Kementerian Kesehatan Kukuhkan Lima Profesor Riset
›
Kementerian Kesehatan Kukuhkan...
Iklan
Kementerian Kesehatan Kukuhkan Lima Profesor Riset
Kementerian Kesehatan mengukuhkan lima profesor riset di tiga bidang, yaitu kesehatan lingkungan, tanaman obat dan obat tradisional, serta epidemiologi dan biostatistik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengukuhkan lima prosefor riset baru. Kelima profesor tersebut adalah Sri Irianti dari bidang kesehatan lingkungan, Yuli Widiyastuti dari bidang tanaman obat dan obat tradisional, serta Indirawati Tjahja Notoharjo, Ekowati Rahajeng, dan Rustika dari bidang epidemiologi dan biostatistik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi berharap, pengukuhan profesor riset ini dapat memacu semangat dan motivasi bagi peneliti lain di Kementerian Kesehatan. Dengan begitu, para peneliti lainnya bisa terus berkarya dan berkontribusi dalam pembangunan kesehatan bagi bangsa dan negara.
Saya berharap para profesor riset dapat lebih berperan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yunior, baik dalam hal kepakaran ataupun dalam pengembangan jati diri, integritas, serta profesionalisme mereka. (Oscar Primadi)
”Saya berharap para profesor riset dapat lebih berperan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yunior, baik dalam hal kepakaran maupun dalam pengembangan jati diri, integritas, serta profesionalisme mereka,” katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (4/12/2020).
Ia pun menyampaikan, gagasan yang diangkat oleh profesor riset ini juga relevan dengan upaya pembangunan kesehatan pada masa depan, baik dari aspek deteksi, pencegahan, dan pengendalian masalah kesehatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar untuk merekomendasikan inovasi kesehatan yang dapat menjawab berbagai tantangan di masyarakat.
Ekowati Rahajeng ketika menyampaikan orasi ilmiahnya bertajuk ”Penguatan Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam Menurunkan Prevalensi Faktor Risiko PTM Utama” mengatakan, penyakit tidak menular menjadi salah satu masalah yang dihadapi saat ini. Kasusnya masih terus meningkat di masyarakat.
Karena itu, upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini perlu diperkuat melalui posbindu PTM. Setidaknya ada lima kunci utama yang bisa dilakukan untuk memperkuat posbindu PTM. Itu adalah peningkatan rutinitas kegiatan, peningkatan kemampuan edukasi dan konseling bagi petugas dan kader, perluasan cakupan sasaran penduduk, optimalisasi pengelolaan PTM di desa, serta penerapan sistem surveilans secara sistematik.
Hal lain disampaikan Indirawati dalam orasi ilmiah terkait ”Percepatan Pengendalian Masalah Status Kesehatan Gigi Mulut melalui Pendekatan Individu dan Kontekstual”. Ia mengatakan, upaya promotif dan preventif dalam kesehatan gigi mulut harus diutamakan sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kesadaran masyarakat saat ini untuk melakukan pemeriksaan rutin pada kesehatan gigi dan mulut masih kurang. ”Upaya promotif dan prefentif sudah terbukti jauh lebih hemat biaya dan diharapkan dapat mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi pada rongga mulut,” ujarnya.