Digitalisasi Membantu Mereka Menjajakan Dagangan Pasar
›
Digitalisasi Membantu Mereka...
Iklan
Digitalisasi Membantu Mereka Menjajakan Dagangan Pasar
Pedagang pasar mendekatkan diri dengan platform digital demi melancarkan kegiatan bisnis di tengah pandemi Covid-19. Digitalisasi membantu penjualan meski pasar tradisional tengah sepi kunjungan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasangan Rahmat (53) dan Sulastri (52) tampak sibuk di tengah heningnya Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat. Jumat (4/12/2020) siang itu, mereka terburu-buru mengemas sayur dan ikan untuk keperluan layanan pesan antar. Dagangan itu menjadi pesanan terakhir mereka sebelum waktu Jumatan.
Beberapa pesanan itu berasal dari sejumlah layanan, seperti situs resmi PD Pasar Jaya, aplikasi teknologi Titipku, dan Gojek. Sementara, sebagian lainnya berasal dari langganan yang menghubugi lewat aplikasi Whatsapp.
”Hari ini 20 kilogram ikan pindang olahan laku lewat pesan antar. Tadi sayur-sayur juga ada yang diantar walau jumlahnya enggak banyak. Lumayan lah, rezeki mau Jumatan,” ucap Rahmat yang mengurusi toko bernama Kedai Iwak Cuwe di Pasar Tomang Barat.
Dia menganggap penjualan ikan sampai Jumat siang lumayan bagus karena selama pandemi kunjungan orang ke pasar tradisional sangat sedikit. Sementara, Rahmat mengandalkan penjualan ikan olahan dibandingkan produk dagangan lain di tokonya.
Sejumlah pesanan lewat layanan pesan antar daring adalah upaya Rahmat dan Sulastri beradaptasi di tengah situasi pandemi. Sejak Juli 2020, mereka banyak dibantu anak-anak untuk menjajakan sayur dan ikan lewat platform digital. Kini, kedai Rahmat dilengkapi dengan kode pembaca cepat (QR code) untuk pemindaian nomor ponsel serta kanal situs belanja digital.
Salah satu QR code di kedainya itu mengarah ke situs khusus yang berisikan daftar pedagang Pasar Tomang Barat. Dari situ sejumlah pembeli memesan dagangan pasar sesuai nomor kontak kedai yang tertera. Dengan fitur ini, Rahmat makin terbiasa melayani pesanan daring.
Setidaknya lima bulan terakhir, Rahmat mengandalkan kanal digital untuk penjualan ikan dan sayur di kedainya. Kanal ini pula yang menyelamatkan bisnisnya bertahan di tengah pandemi, meski sambil melakukan banyak penyesuaian. Dia sudah bersyukur dapat menjual ikan sebanyak itu meski sebelum pandemi, penjualan ikan pindang olahannya berkisar 30 kilogram. ”Lumayan, daripada enggak sama sekali,” ungkap Rahmat.
Hal serupa juga dilakukan Maemunah (48) yang berjualan di lingkungan Kemanggisan. Selain berjualan untuk warga sekitar, dia juga mendaftarkan gerainya pada kanal aplikasi teknologi Kedaisayur. Aplikasi Kedaisayur adalah kanal perantara bisnis ke konsumen untuk produk sayur dan lauk pauk.
Dari kanal itu, Maemunah mendapat sejumlah pesanan sayur dari rute yang cukup jauh. Sebagian pesanan itu datang dari warga di Kembangan dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. ”Beberapa pesanan berasal dari kawasan perumahan. Biasanya kalau ada pesanan, sekalian saja saya titip nomor kontak untuk mereka. Siapa tahu mereka langganan,” ujar Maemunah.
Upaya para pedagang pasar tersebut adalah bentuk kegigihan agar bisnis mereka tidak mati di tengah pandemi. Setidaknya selama sembilan bulan terakhir, platform digital turut hadir menjembatani berbagai lini bisnis agar terus bertumbuh.
Chief Executive Officer (CEO) Titipku Henri Suhardja membenarkan adanya peningkatan transaksi di platform mereka selama pandemi. Titipku sebelumnya berkomitmen mendukung kemajuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bermain di skala lokal. ”Banyak UMKM yang bergabung dengan Titipku, antara lain pelaku industri rumahan dan pedagang pasar. Kami juga mencatat ada peningkatan transaksi. Itulah pentingnya digitalisasi UMKM,” ujar Henri (Kompas, 22/5/2020).
Selama pandemi, Titipku memverifikasi dan hanya menerima UMKM lokal Indonesia. Beberapa dukungan itu berupa bantuan desain gratis, mempromosikan video ulasan di internet, dan melayani permintaan kemasan dalam partai kecil. ”Ada beberapa UMKM yang kini usahanya berkembang. Pasar menjadi lebih luas. Produk mereka ada yang sekarang dikirim ke luar kota,” jelasnya lagi.
CEO Kedai Sayur Adrian Hernanto juga menyebut adanya peningkatan aktivitas dan unduhan platform aplikasi. Karena itu, dia memperketat kontrol persediaan, kualitas, serta harga barang. Menurut keterangan tertulis pada Mei 2020 silam, terdapat 7.000 pedagang sayur yang telah bergabung di platform Kedai Sayur.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki juga kerap menekankan agar UMKM semakin go digital. Dia sebelumnya menyebut baru sekitar 13 persen UMKM dari 8 juta usaha yang tersambung dengan ekosistem digital. UMKM yang selama ini berbisnis secara luring perlu didukung untuk juga masuk pasar daring.
Dengan berbagai cara itu, para pedagang, penyedia platform digital, serta pemerintah terus bersinergi agar aktivitas konsumsi di tingkat rumah tangga terus berjalan. Kegiatan ekonomi di tingkat warga harus tetap bergulir demi hayat hidup orang banyak.