Tonggak Sejarah Animasi Jepang
Manga Demon Slayer, disusul animenya, telah merasuki penggila hiburan Jepang, setidaknya selama setahun terakhir. Kini, giliran Demon Slayer the Movie: Mugen Train yang kian menyihir penggemar kisah pemburu iblis itu
Manga Demon Slayer, disusul animenya, telah merasuki penggila hiburan Jepang, setidaknya selama setahun terakhir. Kini, giliran Demon Slayer the Movie: Mugen Train yang kian menyihir penggemar kisah pemburu iblis tersebut. Film itu menjadi batu loncatan dalam histori kartun ”Negeri Sakura”.
Tanjiro Kamado bersama Inosuke Hashibira dan Zenitsu Agatsuma memburu kereta api. Ia membawa serta adiknya, Nezuko Kamado, yang berubah menjadi iblis, tetapi hatinya masih dilingkupi kebaikan. Mereka menempuh perjalanan, berikut 200 penumpang lain.
Tanjiro bertemu Kyojuro Rengoku, hashira atau kesatria ulung dengan jurus api. Kawanan tersebut tengah mengemban misi menumpas iblis. Tak dinyana, di kereta uap tersebut iblis-iblis sudah membuat gaduh, tetapi dapat dihabisi Rengoku dengan mudah.
Pertarungan singkat yang belum ada aralnya lantaran kereta itu ternyata sudah dikuasai Enmu, iblis penebar sirep. Ia meninabobokan semua penumpang hingga terlelap, tak terkecuali Tanjiro dan sahabat-sahabatnya seiring kondektur melubangi karcis yang dibubuhi sihir.
Mereka terlena dengan impian masing-masing. Tanjiro bermimpi pulang dan bersua dengan keluarganya yang tewas dibantai iblis. Inosuke yang selengean jadi jawara pembantai iblis paling perkasa sekaligus menitahkan Tanjiro dan Zenitsu sebagai kacung-kacungnya.
”Makin nyenyak tidur. Tenggelam dalam mimpi. Kendati iblis menghampiri, tetapi tetap terlelap. Lupa bernapas. Mereka tak, kan, terjaga lagi,” kata Enmu. Iblis berwajah sendu lagi pucat itu merapal mantra dengan lirih, tetapi mencekam untuk mengantar khayalan tiada akhir.
Sebelumnya, lebih dari 40 orang lenyap setelah naik kereta itu. Penumpas-penumpas iblis telah dikirim, tetapi mereka pun hilang tak tentu rimbanya. Tanjiro dan sobat-sobatnya yang diikat selagi tidur berupaya terbangun untuk lepas dari jampi-jampi Enmu.
Ia sungguh sakti. Enmu tak hanya menggenggam ajian maut, tetapi juga menyatu dengan lokomotif dan gerbong-gerbongnya. Demon Slayer Corps atau korps pemberantas iblis harus menyelamatkan semua penumpang. Kejutan menanti di pengujung film dengan kemunculan tokoh elite yang tak kalah mumpuni.
Film berdurasi sekitar dua jam tersebut diangkat dari manga Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba atau pedang pemusnah iblis. Komik itu diawali dengan dimuatnya karya Koyoharu Gotoge di Weekly Shonen Jump yang diterbitkan Shueisha pada tahun 2016.
Majalah mingguan remaja laris di Jepang tersebut berisi kumpulan cerita bersambung. Berdasarkan situs resmi Demon Slayer, kisah itu berlatar era Taisho atau awal abad ke-20. Anime Demon Slayer lantas diluncurkan pada tahun 2019. Pencandu kartun khas Jepang sontak kepincut.
Mereka mengikuti sepak terjang Tanjiro, bocah baik hati penjual arang yang berteguh hati menuntut balas kematian keluarganya dan menyembuhkan Nezuko. Sebelum ke bioskop, alurnya akan lebih jelas jika pengunjung menonton anime Demon Slayer terlebih dahulu.
Sekuel dari kartun tersebut memang dihadirkan dengan Demon Slayer the Movie: Mugen Train. Meski diangkat dari komik, perlu diperhatikan segmentasi layar lebar untuk penonton dewasa karena beberapa adegan yang tergolong keras. Layaknya anime, film itu sesekali dimeriahkan humor.
Rengoku yang senantiasa energik dan termasuk jagoan paling tangguh, misalnya, makan sambil berteriak setiap menyuap hingga Tanjiro dan Zenitsu terbengong-bengong. Sementara Inosuke, pendekar bertudung kepala celeng yang berangasan, menjerit-jerit dengan noraknya menikmati laju kereta.
Haruo Sotozaki menyutradarai karyanya dengan gabungan kartun dan grafis komputer. Langgam video dan sinema sebenarnya tak berbeda. Kesuksesan film itu ditunjang penggemar yang teramat fanatik, diramu kejelian membidik peluang di sela maraknya penundaan rilis produk Hollywood lantaran pandemi.
Sesuai artikel berjudul ’Demon Slayer’ Overtakes ‘Spirited Away’ to Become Japan’s Biggest Box Office Hit Ever yang dimuat situs web The Hollywood Reporter pada 28 Desember 2020, dibukanya kembali bioskop turut mendukung Ufotable mencetak laba.
Pemasukan terbesar
Studio yang memproduksi film itu itu lebih dulu menggarap 26 episode anime yang disiarkan berbagai stasiun televisi. Tak sekadar fantastis dengan penjualan 120 juta kopi manga hingga Desember 2020, popularitas Demon Slayer telah memancangkannya sebagai fenomena budaya pop Jepang.
Rekor Spirited Away dengan perolehan 31,68 miliar yen (Rp 4,26 triliun dengan kurs saat ini) tumbang. Hayao Miyazaki, sutradara film tahun 2001 itu, harus mengakui keunggulan Demon Slayer the Movie: Mugen Train yang meraup 32,47 miliar yen (Rp 4,36 triliun).
Saat diputar di Jepang mulai 16 Oktober 2020 saja film itu sudah meraih pemasukan terbesar pada hari dan akhir pekan pertamanya. Begitu pula kecepatan meraih pendapatan 10 miliar yen (Rp 1,34 triliun) hanya dalam 10 hari yang belum tertandingi.
Salah satu multipleks bioskop di Jepang bahkan memutar Demon Slayer the Movie: Mugen Train lebih dari 40 kali per hari. Di Indonesia, film itu bisa disaksikan mulai 6 Januari 2021. Demam Demon Slayer dari Jepang sebagai sentra animasi global tentu menular di Tanah Air.
Di Epicentrum XXI, Jakarta, Senin (4/1/2021), umpamanya, 27 muda-mudi berkostum Tanjiro, Nezuko, Inosuke, dan Zenitsu berkumpul. Mereka yang tergabung dalam Cosplay Jakarta itu diundang untuk menghadiri press screening Demon Slayer the Movie: Mugen Train.
”Saat pandemi, film itu malah paling laris. Bisa dianggap milestone (tonggak sejarah) animasi Jepang,” kata Wakil Direktur Cosplay Jakarta Ferdi Firdausinuzula. Ia menilai momen Demon Slayer the Movie: Mugen Train sungguh pas saat masyarakat rindu menonton di bioskop.
Bertelanjang dada
Di antara kegilaan akan Demon Slayer di bioskop itu, Chris Handrian (22) dengan cueknya tampak mondar-mandir bertelanjang dada. Warga Matraman, Jakarta, tersebut memilih kostum Inosuke yang kesehariannya memang tak memakai busana atasan.
”Topeng babi saya pesan sebulan dari pembuat cosplay. Saya jadi Inosuke karena enggak ribet. Terobos saja. Namanya suka. Lanjutkan,” katanya mantap. Pegawai hotel di Kuningan, Jakarta, itu memilih busana Inosuke tanpa berpikir panjang meski penonton lain heran atau menilainya ganjil.
Ia menyukai Demon Slayer karena lucu dengan figur-figur yang mengagumkan dan memfavoritkan Inosuke. Chris sempat tampil di depan panggung sebelum film dimulai. ”Pantas dari tadi bau balsam,” kata pranatacara Sigi Savero, tentunya bercanda.
Saat Demon Slayer baru dipublikasikan, Chris yang mengetahui anime itu dari medsos langsung menontonnya. Sekonyong-konyong, ia sedikit menggigil. ”Dingin juga, ya. Pakai baju saja nonton suka kedinginan. Untung enggak masuk angin,” ucapnya sambil tertawa.