Sepanjang pertunjukan, tak ada sapaan seperti apa kabar, misalnya. Nadin lebih senang ”menyapa” penontonnya dengan kalimat-kalimat puitis layaknya orang berpuisi yang menjalin satu per satu lagunya.
Oleh
Dwi As Setianingsih
·5 menit baca
Maksud hati bertaut bersama Nadin di Konser Virtual Selamat Ulang Tahun, Sebuah Pertunjukan oleh Nadin Amizah, Jumat (27/11/2020) malam lalu. Apa daya tangan tak sampai. Durasi pertunjukkan yang pendek dan jaringan internet yang tak mulus, membuat hati sulit bertaut.
Konser virtual pada masa pandemi Covid-19 sudah banyak digelar dengan beragam ’model’. Ada yang tampil langsung dari dua kota berbeda berjarak ribuan kilometer dan disiarkan langsung secara daring atau live streaming. Ada juga yang tampil dengan format rekaman, di mana materi konser direkam terlebih dahulu, baru disiarkan langsung secara daring.
Ada pula yang tampil langsung di lokasi luar ruang diiringi band hidup, lalu disiarkan langsung secara daring. Banyak pula yang tampil langsung di studio atau ruangan tertutup, lalu disiarkan langsung secara daring untuk dinikmati para penonton.
Paling baru adalah konser virtual dengan teknologi AR (Augmented Reality) dan VR (Virtual Reality). Semuanya berlomba menyuguhkan konser virtual terbaik agar dahaga untuk hadir di konser langsung dapat sedikit terhapuskan.
Pada Konser Virtual Selamat Ulang Tahun, Sebuah Pertunjukan oleh Nadin Amizah, model konsernya berbeda lagi. Nadin tidak tampil langsung. Ini sungguh disayangkan mengingat awal November 2020, Nadin tampil sempurna diiringi band hidup di Prambanan Jazz Virtual Festival 2020.
Di konsernya, penyanyi berusia 20 tahun yang baru saja menyabet Karya Produksi Folk/Country/Balada Terbaik di ajang Anugerah Musik Indonesia 2020 lewat lagunya, ”Bertaut” ini, justru memilih tampil tidak langsung. Nadin tampil dalam paket ’penampilan’ yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, lalu paket tersebut disiarkan langsung secara daring.
Penonton yang telah membeli tiket melalui Loket.com, yang malam itu diminta mengenakan baju putih saat menonton konser dari kediaman masing-masing sebagai gimmick untuk membangun kebersamaan, seperti menyaksikan sebuah klip video panjang berisi visualisasi lagu-lagu Nadin. Lagu-lagu tersebut mayoritas diambil dari album terbarunya, ”Selamat Ulang Tahun” yang rilis Mei 2020. ”Sedikit kecewa karena enggak live,” tulis seorang penonton di kolom obrolan.
Penampilan Nadin di klip video panjang itu bukannya tidak indah. Nadin tampil apik dengan konsep bertutur yang menjahit satu per satu lagu-lagunya. Tampilan visual yang menyuguhkan sebuah rumah tua, mengibaratkan Nadin yang membawa penonton masuk ke dalam rumah tersebut, untuk mengenal sosok Nadin lebih jauh lagi melalui rangkaian lagu dan tuturan ceritanya.
Seraya menyanyi, Nadin menunjukkan gerakan-gerakan menari mengikuti lagu. Sesekali dia juga berkomunikasi secara puitis dengan para musisi pengiringnya. Kadang juga menampilkan aksi teaterikal, seperti berbicara dengan cermin dengan kalimat-kalimat emosional yang membuatnya mencucurkan air mata.
Lagu-lagunya tersaji dengan indah. ”Beranjak Dewasa”, ”Bertaut”, ”Mendarah”, ”Paman Tua”, ”Cermin”, ”Sorai”, adalah sebagian dari deretan lagu-lagu indah milik Nadin yang dibawakannya malam itu.
Musik dan liriknya sama-sama indah. Pun dinyanyikan oleh Nadin dengan sangat indah dengan kemampuan vokalnya matang. Nadin adalah penyanyi yang tak sekadar melagukan lirik, tetapi mampu menghadirkan emosi mendalam di setiap lagu-lagunya. Tak mengherankan, banyak yang kerap meneteskan air mata saat menyimak lagu-lagu Nadin.
Pada usianya yang masih tergolong muda, Nadin jelas memiliki kemampuan bermusik yang lebih. Lagu-lagunya, banyak yang ditulis sendiri. Simak bagaimana Nadin menulis lirik-liriknya.
Pada akhirnya ini semua/Hanyalah permulaan/Pada akhirnya kami semua/
Berkawan dengan sebentar/Berbaring tersentak tertawa/Tertawa dengan air mata/
Mengingat bodohnya dunia/Dan kita yang masih saja/Berusaha. Ini adalah penggalan lirik di lagu ”Beranjak Dewasa”.
Atau juga yang ini, Aku masih ada sampai di sini/Melihatmu kuat setengah mati/
Seperti detak jantung yang bertaut/Nyawaku nyala karena denganmu, seperti penggalan lirik di lagu ”Bertaut”.
Lagu-lagu di Album Selamat Ulang Tahun, menurut Nadin, memang banyak mengusung tema tentang kegelisahan, kebingungan, kesoktahuan, kebodohan dan kebahagian yang campur aduk di masa pendewasaannya. Meski saat ini dia mengaku belum sepenuhnya dewasa, tetapi hal-hal yang lalu itu, kini sudah bisa dia tengok dengan sedikit air mata, tetap sambil tertawa.
Sapaan Puitis
Sepanjang pertunjukan, tak ada sapaan seperti apa kabar misalnya. Nadin lebih senang menyapa penontonnya dengan kalimat-kalimat puitis layaknya orang berpuisi yang menjalin satu per satu lagunya.
”Semua cerita, sudah dengan ringan kubagikan. Terima kasih, ya, sudah datang ke rumahku yang halamannya compang camping sekali. Hei, mau ke mana, masih ada satu lagu lagi yang belum sempat kuceritakan. Bukan. Yang satu ini bukan lagu perpisahan. Yang satu ini lagu tentang pertemuan,” begitu kalimat penutupnya sebelum melantunkan ”Sorai”.
Lagu itu menjadi penutup penampilan Nadin malam itu. Konser virtual yang dijanjikan akan berlangsung selama 1,5 jam, mulai pukul 20.00 hingga 21.30, nyatanya berakhir dalam waktu tidak sampai satu jam. Hanya sekitar 45 menit.
Hasrat untuk bertaut bersama Nadin semakin terasa kandas karena sepanjang pertunjukan berlangsung, koneksi internet kerap kali tak mulus. Banyak di antara penonton berkomentar di kolom obrolan mengatakan, mereka tak bisa menikmati satu lagu penuh tanpa terganggu koneksi internet.
”Terima kasih Nadin. Walaupun buffering mulu. Aku nangis karena konsernya dan karena stres liat buffering-nya,” tulis Elzaahsym di akun Instagram Nadin.
Apa pun itu, Nadin, penyanyi yang meroket namanya sejak digandeng Dipha Barus di lagu ”All Good” ini telah mencatatkan babak baru. Merilis album solo dan menggelar sebuah pertunjukan daring di masa pandemi dengan segala kelebihan dan kekurangannya adalah bukti Nadin terus maju menuju fase pendewasaannya. Bahkan, dalam ketaksempurnaannya sekalipun.