Lepas Ekspor Rp 23,75 Triliun, Presiden Dorong Garap Pasar Potensial
›
Lepas Ekspor Rp 23,75 Triliun,...
Iklan
Lepas Ekspor Rp 23,75 Triliun, Presiden Dorong Garap Pasar Potensial
Meskipun ekspor produk-produk Indonesia yang bernilai tambah serta berdaya saing ke pasar global mencapai 1,64 miliar dollar AS atau setara Rp 23,75 triliun, Presiden Jokowi meminta semua pihak tak cepat berpuas diri.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo melepas ekspor produk-produk Indonesia yang bernilai tambah serta berdaya saing ke pasar global dengan total nilai 1,64 miliar dollar Amerika Serikat atau setara Rp 23,75 triliun. Kendati kinerja ekspor pada masa pandemi Covid-19 relatif baik, pemerintah didorong untuk terus mencari serta menggarap pasar-pasar ekspor potensial.
”Kita tidak boleh cepat puas pada capaian saat ini karena potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih banyak, masih sangat besar. Kita juga masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor,” kata Presiden saat berpidato dalam acara pelepasan ekspor ke pasar global tahun 2020 dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/12/2020).
Acara pelepasan ekspor ke pasar global yang digelar secara virtual diikuti oleh peserta dari 133 perusahaan baik skala besar maupun kecil yang tersebar di sejumlah kota di 16 provinsi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. Pelepasan ditandai dengan berjalannya truk kontainer di setiap lokasi, yang di antaranya berada di Lamongan, Boyolali, Bandung, Jakarta, Pekanbaru, Medan, Denpasar, Bontang, Makassar, dan Manokwari.
Kita tidak boleh cepat puas pada capaian saat ini karena potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih banyak, masih sangat besar. Kita Juga masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor.
Dalam pidatonya, Presiden menegaskan bahwa salah satu kunci untuk memperbaiki perekonomian nasional adalah dengan meningkatkan ekspor. Tak hanya bertujuan membantu pelaku usaha untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, peningkatan ekspor juga penting untuk menambah devisa serta mengurangi defisit transaksi berjalan.
Sebenarnya, menurut Presiden Jokowi, ekspor Indonesia pada Januari-Oktober 2020 mengalami surplus hingga 17,07 miliar dollar AS. Kondisi itu bisa dikatakan baik karena surplus terjadi saat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya terkendali dan perekonomian global sedang lesu.
Meski begitu, Presiden meminta jajarannya untuk tidak cepat berpuas diri dengan capaian tersebut. Ini karena Presiden melihat potensi ekspor Indonesia sebenarnya masih jauh lebih besar dari nilai ekspor yang selama ini dicapai. Selain itu. sebenarnya peluang pasar ekspor di negara-negara yang kini belum keluar dari pandemi Covid-19 masih terbuka lebar.
Dalam acara yang juga digelar secara tatap muka di Lamongan, Jawa Timur, itu, Presiden Jokowi menyampaikan, Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar, baik dari sisi keragaman produk komoditas, dari sisi kreativitas dan kualitas, maupun dari sisi volume dan tujuan negara ekspor. Karena itu, ia menekankan agar pemerintah terus proaktif menjaring pasar-pasar baru untuk memperluas ekspor.
Presiden mencontohkan, pada tahun 2019, Indonesia tercatat sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Namun, sayangnya, Indonesia hanya menempati posisi kedelapan eksportir kopi terbesar di dunia, kalah dibandingkan dengan Brasil, Swiss, Jerman, Kolombia, bahkan Vietnam.
”Jadi, potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Vietnam yang pada 2019 mencapai 2,22 miliar dollar AS. Sementara kinerja ekspor kopi Indonesia tahun 2019 berada di angka 883,12 juta dollar AS,” paparnya.
Begitu pula dengan komoditas ekspor lain, seperti garmen. Indonesia merupakan produsen garmen terbesar kedelapan di dunia, tetapi kenyataannya Indonesia hanya menjadi eksportir garmen urutan ke-22 di dunia. Indonesia juga dikenal sebagai produsen perikanan terbesar kedua di dunia, tetapi ekspornya masih berada di peringkat ke-13 dunia.
Karena itu, Presiden mendorong semua pemangku kepentingan untuk terus membangun optimisme dalam meningkatkan kinerja ekspor dengan melakukan upaya perbaikan dan pembenahan. Reformasi besar-besaran pada ekosistem berusaha bagi para eksportir juga harus terus dilakukan.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan harapan, pelepasan ekspor ke pasar global tahun ini bisa mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional yang terpukul pandemi Covid-19. Pelepasan ekspor itu juga diharapkan bisa menjadi pelecut para kepala daerah untuk terus bergerak.
”Satu per satu persoalan yang menghambat kinerja ekspor kita cermati, kita carikan solusinya. Regulasi yang rumit, saya sudah sampaikan bolak-balik, segera kita sederhanakan. Prosedur birokrasi yang menghambat juga saya sampaikan berkali-kali, segera dipangkas,” katanya.
Tak hanya itu, Presiden juga mendorong percepatan negosiasi sejumlah perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA), terutama dengan negara-negara yang berpotensi menjadi pasar ekspor komoditas Indonesia. Kepala Negara juga meminta agar perjanjian perdagangan yang sudah terjalin terus dioptimalkan. Hal yang tak kalah penting adalah terus mencari pasar baru di negara-negara nontradisional.
Percepat pemulihan ekonomi
Dalam pidatonya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan harapan, pelepasan ekspor ke pasar global tahun ini bisa mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional yang terpukul pandemi Covid-19. Pelepasan ekspor itu juga diharapkan bisa menjadi pelecut para kepala daerah untuk terus bergerak, berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing.