WHO: Vaksin Tidak Boleh Membuat Dunia Lengah Hadapi Korona
›
WHO: Vaksin Tidak Boleh...
Iklan
WHO: Vaksin Tidak Boleh Membuat Dunia Lengah Hadapi Korona
WHO memproyeksikan pandemi Covid masih bakal panjang. Aneka keputusan yang dibuat oleh warga dan pemerintah akan menentukan pandemi dalam jangka pendek ataupun ujung akhir kondisi global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
GENEVA, JUMAT — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (4/12/2020) memperingatkan pemerintah dan warga dunia agar tetap senantiasa waspada terhadap pandemi Covid-19 sekalipun vaksin sudah ada dan vaksinasi segera dilakukan. Sistem perawatan kesehatan untuk pasien-pasien Covid-19 masih rawan goyah apabila semua pihak lengah dan merasa pandemi sudah berlalu.
Seperti diberitakan, Pemerintah Inggris menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer Inc pada Rabu (2/12/2020). Rusia bahkan dilaporkan sudah melakukan vaksinasi dengan vaksin yang dikembangkan sendiri. Berita-berita itu meningkatkan harapan global bahwa pandemi akan segera dapat diatasi dan kondisi segera membaik dalam masa kenormalan baru.
Hingga paruh kedua pekan ini, Covid-19 telah mengakibatkan meninggalnya hampir 1,5 juta orang secara global dan menghancurkan ekonomi dunia. ”Kemajuan dalam vaksin memberi kita semua harapan dan sekarang kita dapat mulai melihat cahaya di ujung terowongan. Namun, WHO khawatir, ada persepsi yang berkembang bahwa pandemi Covid-19 sudah berakhir,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers di Geneva.
Tedros mengatakan, pandemi masih bakal panjang dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh warga dan pemerintah akan menentukan pandemi dalam jangka pendek ataupun kapan pandemi pada akhirnya akan berakhir. ”Kami tahu ini merupakan tahun yang sulit dan orang-orang lelah. Namun, di rumah sakit yang melayani dan (pasien) yang lebih dari kapasitasnya, kondisinya sungguh sulit,” ujarnya. ”Sebenarnya, saat ini, banyak tempat menyaksikan penularan virus Covid-19 yang sangat tinggi, yang memberikan tekanan besar pada rumah sakit, unit perawatan intensif, dan petugas kesehatan,” katanya, melanjutkan.
Itu artinya ditargetkan sekitar 20 juta warga Amerika dapat divaksinasi pada tahun ini. Vaksinasi massal dapat membantu membendung gelombang penyebaran di negara yang paling parah terkena dampak Covid-19 di dunia itu.
Di sisi lain, kabar baik dari calon vaksin Covid-19 dilaporkan datang dari Amerika Serikat. Dua calon vaksin Covid-19 yang menjanjikan dilaporkan dapat segera menerima otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS. Itu artinya—ditargetkan—sekitar 20 juta warga Amerika dapat divaksinasi pada tahun ini. Vaksinasi massal dapat membantu membendung gelombang penyebaran di negara yang paling parah terkena dampak Covid-19 di dunia itu.
Namun, peringatan juga disampaikan Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan. Ia meminta semua pihak tidak berpuas diri setelah peluncuran vaksin Covid-19. Ditegaskannya bahwa meskipun vaksin adalah bagian utama dari pertempuran melawan Covid-19, vaksin tidak akan dengan sendirinya mengakhiri pandemi. Vaksin ada tidak berarti Covid-19 sudah hilang, katanya.
Ryan mengatakan, beberapa negara harus mempertahankan langkah-langkah pengendalian yang sangat kuat untuk beberapa waktu ke depan. Jika pengawasan kendor dan protokol kesehatan dikesampingkan, risikonya kasus ledakan jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 bisa terjadi.
”Kita berada dalam momen penting di beberapa negara. Ada sistem kesehatan di beberapa negara yang berada di titik kehancuran,” katanya tanpa mengacu pada negara tertentu.
Distribusi secara adil
Untuk menjamin kesehatan bagi semua, WHO telah mendukung program vaksin global COVAX yang berupaya memastikan distribusi vaksin yang adil dan hingga saat ini telah melibatkan 189 negara. Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, pihaknya berharap setengah miliar dosis vaksin akan tersedia untuk didistribusikan oleh skema COVAX pada triwulan pertama 2021. Vaksin itu merujuk pada rencana awal akan digunakan dalam vaksinasi atas 20 persen populasi global paling berisiko.
Mereka yang menjadi fokus utama adalah para petugas kesehatan dan warga yang berusia di atas 65 tahun. ”Tujuannya ialah untuk mendapatkan setidaknya 2 miliar dosis pada akhir 2021 yang akan cukup untuk memvaksinasi 20 persen populasi negara yang menjadi bagian dari COVAX,” kata Swaminathan pada konferensi pers. Ia menegaskan, hal itu diproyeksikan akan cukup untuk ”mengakhiri fase akut pandemi” dengan mengurangi kematian dan dampaknya pada sistem Kesehatan.
COVAX dipimpin bersama oleh aliansi vaksin GAVI, WHO, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI). Amerika Serikat belum menandatangani skema tersebut dan memilih berupaya mendapatkan kesepakatan-kesepakatan secara bilateral. ”Beberapa negara dapat mulai mengharapkan dosis menjelang akhir triwulan pertama 2021. Beberapa negara mungkin memulai lebih awal, kemungkinan besar karena mendapat pasokan lebih dulu,” kata Swaminathan. ”Namun, lalu bakal massal sifatnya, sebagian besar tahapan diharapkan bergerak pada triwulan kedua tahun 2021.” (AFP/REUTERS)