Beberapa vaksin Covid-19 dalam proses izin penggunaan darurat. Tapi, WHO memeringatkan bahwa keberadaan vaksin bukan berarti akhir dari pandemi Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
GENEVA, SABTU – Direktur Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia Mike Ryan memeringatkan bahwa keberadaan vaksin Covid-19 bukan akhir dari pandemi, Sabtu (5/12/2020). Negara-negara di dunia harus tetap mengendalikan penyebaran Covid-19 dengan intervensi kesehatan masyarakat.
Hal itu disampaikan Ryan di tengah persiapan sejumlah negara maju yang dalam waktu dekat akan melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warganya. Vaksin hanya salah satu bagian penting untuk menghentikan pandemi. Vaksin sendiri tidak akan menghentikan pandemi.
“Vaksin tidak sama dengan nol Covid-19,” tegas Ryan.
Ryan merekomendasikan negara-negara untuk terus memperkuat sistem pengendalian pandeminya dalma waktu yang agak lama untuk mengantisipasi “lonjakan” kasus atau fluktuatifnya kasus Covid-19. “Kita berada dalam momen yang penting. Sistem kesehatan di sejumlah negara sudah hampir kolaps,” tambah Ryan.
Direktur Jenderla WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menuturkan, kemajuan dalam pengembangan vaksin Covid-19 memberikan “secercah cahaya di ujung lorong.” Tapi, ia mewanti-wanti negara-negara di dunia akan “berkembangnya persepsi bahwa pandemi berakhir.” Padahal, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih menyebar dengan cepat, menginfeksi banyak orang, dan membuat tenaga dan fasilitas kesehatan nyaris kolaps.
"Faktanya adalah saat ini, penularan Covid-19 yang luas masih terjadi di banyak tempat sehingga memberikan tekanan yang besar pada rumah sakit, unit perawatan intensif, dan tenaga kesehatan,” kata Tedros.
Menurut WHO, saat ini ada 51 calon vaksin Covid-19 yang sedang menjalani uji klinis dan 13 di antaranya sudah memasuki uji klinis fase III.
Hingga saat ini, belum ada vaksin yang mendapat izin edar. Tapi, beberapa vaksin yang sudah memasuki uji klinis fase III telah didaftarnya untuk dipakai dalam keadaan darurat mengingat Covid-19 telah menginfeksi 66 juta lebih penduduk dunia dan menewaskan lebih dari 1,5 juta di antaranya.
Inggris menjadi negara Barat pertama yang memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19, yaitu yang dikembangkan oleh Pfizer/ BioNTech. Amerika Serikat juga diperkirakan akan mengeluarkan izin serupa akhir Desember ini.
Sejumlah tokoh terkemuka termasuk Presiden AS Terpilih Joe Biden, Wakil Presiden AS Terpilih Kamala Harris, mantan Presiden AS BArrack Obama, George W Bush, juga Bill Clinton menyatakan kesediaannya untuk divaksin sebagai upaya membangun kepercayaan publik atas vaksinasi Covid-19.
Sementara Belgia, Perancis, dan Spanyol menyampaikan akan mulai melakukan vaksinasi pada kelompok yang berisiko Januari 2021 mendatang.
Sedangkan di Moskwa, Rusia, ribuan dokter, guru, dan kelompok berisiko tinggi lainnya mendaftar untuk mendapatkan vaksin Covid-19 mulai Sabtu.
Vaksinasi digelar tiga hari setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan peluncuran kampanye imunisasi Covid-19 “skala besar” walaupun studi pengembangan vaksin Covid-19 yang akan dipakai dalam imunisasi nanti belum selesai.
Rabu lalu, Putin mengatakan bahwa lebih dari dua juta dosis vaksin Sputnik V akan tersedia dalam beberapa hari ini.
Agustus lalu Rusia telah memberikan izin penggunaan vaksin Sputnik V walaupun uji klinis fase III untuk menguji keamanan dan efikasi vaksin itu belum selesai dilakukan. Vaksin ini diberikan kepada warga berusia 18-60 tahun tanpa penyakit kronis, tidak sedang hamil, dan tidak sedang menyusui secara gratis. Menteri Kesehatan Mikhail Murashko mengatakan, lebih dari 100.000 orang di Rusia telah mendapat vaksin Sputnik V.(REUTERS/AP/AFP)