Saat Buka Sekolah, Pertimbangkan Pula Aspek Psikososial
›
Saat Buka Sekolah,...
Iklan
Saat Buka Sekolah, Pertimbangkan Pula Aspek Psikososial
Selain daftar periksa sarana-prasarana protokol kesehatan, rencana menyelenggarakan kembali pembelajaran tatap muka di sekolah harus mempertimbangkan kesiapan psikososial anak, orangtua, dan guru.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rencana membuka pembelajaran tatap muka yang akan dimulai pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 perlu mempertimbangkan kesiapan kondisi psikososial anak, orangtua, dan guru. Aspek ini sering kali terabaikan.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril di sela-sela peluncuran seri webinar ”Guru Belajar: Persiapan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021”, Jumat (4/12/2020), di Jakarta, mengatakan, pemerintah selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan.
Oleh karena itu, pembelajaran tatap muka yang diperbolehkan dalam Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/ 2021 di Masa Pandemi Covid-19 tidak bersifat wajib. Panduan itu tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendikbud, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri yang diumumkan pada Jumat (20/11/2020).
Kalaupun sebuah sekolah memenuhi seluruh daftar periksa protokol kesehatan, pembelajaran tatap muka tidak akan berlangsung seperti sebelum pandemi Covid-19. Perlu diperhatikan dulu kondisi psikososial guru, peserta didik, dan orangtua peserta didik.
Pembelajaran tatap muka kembali di sekolah bukan lantas dimaknai tancap gas dan dikebut (untuk) memenuhi kompetensi. Atau, sekolah segera mengajar konten atau materi pelajaran secara penuh.
”Pembelajaran tatap muka kembali di sekolah bukan lantas dimaknai tancap gas dan dikebut (untuk) memenuhi kompetensi. Atau, sekolah segera mengajar konten atau materi pelajaran secara penuh,” ucap.
Iwan berharap guru tidak sekadar memenuhi asesmen diagnostik aspek kognitif anak, tetapi juga nonkognitif. Kondisi emosional anak yang lama mengikuti pembelajaran jarak jauh berbeda-beda. Guru dan orangtua harus mengomunikasikan kondisi tersebut.
Seri webinar ”Guru Belajar: Persiapan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021” berlangsung pada 4-18 Desember 2020. Webinar ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud.
Sekitar 5.000 guru telah mendaftar webinar. Harapannya adalah webinar ini bisa menjadi ruang dialog dan menambah pengetahuan guru dalam mempersiapkan sekolah dan pembelajaran ramah anak selama masa pandemi Covid-19.
Di luar aspek psikososial, Iwan berharap agar satuan pendidikan terus mengoptimalkan kesiapan daftar periksa protokol kesehatan, seperti sarana sanitasi dan peta riwayat perjalanan ataupun komorbid warga sekolah.
Memetakan kesiapan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tengah Askam Tuasikal mengatakan, dinas diminta bupati memetakan kesiapan daftar periksa protokol kesehatan di semua kecamatan. Dinas juga menjaring informasi perkembangan persebaran Covid-19 di kecamatan. Kedua upaya itu sedang berjalan.
”Kami memantau kesiapan setiap kecamatan, seperti Banda yang masuk kecamatan tertinggal. Apa pun hasil kesiapan di kecamatan kami petakan sebagai bahan menyusun peraturan teknis pembelajaran pada semester genap tahun ajaran 2020/2021,” ujarnya.
Menurut Askam, pemerintah kabupaten sudah sepakat agar kesehatan dan keselamatan siswa dan guru serta keluarganya diutamakan. Mereka berpesan, jangan sampai sekolah menuntut anak cerdas, masuk sekolah, tetapi akhirnya anak sakit karena terkena Covid-19.
”Percuma kalau cerdas, tetapi sakit,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Zubaidah menceritakan, sudah ada uji coba pembelajaran tatap muka di salah satu sekolah. Sebagai tindak lanjut SKB empat menteri, dinas pendidikan dan kebudayaan telah membuat surat edaran yang didistribusikan ke setiap sekolah.
Terkait fasilitas protokol kesehatan, pemerintah kota membantu pengadaan dua wastafel untuk sekolah-sekolah di Kota Malang. Wastafel itu dibangun lengkap dengan saluran air dan peralatan cuci tangan serta diletakkan di depan gerbang masuk sekolah. Dinas pendidikan dan kebudayaan juga membantu membagikan sekitar 300.000 alat pengukur suhu dengan sensor. Setiap sekolah dimungkinkan menerima 10-20 unit. Bersama Palang Merah Indonesia, dinas pendidikan dan kebudayaan rutin menyemprotkan disinfektan ke sekolah-sekolah.
Zubaidah juga menyatakan telah meminta sekolah memetakan kesiapan anak dan orangtua. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan psikososial mereka. Hingga kemarin, hasil pemetaan menunjukkan, belum semua orangtua dan anak siap.
”Kami meminta sekolah beserta guru memperkuat sistem pembelajaran daring dan luring atau campuran. Musyawarah guru mata pelajaran dan guru kelas yang telah punya konten pembelajaran di platform digital agar terus dilanjutkan. Pemberian layanan pembelajaran seperti itu tetap mempertimbangkan psikososial anak,” tuturnya.
Terpapar Covid-19
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menyampaikan empati mendalam terhadap sejumlah guru MAN 22 Jakarta yang dinyatakan positif Covid-19 sepulang tur dari Yogyakarta beberapa hari lalu.
Dia mendorong semua guru selalu mengedepankan kehati-hatian dan kewaspadaan dalam beraktivitas. Ketika melaksanakan tugas harus mengacu pada protokol kesehatan.
PGRI banyak mendapat laporan sejumlah guru harus atau wajib mengisi daftar presensi dan menjalankan tugas dari sekolah (bekerja di kantor) meskipun siswa menjalani pembelajaran di rumah. Banyak pula guru yang harus mengikuti pelatihan kedinasan di luar rumah. Tidak sedikit guru yang akhirnya positif Covid-19, sakit, dan meninggal.
”Kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan diri dan keluarga perlu selalu diprioritaskan,” ujar Unifah.
Terkait pembelajaran tatap muka di sekolah yang diperbolehkan mulai semester genap tahun ajaran 2020/2021, PGRI mendukung kebijakan itu. Namun, PGRI berkali-kali memohon kepada pemerintah pusat dan daerah untuk membuat prosedur standar operasi (SOP) yang jelas dan terukur dalam pelaksanaannya.
”Kesiapan pembukaan sekolah memerlukan rencana cermat dan mendengarkan gugus tugas penanganan Covid-19 daerah masing-masing. Masukan para ahli kesehatan paling relevan harus diikuti,” kata Unifah menegaskan.