah itu kami menangkap BR (40) yang merupakan pemodal atau pemilik tempat pembuatan pabrik merkuri tersebut,” kata Dedi dalam jumpa media di Palangkaraya, Kamis (3/12/2020).
Dedi menjelaskan, penangkapkan itu dilakukan pada Rabu (2/11/2020) malam oleh tim dari Subdirektorat Tindak Pidana Tertentu Direktorat Kriminal Khusus Polda Kalteng. ”Ini merupakan bentuk komitmen kami untuk memberantas penggunaan merkuri yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan,” kata Dedi.
Pabrik merkuri rumahan tersebut, lanjut Dedi, sudah beroperasi selama lima tahun yang produksinya dijual ke wilayah Kabupaten Gunung Mas, Katingan, Barito Utara, Barito Timur, Kotawaringin Barat, dan Kabupaten Kotawaringin Timur. ”Selama setahun ini, peminatnya makin banyak. Artinya penggunaannya sudah kian meluas di seluruh Kalteng,” ujar Dedi.
Direktur Direktorat Kriminal Khusus Polda Kalteng Komisaris Besar Pasma Royce mengungkapkan, pihaknya menyita beberapa barang bukti, antara lain, batu sinambar, bubuk besi, dan kapur. Beberapa peralatan atau mesin pembuat juga disita petugas.
”Setiap kilogram merkuri itu, mereka membutuhkan modal Rp 400.000 dan dijual dengan harga Rp 2 juta per kilogramnya,” kata Pasma.
Pasma menjelaskan, pelaku juga menggunakan beberapa mesin penyulingan untuk proses pembuatan merkuri tersebut. Setiap penyulingan membutuhkan waktu 6-8 jam dalam sehari sehingga para pelaku bisa mendapatkan merkuri setidaknya 2 sampai 3 kilogram per hari. ”Ini merupakan tempat produksi terbesar yang pernah diungkap di Kalteng,” kata Pasma.
Ini merupakan tempat produksi terbesar yang pernah diungkap di Kalteng.
Hadir dalam kegiatan jumpa media itu perwakilan dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalteng dan beberapa instansi terkait lainnya. Kepala Seksi Pengawasan Operasi Produksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalteng Martweim menjelaskan, penggunaan merkuri sudah mencemari banyak sungai di Kalteng.
”Berdasarkan pantauan kami, wilayah yang kini banyak ditambang menggunakan merkuri itu ada di Katingan, Gunung Mas, dan wilayah Barito,” kata Martweim.
Menurut Martweim, penggunaan air raksa sudah dilarang negara bahkan dalam kesepakatan internasional. Hal itu karena dampak yang ditimbulkan begitu mengerikan. Banyak keluarga terkena beragam penyakit lantaran penggunaan merkuri.
”Para pekerja ini juga bisa terpapar langsung, begitu juga masyarakat sekitar, ini berbahaya sekali,” kata Martweim.
Aparat keamanan masih terus melakukan pengembangan dari kasus ini. Mereka menduga masih ada pabrik rumahan lainnya di Kalteng.
Kalteng memang dikenal dengan begitu banyak sungai yang panjangnya ratusan bahkan ribuan kilometer. Sungai-sungai besar itu memiliki begitu banyak anak sungai. Sebagian besar di lokasi sungai besar dan anak sungai banyak ”digerogoti” mesin-mesin petambang, baik menggunakan alat berat maupun mesin tradisional.
Di Kabupaten Gunung Mas, Talia (66), salah satu petambang, mengungkapkan sudah berhenti menambang sejak lima tahun lalu. Ia mengakui pernah menggunakan merkuri untuk menambang. Menurut dia, tanpa merkuri, akan sangat sulit memisahkan butiran emas dari material lainnya.
”Mudah dapat merkuri itu, biasanya yang jual merkuri itu, ya, yang beli emas-emas kami juga,” ujarnya.