logo Kompas.id
Kenali Tanda dan Risiko...
Iklan

Kenali Tanda dan Risiko Migrain

Hingga saat ini penyebab pasti migrain belum sepenuhnya dipahami. Namun dari berbagai teori menyebutkan, migrain terjadi karena adanya gangguan neurologis yang memicu terjadinya peradangan neurogenik dalam otak.

Oleh
DEONISIA ARLINTA
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/ag4U_XmqKELS2ebaACRgzcVK3zA=/1024x655/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2F180302-kompas.id-JE.png
www.cdc.gov

Ilustrasi. Seorang perempuan sedang memegang kepalanya karena timbulnya gejala nyeri.

JAKARTA, KOMPAS – Migrain atau nyeri kepala sebelah merupakan gangguan kesehatan yang cukup umum dialami oleh masyarakat. Meski termasuk ringan, gangguan ini tetap harus diwaspadai. Penanganan yang tepat amat diperlukan, terutama apabila migrain terjadi berulang kali.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Permata Cibubur, Irawati Hawari mengatakan, terdapat beberapa tanda dan gejala yang muncul ketika seseorang mengalami migrain. Hal tersebut akan bergantung pada fase yang sedang terjadi.

Ada empat pembagian fase ketika seseorang migrain, yakni fase prodomoral, fase aura, fase nyeri, dan fase postdromal. Untuk fase prodomoral ditemui pada sekitar 25 persen kasus migrain dan fase aura dialami oleh sekitar 15 kasus migrain.( Irawati Hawari)

“Ada empat pembagian fase ketika seseorang migrain, yakni fase prodomoral, fase aura, fase nyeri, dan fase postdromal. Untuk fase prodomoral ditemui pada sekitar 25 persen kasus migrain dan fase aura dialami oleh sekitar 15 kasus migrain,” katanya di Jakarta, Sabtu (5/12/2020).

Fase prodomoral biasanya ditandai dengan gejala sering menguap, fatigue atau kelelahan, kaku pada leher, dan sulit konsentarasi. Pada fase aura, biasanya seseorang akan seperti melihat garis zig zag atu kilatan cahaya putih ataupun warna warni. Sementara ketika sudah memasuki fase nyeri kepala, seseorang akan mengalami nyeri di satu sisi, berdenyut, serta nyeri dengan intensitas sedang sampai berat. Apabila proses pengobatan gagal, seseorang yang mengalami migrain akan masuk pada fase postdromal yang tandanya sama dengan fase prodromal.

Migrain merupakan gangguan kesehatan berupa nyeri kepala primer yang terjadi berulang. Biasanya migrain ditandai dengan nyeri kepala pada satu sisi kepala, berintensitas sedang hingga berat, terasa berdenyut, serta akan mengalami perburukan jika melakukan aktivitas fisik. Durasi serangan akan terjadi pada 4-72 jam.

Irawati mengatakan, durasi migrain yang cukup lama bisa terjadi apabila tidak dilakukan pengobatan dengan benar. Karena itu, seseorang perlu mengetahui kondisi nyeri kepala yang dialami karena setiap nyeri kepala membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.

https://cdn-assetd.kompas.id/xJm3xvU2TtoSR683vZlycY-z52w=/1024x1353/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F20201206-DMS-Sakit-kepala-mumed_1607258857.png
Kompas

Gejala dan tanda migrain

Iklan

Setidaknya ada tiga jenis nyeri kepala yang perlu diketahui. Selain migrain, nyeri kepala lain adalahnyeri kepala tension dan nyeri kepala kluster. Nyeri kepala tension  terasa seperti ditekan dan diikat pada bagian kepala dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang. Biasanya jenis nyeri kepala ini tidak memengaruhi aktivitas yang dilakukan. Nyeri kepala ini berbeda dengan migrain karena terasa di seruruh kepala dan nyeri sering terasa sampai ke tengkuk. Durasinya bisa terjadi selama 30 menit sampai berhari-hari.

Lain halnya dengan nyeri kepala kluster. Nyeri ini terasa seperti ditusuk-rusuk dengan tingkat keparahan berat sampai sangat berat. Nyeri akan membaik justru jika seseorang melakukan aktivitas fisik. Ini berbeda dengan migrain  yang akan terasa lebih berat apabila melakukan aktivitas fisik. Namun, nyeri kepala kluster ini biasanya juga terjadi hanya di satu sisi kepala dengan durasi yang singkat antara 30 menit sampai 3 jam.

“Hingga saat ini penyebab pasti migrain belum sepenuhnya dipahami. Namun dari berbagai teori menyebutkan, migrain terjadi karena adanya gangguan neurologis yang memicu terjadinya peradangan neurogenik dalam otak,” kata Irawati.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko dari migraine, antara lain keturunan, jenis kelamin yakni lebih sering terjadi perempuan, usia muda, dan obesitas. Migrain juga bisa terjadi jika dipicu oleh sejumlah kondisi, seperti stres, bau-bauan, waktu makan yang terlambat, waktu tidur yang tidak sesuai, aktivitas fisik yang salah, serta suhu panas.

Irawati menuturkan, terapi pada penderita migrain bisa diberikan dengan farmokologis atau obat ataupun non-farmokologis. Jika nyeri yang dialami perlu diobati segera bisa diatasi dengan mengonsumsi obat dengan terapi abortif seperti parasetamol dan ibuprofen. Namun, apabila migrain yang dialami secara berulang bisa melakukan terapi profilaksis dengan konsumsi topiramate atau anti depresan. Pengobatan ini harus dipastikan sesuai dengan anjuran dari dokter.

“Migrain juga bisa diatasi dengan terapi non-farmakologis, yakni tidur cukup dengan jadwal teratur, makan bergizi dan teratur, olahraga teratur, minum cukup air, dan kurangi stres. Jika migrain terjadi terus menerus sebaiknya segera konsultasikan ke dokter saraf untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ujar dia.

https://cdn-assetd.kompas.id/D0MM-7qwti_-8Qf8m6QCQxVqwrI=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F802d25ed-7187-4aaf-921d-3030a7e3b354_jpg.jpg
Kompas/Yuniadhi Agung

Petugas berdiri di depan poster anjuran tes usap untuk mendeteksi virus Covid-19 yang diselenggarakan oleh CSR Bank BNI di halaman Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Banten, Minggu (30/8/2020). Kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan dengan rutin uji cepat dan usap sangat penting untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Nyeri kepala dan covid-19

Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Asosiasi Kedokteran Amerika, nyeri  kepala menjadi salah satu gejala sisa yang dialami oleh orang yang sudah sembuh dari Covid-19. Selain nyeri kepala, gejala sisa lain yang banyak terjadi adalah kelelahan.

Dari 143 orang yang diteliti, ada sekitar 87 persen yang setidaknya mengalami gejala sisa selama hampir dua bulan sembuh. Selain itu, gejala sisa lain yang dialami adalah sesak napas, pegal-pegal, sakit pada dada, batuk, kehilangan indra pembauan, dan vertigo.

David Strain, peneliti dari Universitas Exeter, Inggris seperti yang dikutip dari BBC mengatakan, gejala sisa Covid-19 tidak hanya dialami oleh orang yang mengalami kondisi sedang-berat melainkan juga terjadi pada orang dengan gejala ringan. “Kami yakin, gejala sisa Covid-19 memang terjadi,” katanya.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000