Sidoarjo Rencanakan Ujicoba Sanitary Landfill Mulai Januari
›
Sidoarjo Rencanakan Ujicoba...
Iklan
Sidoarjo Rencanakan Ujicoba Sanitary Landfill Mulai Januari
Sidoarjo bersiap mengoperasikan pengelolaan sampah secara tertutup dengan sistem sanitary landfill. Namun, karena kapasitasnya terbatas, pengolahan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) ditingkatkan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bersiap menutup tempat pembuangan akhir di Kecamatan Jabon karena kondisinya yang tak lagi mampu menampung volume sampah domestik yang dihasilkan oleh masyarakat setiap harinya. Gunungan sampah terlalu tinggi sehingga rawan longsor dan membahayakan masyarakat.
Sebagai gantinya Pemkab Sidoarjo bersiap mengoperasikan pengelolaan sampah dengan secara tertutup dengan sistem sanitary landfill. Namun, karena terbatasnya kapasitas sistem ini, pengolahan sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) akan ditingkatkan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo Sigit Setyawan mengatakan volume sampah domestik di wilayahnya mencapai 1.200 ton per hari. Mayoritas merupakan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh 2,3 juta jiwa penduduk, dan sedikit sampah rumah tangga dari perusahaan.
Uji coba pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill direncanakan berlangsung mulai Januari 2021. Uji coba diharapkan selesai dalam waktu kurang dari enam bulan sehingga pertengahan tahun sistem ini sudah beroperasi penuh (Sigit Setyawan)
Selama ini, sampah tersebut dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon yang berkapasitas 800 ton per hari. Seiring terjadinya penurunan daya dukung lingkungan, kapasitas TPA Jabon semakin berkurang dan tersisa 600 ton per hari. Namun, untuk saat ini sudah terjadi kelebihan kapasitas di TPA.
Sigit mengatakan Pemkab Sidoarjo tidak membangun TPA baru sebab sistem pengelolaan sampah secara terbuka (open dumping) memiliki banyak kekurangan sehingga ditinggalkan. Sebagai gantinya, pemda segera mengoperasikan pengelolaan sampah secara tertutup dengan sistem sanitary landfill.
“Uji coba pengelolaan sampah dengan sistem sanitary landfill direncanakan berlangsung mulai Januari 2021. Uji coba diharapkan selesai dalam waktu kurang dari enam bulan sehingga pertengahan tahun sistem ini sudah beroperasi penuh,” ujar Sigit Setyawan.
Untuk mengoperasikan sistem sanitary landfill, DLHK Sidoarjo tengah menyiapkan sumberdaya manusia sebagai tenaga operator. Itu karena sistem sanitary landfill ini berbeda dengan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan sebelumnya.
Pembangunan sanitary landfill yang menelan anggaran lebih dari Rp 300 miliar ini merupakan program Kementerian PUPR. Kapasitasnya hanya 80 ton per hari. Namun, dalam proses pengolahannya, terbagi menjadi dua aktivitas yakni penyortiran dan pembuatan kompos. Kapasitas pemilahannya hanya 15 ton per hari sedangkan pengomposan hanya 35 ton per hari.
Karena terbatasnya kapasitas pengolahan tersebut, tidak semua sampah domestik dikirim ke sanitary landfill. Sampah rumah tangga itu harus diolah lebih dulu di tiga TPST kawasan milik pemda, dan hanya sisanya yang dibuang ke sanitary landfill.
Menurut Sigit, selama ini pengolahan di TPST sudah berjalan. Namun, kapasitasnya juga terbatas sehingga menyisakan jumlah sampah sebesar 50 persen atau sekitar 600 ton yang dibuang ke TPA Jabon. Kapasitas TPST mulai tahun depan akan ditingkatkan hingga dua kali lipat agar mampu mengolah sampah lebih besar lagi.
Tiga TPST yang dikelola pemda tersebar di Desa Banjarbendo, kawasan Lingkar Timur, dan Kecamatan Taman dengan kapasitas masing-masing sebesar 40-60 ton per hari. Rencananya, kapasitas TPST itu ditingkatkan menjadi 100 ton per hari. Selain untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke sanitary landfill, juga menekan biaya pengolahan sampah terutama biaya pengangkutan.
Bersamaan dengan beroperasinya sanitary landfill, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon yang selama ini dikelola pemda akan ditutup. Sekarang tengah disusun perencanaan teknis penutupan TPA Jabon seperti menyiapkan saluran-saluran gas metan, pembentukan terasering, dan perataan permukaan gunungan sampah dengan tanah.
Anggaran terkait perencanaan teknis penutupan operasional TPA jabon sudah dialokasikan dalam APBD-Perubahan 2020. Implementasi di lapangan, menunggu serahterima program sanitary landfill dari Kementerian PUPR. Selain itu untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke sanitary landfill, DLHK menertibkan sampah liar dengan meluncurkan aplikasi Sippas.
Informasi pemantauan
Pengelola Data Angkutan Sampah DLHK Sidoarjo Tri Murtini mengatakan Sippas merupakan sistem informasi pemantauan pengelolaan angkutan sampah. Fungsinya mendata sampah yang masuk ke TPA dan melaporkan data terkini penanganan sampah.
Sippas ini digunakan sopir truk pengangkut sampah untuk mendata proses dan lokasi titik pengambilan sampah. Pendataan ini penting untuk mengantisipasi sampah liar dari luar daerah dikirim ke Sidoarjo. Selama ini disinyalir banyak kiriman sampah dari luar kota masuk ke TPA.
"Sippas juga bermanfaat menyampaikan informasi status sampah kepada pengguna jasa angkutan sampah. Petugas akan tahu kapan sampah siap diambil dan apakah pengguna sudah membayar retribusinya," ucap Murtini.
Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengajak masyarakat di wilayahnya peduli sampah dengan mengelola sejak dari hulu. Contohnya memilah sampah yang bisa didaur ulang dan bernilai ekonomi. Selain itu membudayakan membuang sampah pada tempatnya.
"Sebesar apapun kapasitas tempat pengolahan sampah yang disediakan oleh pemda tidak akan mampu mengatasi persoalan apabila tidak ada peran aktif masyarakat. Setidaknya, warga bisa membantu dengan mengurangi volume sampah rumah tangga setiap harinya," kata Hudiyono.