Banyak pengguna bahasa menganggap ”namun”, ”akan tetapi”, dan ”tetapi” sama saja pemakaiannya dalam kalimat. Meski maknanya sama, sesungguhnya pemakaian masing-masing berbeda.
Oleh
Kusnadi
·4 menit baca
Jika mencermati tulisan-tulisan yang terbit di media massa, ada kecenderungan penggunaan kata hubung tidak diperhatikan. Fakta yang sama sebetulnya dapat kita temukan juga pada artikel-artikel yang beredar di kalangan kampus.
Barangkali karena masalah bahasa di seputar kita sudah terlalu banyak, urusan pemakaian kata hubung itu diabaikan. Contoh dari pengabaian itu, misalnya, terjadi dalam penggunaan kata hubung namun, akan tetapi, dan tetapi (tapi).
Kita tahu bahwa ada banyak jenis kata hubung (konjungsi) dalam bahasa Indonesia. Dalam hal namun, akan tetapi, dan tetapi, ketiga kata tersebut merupakan kata hubung yang menyatakan perlawanan.
Dalam hal namun, akan tetapi, dan tetapi, ketiga kata tersebut merupakan kata hubung yang menyatakan perlawanan. Meski demikian, dalam kalimat, penempatan atau posisi ketiganya sesungguhnya tidak sama.
Meskipun demikian, dalam kalimat, penempatan atau posisi ketiganya sesungguhnya tidak sama. Apalagi jika kita membicarakan ketiganya dalam konteks kalimat yang formal.
Dalam ragam jurnalistik, yang merupakan ragam semiformal, penggunaan ketiga kata hubung ini juga sudah dipraktikkan dalam kalimat, khususnya dalam berita (hardnews). Namun, apa boleh buat, dalam tulisan ringan (softnews) ketiga kata tersebut adakalanya ”tunduk” pada aturan rasa bahasa. Malah, kata tetapi cenderung lebih manis jika dipotong jadi tapi.
Banyak pengguna bahasa menganggap namun, akan tetapi, dan tetapi sama saja pemakaiannya dalam kalimat. Anggapan itu muncul bisa jadi karena pengguna bahasa menganggap ketiganya memiliki makna yang sama.
Meski maknanya sama, sesungguhnya pemakaian masing-masing berbeda. Kita lihat contoh berikut, yang diambil dari media yang terbit di Jakarta.
Keinginan agar klub memiliki hak suara sebenarnya berkali-kali disuarakan, termasuk dalam Munas 2016, namun tak pernah terwujud.
Sumbangan donatur memang dibutuhkan, akan tetapi terlalu bertumpu pada donatur justru bisa menyandera calon, terutama ketika sudah terpilih.
Saat kendaraan yang dicurigai melintas, petugas berupaya memberhentikan mobil tersebut. Tetapi tersangka justru mempercepat laju kendaraan.
Kata namun dan akan tetapi, pada contoh pertama dan kedua, sekilas tidak salah. Kedua kata itu menjalankan fungsinya sebagai kata yang bermakna pertentangan. Yang tidak tepat adalah penempatannya.
Kata namun dan akan tetapi digolongkan sebagai kata hubung antarkalimat (silakan cek KBBI daring dan cetak). Disebut sebagai kata hubung antarkalimat karena kedua kata itu menghubungkan satu bangun kalimat dengan bangun kalimat lainnya. Posisi keduanya berada di awal kalimat atau di awal paragraf.
Kedua kalimat contoh menempatkan namun dan akan tetapi berada di dalam satu bangun kalimat. Untuk kasus seperti ini, kata hubung yang tepat adalah tetapi (tapi). Berikut perbaikannya.
Keinginan agar klub memiliki hak suara sebenarnya berkali-kali disuarakan, termasuk dalam Munas 2016, tetapi tak pernah terwujud.
Sumbangan donatur memang dibutuhkan, tetapi terlalu bertumpu pada donatur, (hal itu) justru bisa menyandera calon, terutama ketika sudah terpilih.
Kata namun dan akan tetapi digolongkan sebagai kata hubung antarkalimat. Posisi keduanya berada di awal kalimat atau di awal paragraf.
Jika ingin menggunakan namun dan akan tetapi, kalimat perbaikannya adalah sebagai berikut.
Keinginan agar klub memiliki hak suara sebenarnya berkali-kali disuarakan, termasuk dalam Munas 2016. Namun, hal itu tak pernah terwujud.
Sumbangan donatur memang dibutuhkan. Akan tetapi, (jika) terlalu bertumpu pada donatur, (hal itu) justru bisa menyandera calon, terutama ketika sudah terpilih.
Berbeda dengan namun dan akan tetapi yang merupakan kata hubung antarkalimat, kata tetapi(tapi) tergolong sebagai kata hubung intrakalimat. Kata ini menghubungkan satu klausa dengan klausa lainnya. Posisinya selalu berada di tengah bangunan kalimat. Bukan di awal kalimat atau di awal paragraf.
Jadi, kalimat contoh di atas (Saat kendaraan yang dicurigai melintas, petugas berupaya memberhentikan mobil tersebut. Tetapi tersangka justru mempercepat laju kendaraan) dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut.
Saat kendaraan yang dicurigai melintas, petugas berupaya memberhentikan mobil tersebut, tetapi tersangka justru mempercepat laju kendaraan.
Jika kalimat terlalu panjang, disarankan menggunakan namun atau akan tetapi.
Saat kendaraan yang dicurigai melintas, petugas berupaya memberhentikan mobil tersebut. Akantetapi (Namun), tersangka justru mempercepat laju kendaraan.
Kata tetapi(tapi) tergolong sebagai kata hubung intrakalimat. Posisinya selalu berada di tengah bangunan kalimat. Bukan di awal kalimat atau di awal paragraf.
Sebagai perbandingan, berikut beberapa contoh yang tepat dari penggunaan namun, akan tetapi, dan tetapi.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Agus Edy Siregar mengatakan, pertumbuhan kredit secara nasional melambat cukup tajam, bahkan sempat terkontraksi. Kredit perbankan pada Agustus 2020 hanya tumbuh 1,04 persen secara tahunan.
Namun, perlambatan kredit tidak terjadi di semua daerah. Berdasarkan pemetaan OJK, kredit di luar Jawa masih tumbuh positif sebesar 2,99 persen per Agustus 2020.
Sepanjang acara dimulai debat berjalan panas karena banyak serangan dari kedua pasangan calon (paslon). Akan tetapi, pasangan nomor urut satu, Ben Bahat dan Ujang Iskandar (Ben-Ujang), dinilai lebih unggul.
Pioli menggambarkan skuad Milan saat ini sebagai tim yang muda, tetapi sudah matang dalam bermain.