Generasi Muda Semakin Terdorong Mengembangkan Kendaraan Hemat Energi
›
Generasi Muda Semakin...
Iklan
Generasi Muda Semakin Terdorong Mengembangkan Kendaraan Hemat Energi
Tren moda transportasi dunia yang menuju pada penggunaan bersumber energi listrik bisa menjadi arah mahasiswa dan perguruan tinggi untuk turut serta berinovasi mengembangkan teknologi tersebut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Generasi muda saat ini semakin banyak yang terdorong untuk mengembangkan inovasi kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan, salah satunya mobil listrik. Inovasi ini diharapkan juga dapat mendorong konversi kendaraan yang lebih ramah lingkungan karena hampir seluruh transportasi di Indonesia masih disuplai dari energi berbasis bahan bakar minyak atau dari energi fosil.
Inovasi kendaraan dari generasi muda Indonesia ini telah banyak dikembangkan dan ditampilkan dalam kompetisi internasional mobil hemat energi Shell Eco-Marathon (SEM) Asia. Keikusertaan mahasiswa dari perguruan tinggi di Indonesia bahkan meningkat signifikan setiap tahunnya sejak kompetisi ini pertama kali diadakan pada 2010.
Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia Dian Andyasuri dalam konferensi pers secara daring, Jumat (4/12/2020) menyampaikan, kompetisi SEM pertama pada sepuluh tahun lalu hanya diikuti oleh empat perguruan tinggi Indonesia. Partisipasi mahasiswa Indonesia dalam kompetisi ini kemudian meningkat 200 persen pada 2020 dengan jumlah keikutsertaan mencapai 25 perguruan tinggi.
Pada masa awal kompetisi, hanya sembilan tim asal Indonesia yang berpartisipasi dalam kategori internal combustion. Kategori ini berfokus pada mesin pembakaran dalam, dengan bahan bakar bensin, diesel, ethanol, dan gas alam terkompresi.
Indonesia juga berhasil meraih juara dalam Shell Eco-Marathon Drivers’ World Championship (DWC) sebagai perwakilan regional Asia. Dalam kompetisi tersebut, tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan tim Bumi Siliwangi 4 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berhasil meraih gelar juara dengan mengalahkan tim pesaing dari Kanada, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.
“Semoga ke depannya ini bisa menjadi masukan untuk industri masa depan terutama mobilitas di Indonesia. Kami juga berharap generasi muda yang sudah berhasil menjadi inovator ini dan maju ke panggung dunia dapat mengajak generasi selanjutnya sehingga inovasi semakin terdepan,” ujarnya.
Konversi kendaraan
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, generasi muda adalah aktor utama dalam mencapai target penurunan efisiensi energi sebesar 1 persen per tahun dan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Hal ini diperlukan untuk mencapai penurunan emisi karbon sebesar 198 juta ton setara karbondioksida pada sektor energi di tahun 2025.
Dadan juga berharap, inovasi mobil hemat energi dari mahasiswa juga dapat mendorong konversi kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Sebab, Dirjen EBTKE mencatat, 99,9 persen sektor transportasi masih disuplai dari energi bahan bakar minyak (BBM) dan 0,1 persen lainnya berasal dari energi gas serta listrik.
Menurut Dadan, selama satu atau dua pekan ke depan, pemerintah pusat dan sejumlah gubernur akan meluncurkan gerakan nasional penggunaan kendaraan listrik. Selain itu, nantinya akan ada mekanisme dari sisi regulasi untuk pengusahaan pengisian daya terutama bagi mobil listrik. Mekanisme tersebut perlu ditetapkan karena menayngkut dengan standar keamanan dan keselamatan.
“Inilah yang menjadi peluang berinovasi dari mahasiswa-mahasiswa dengan pemahaman elektronika yang baik dan internet of things (IoT). Tetapi untuk kendaraan bermotor menurut saya (mekanisme pengisian daya) tidak ada permasalahan,” ujarnya.
Rektor ITS Mochammad Ashari menyatakan, kompetisi ini merupakan persiapan untuk menuju dunia yang lebih bersih. Upaya ini juga akan memberikan pola pikir baru bagi generasi muda dan mahasiswa untuk mengembangkan kendaraan hemat energi dan ramah lingkungan. Saat ini, riset dari ITS juga terus dilakukan dengan dana dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) serta Kementerian Riset dan Teknologi, termasuk membangun charging station di sejumlah tempat.
“Jadi riset roda empat sudah selesai, tetapi untuk produksi massal ini yang masih banyak kendala, di antaranya dari sisi harga. Kendaraan listrik komponennya juga tidak sebanyak kendaraan internal combustion sehingga jika ini masuk secara cepat dan drastis akan ada industri yang terpukul,” tuturnya.