WTA percaya diri untuk menggelar lebih dari 50 turnamen tenis untuk putri pada tahun 2021. China menjadi salah satu lokasi utama dengan rencana menggelar tiga turnamen WTA 1000.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
SAINT PETERSBURG, JUMAT - Kembali menggelar turnamen secara penuh dan kembali ke China menjadi target utama Asosiasi Tenis Putri (WTA) untuk musim kompetisi 2021. Bagian lain dari rencana itu adalah menyelenggarakan turnamen di luar Australia sebelum Grand Slam pertama, Australia Terbuka.
Akibat pandemi Covid-19, sebanyak 35 turnamen putri pada musim 2020 dibatalkan, sebagian besar seharusnya berlangsung Maret-Agustus. Jumlah turnamen yang dibatalkan itu lebih banyak dari turnamen yang akhirnya digelar, yaitu 24 turnamen.
Di antara turnamen yang gagal diselenggarakan itu adalah delapan turnamen di China dalam rentang September-November, termasuk turnamen akhir musim, Final WTA, di Shenzhen, 2-8 November.
Di tengah masa sulit dan tantangan yang masih akan berlanjut, termasuk pengetatan keuangan dalam organisasi yang dipimpinnya, CEO WTA Steve Simon menargetkan bisa menggelar kembali turnamen dalam jadwal penuh pada 2021.
“Kami merencanakan menggelar turnamen dengan penuh, sekitar 53-55 turnamen. Kami memiliki pandangan ke depan untuk mengetahui apa yang akan dihadapi, sehingga dapat merencanakan apa yang tidak bisa dilakukan pada tahun ini,” kata Simon di markas WTA di St Petersburg, Florida, Amerika Serikat, Jumat (4/12/2020).
China akan menjadi pusat perhatian WTA untuk musim 2021. Negara yang pertama kali dilanda pandemi Covid-19 ini menjadi tuan rumah turnamen dalam berbagai level, termasuk yang tertinggi dalam struktur turnamen profesional putri. Selain Final WTA, China memiliki WTA Premier Mandatory yang tahun ini seharusnya digelar di Beijing, 5-11 Oktober.
Dengan format baru pada 2021, China akan menjadi tuan rumah setidaknya tiga turnamen WTA 1000. Seperti turnamen profesional putra (ATP Tour), WTA akan memiliki turnamen WTA 1000 (yang sebelumnya berkategori WTA Premier Mandatory dan Premier 5), WTA 500 (WTA Premier), WTA 250 (WTA International), serta WTA 125.
“Kami yakin bisa kembali ke China berdasarkan situasi di sana yang kami dengar,” kata Simon, yang semakin percaya diri dengan perkembangan penemuan vaksin Covid-19.
Bukan pilihan
Meski percaya diri bisa menggelar kembali turnamen di China, negara itu tampaknya tak akan menjadi pilihan untuk menyelenggarakan turnamen pada awal tahun. Seperti Australia, saat ini, China memiliki peraturan ketat terkait protokol kesehatan dan kedatangan orang dari luar negara mereka.
WTA berencana memulai musim 2021 pada 4 Januari, namun belum memastikan tuan rumah. Turnamen di awal Januari itu akan menjadi pemanasan sebelum Australia Terbuka berlangsung pada 8-21 Februari. Jadwal itu mundur dari rencana 18-31 Januari karena Pemerintah Australia baru mengizinkan kedatangan peserta pada 15 Januari, dilanjutkan karantina dua pekan.
Kami yakin bisa kembali ke China berdasarkan situasi di sana yang kami dengar.
Dengan kondisi tersebut, turnamen-turnamen pemanasan yang biasanya digelar sejak akhir Desember di beberapa kota di Australia tampaknya batal digelar. ATP mengusulkan menyelenggarakan kejuaraan beregu putra Piala ATP, 1-7 Februari, tetapi belum mendapat kepastian. Turnamen tenis yang digelar di Australia harus mendapat izin dan berpedoman pada protokol kesehatan ketat pemerintah setempat.
“Sudah tentu, karantina dan jadwal baru Australia Terbuka memunculkan tantangan baru untuk merancang turnamen pada Januari. Kami akan berusaha menemukan tempat yang tepat untuk mengawali musim dan mempermudah transisi bagi pemain untuk pindah ke Australia,” kata Simon. (REUTERS/IYA)