Perempuan memiliki kekuatan besar dalam UMKM sehingga perlu terlibat dalam ekonomi digital. Digitalisasi usaha menjadi salah satu upaya menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga bagi pelaku UMKM perempuan.
Oleh
M Paschalia Judith J/sharon patricia
·5 menit baca
Perempuan yang memegang peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM membutuhkan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam berjualan di kanal digital. Pelaku bisnis saling bergandengan tangan untuk melatih mereka melalui materi dan metode yang sesuai dengan keseharian rumah tangga.
Asisten Deputi Pemasaran, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) Destry Anna Sari memaparkan, sekitar 60 persen dari pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan. Kontribusi pelaku UMKM perempuan terhadap produk domestik bruto nasional mencapai 9,1 persen.
”Data ini menunjukkan, perempuan memiliki kekuatan besar dalam UMKM sehingga perlu terlibat dalam ekonomi digital,” ujarnya dalam seminar daring ”Perempuan Pelaku UMKM: Berkembang dengan Memanfaatkan Teknologi Digital” pada medio Desember 2020, Jumat (18/12/2020).
Survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 10-26 Juli 2020 menunjukkan, dari sekitar 35.000 responden di Indonesia, sekitar 48 persen populasi di Indonesia menggunakan internet dan memasuki pasar daring telah menjadi strategi kunci mengatasi Covid-19. Dari jumlah tersebut, sekitar 42 persen usaha mikro dan 30 persen usaha kecil dimiliki oleh perempuan.
Akan tetapi, lebih dari 54 persen usaha mikro milik perempuan menggunakan internet untuk menjual produk, sementara usaha mikro milik laki-laki hanya 39 persen. Serupa untuk usaha kecil, sebanyak 68 persen dari usaha yang dimiliki oleh perempuan menggunakan internet, sementara usaha laki-laki yang menggunakan internet sebesar 52 persen.
Perempuan memiliki kekuatan besar dalam UMKM sehingga perlu terlibat dalam ekonomi digital.
Menurut Destry, pandemi Covid-19 menyebabkan pusat aktivitas masyarakat berada di tempat tinggal. Berjualan secara digital berpeluang menjangkau pasar konsumen yang berada di hunian masing-masing seluas mungkin.
”Total UMKM yang berada di kanal daring pada awal tahun mencapai 8 juta unit usaha. Sepanjang Mei-November 2020 terdapat tambahan 2,9 juta UMKM yang sudah berjualan secara daring,” katanya.
Menyiasati peran ganda
Product Marketing Manager Google Indonesia Dora Songco mengemukakan, alasan perempuan pelaku UMKM berwirausaha tak lepas dari keluarganya. Misalnya, keinginan memberikan stabilitas keuangan rumah tangga serta adanya jam kerja yang fleksibel sehingga bisa memiliki waktu bersama keluarga.
”Artinya, pelaku UMKM perempuan cenderung berperan ganda dan multitasking dalam menjalankan bisnis maupun rumah tangga,” ujarnya.
Penelitian berjudul ”Advancing Women in Entrepreneurship” yang dirilis Google akhir November lalu menyebutkan, sebanyak 67 persen perempuan menyatakan, mengurus rumah merupakan tanggung jawab mereka. Di sisi lain, perempuan Indonesia menunjukkan minat tertinggi dalam berwirausaha dibandingkan dengan 12 negara yang diteliti.
Perempuan Indonesia juga berprospek menjalankan wirausahanya secara digital. Sebanyak 96 persen perempuan telah mengakses internet dan rata-rata menghabiskan waktu di kanal daring selama 5,5 jam.
Menurut Dora, pelaku UMKM perempuan cenderung belum percaya diri dalam menerapkan sejumlah fitur teknologi digital di bisnisnya. Padahal, teknologi dapat meningkatkan kinerja usaha hingga 80 persen. Ketidakpercayaan diri itu pun bermuara pada keinginan untuk mengasah keterampilan berbisnis secara digital.
Penelitian yang sama mengatakan, sebanyak 8 dari 10 perempuan Indonesia yang sudah atau ingin berwirausaha di Indonesia ingin meningkatkan keterampilan dalam menjalankan bisnis, salah satunya pemanfaatan teknologi digital. Sebanyak 83 persen dari responden perempuan pun tertarik belajar dengan metode dalam jaringan.
Pelaku UMKM perempuan cenderung belum percaya diri dalam menerapkan sejumlah fitur teknologi digital di bisnisnya. Padahal, teknologi dapat meningkatkan kinerja usaha hingga 80 persen.
Sementara itu, laporan ”Memanfaatkan Digitalisasi untuk Menghadapi Covid-19” yang dipublikasikan pada 11 Desember 2020 memperlihatkan, sebesar 82 persen perempuan mengakui digitalisasi merupakan solusi. Langkah ini membantu mereka menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga dengan lebih baik.
Laporan ini merupakan hasil studi dari Entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) yang berkolaborasi dengan Pulse Lab Jakarta dan Gojek serta didukung oleh Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (S-DNKI). Studi yang dilaksanakan selama September hingga Oktober 2020 ini menggabungkan analisis mahadata dengan metode tradisional kuantitatif dan kualitatif kepada 2.220 responden.
Gender and Governance Specialist UN Women Indonesia Ryce Chanchai menyampaikan, hasil studi juga memperkirakan ada 75 persen usaha mikro kecil milik perempuan dibandingkan dengan 78 persen usaha mikro kecil milik laki-laki yang telah mengambil tindakan untuk menghadapi hilangnya pemasukan. Namun, perempuan memiliki lebih sedikit pilihan dalam menghadapi situasi ini.
”Beberapa perbedaan jender terbesar muncul dalam hal mengakses dukungan keuangan. Baik dari lembaga formal maupun informal, sebuah strategi yang lebih banyak digunakan pelaku usaha mikro kecil milik laki-laki (14 persen) daripada perempuan (13 persen),” kata Ryce (Kompas, 11 Desember 2020).
Akan tetapi, menurut Social Systems Lead Pulse Lab Jakarta Maesy Angelina, perempuan lebih cenderung mendiversifikasi operasi usaha mereka dan lebih gesit dalam mengubah ruang lingkup usaha mereka, terutama usaha informal. Alhasil, mereka mendapat manfaat maksimal dari penggunaan platform digital untuk mengatasi dampak negatif pandemi Covid-19.
Untuk itu, dalam rangka pemulihan ekonomi, penting meningkatkan akses yang lebih besar terhadap penggunaan teknologi inovatif untuk pengusaha perempuan, termasuk platform digital. Hal ini harus dikombinasikan dengan mengatasi hambatan jangka menengah hingga jangka panjang.
Pelatihan
Danone Indonesia menggandeng Google Indonesia untuk melatih 700 perempuan pelaku UMKM. Peserta merupakan mitra Danone Indonesia dalam program AQUA Home Service dan Warung Anak Sehat.
Pelatihan diadakan secara virtual selama 9 Oktober-3 Desember 2020. Setiap sesinya berlangsung sekitar 1,5 jam. ”Kami mendapatkan umpan balik, sebanyak 96 persen dari peserta merasa kepercayaan dirinya meningkat dan mau mencoba (strategi berbisnis secara daring),” kata Dora.
VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan, pelatihan itu berlanjut dengan pendampingan pelaku UMKM dalam menerapkan materi selama pelatihan dan pemantauan bisnis. Pelatihan ini diharapkan berdampak ganda pada penguatan peran ekonomi pelaku UMKM perempuan di keluarga ataupun lingkungannya.
Adapun garis besar materi yang diberikan terdiri dari strategi pemasaran dan penjualan secara daring serta menjaga relasi dengan konsumen. Materi-materi itu tertuang dalam sesi yang membahas penerapan optimasi mesin pencari, pemanfaatan fitur Google Bisnisku dan pembuatan konten pemasaran.
”Kami juga mendorong peserta untuk mengoptimalkan fitur yang sudah ada, seperti WhatsApp dan media sosial,” ujarnya.
Digital & Growth Consultant Jonathan End mengimbau agar pelaku UMKM perempuan belajar secara mandiri melalui mesin pencarian yang materinya dapat diperoleh secara gratis. ”Ibu-ibu juga dapat mulai berjualan daring dengan mempromosikan produknya di grup Whatsapp,” katanya dalam kesempatan yang sama.