Mesin 1,0 liter turbo yang pertama di kelasnya, desain tegas dan segar serta fitur berkendara dan keselamatan modern terkini menjadi keunggulan utama Nissan Magnite. Inilah kesan pertama bertemu dengannya.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
Walau terasa begitu terbatas, impresi perdana mengendarai All-New Nissan Magnite, Rabu (13/1/2021), di sudut jalan utama kota Jakarta memberikan kesan tersendiri. Mesinnya berkapasitas kecil, tetapi performa tenaga terdongkrak dengan sentuhan turbo.
All-New Nissan Magnite diharapkan menjadi pendobrak penjualan Nissan awal tahun 2021 yang masih diliputi suasana pandemi Covid-19. PT Nissan Motor Distributor Indonesia pun memberikan kesempatan merasakan impresi perdana mobil SUV (sport utility vehicle) urban berukuran kompak ini dalam waktu sekitar 20 menit.
Inilah uji ”tipis” yang terlalu singkat, tetapi terlalu sayang untuk dilewatkan. Terlebih, sejak mendengar kapasitas mesin yang terpasang di Magnite ini hanya 1.0 liter dengan turbo, tebersit rasa penasaran untuk menjajal langsung performanya. Apalagi, setelah melihat dari dekat, Nissan Magnite varian Premium bertransmisi CVT ini ternyata memiliki mode sport yang tersembunyi di tuas persenelingnya.
Saat keluar dari gerbang kantor pusat NMDI di kawasan Tebet menuju Cawang, Jakarta Timur, tak banyak manuver yang bisa dilakukan. Situasi lalu lintas ramai. Yang terasa unik, posisi pedal gas SUV ini tak membuat posisi sudut telapak kaki terlampau tinggi sehingga mengemudi terasa nyaman.
Sentuhan kecil pada pedal gas sudah terasa responsif berdampak pada putaran mesinnya. Mesin makin terasa responsif ketika tuas perseneling dipindahkan dari D ke L. Apalagi saat tombol Sport di tuas persneling ditekan. Namun, situasi lalu lintas yang padat membuat sensasi turbo mobil seharga Rp 230 juta-an ini belum terasa maksimal.
Ya, apa boleh buat? Waktu terbatas, jarak terbatas. Setidaknya, impresi ”tipis-tipis” ini cukup mengenal sedikit raungan mesin yang terdengar halus saat pijakan pedal gas agak dalam dilakukan.
Mesin Nissan Magnite ini sudah dilengkapi teknologi ”mirror bore cylinder coating” yang digunakan oleh mobil sport kelas dunia Nissan GT-R. Pihak Nissan menyebut teknologi ini mengurangi resistensi gesekan di dalam mesin, mengurangi bobot mesin, dan meningkatkan manajemen panas serta pembakaran sehingga menghasilkan akselerasi lebih halus dan konsumsi bahan bakar yang efisien.
Pabrikan Nissan mengklaim, mesin HRAO 1.0 liter Turbo itu memberikan akselerasi hingga 50 persen lebih baik dibandingkan dengan mesin nonturbo (naturally aspirated), terutama saat berakselerasi awal dan menyalip.
Teknologi mesin ini juga berdampak pada rendahnya emisi gas CO2 mobil yang diproduksi di India, ini. Nissan menyebut emisi CO2 yang dihasilkan adalah 118,5 gram per kilometer. Kehalusan dan performa mesin HRAO Turbo ini juga diklaim mampu menyempurnakan tingkat kebisingan, getaran, dan kekasaran (noise, vibration, harshness/NVH).
Kompas sempat membandingkan sekilas kebisingan yang terasa di dalam kabin dalam kondisi kaca terbuka dan tertutup. Memang terasa suara mesin yang halus.
Bagus Susanto, Direktur PT Nissan Motor Distributor Indonesia, mengatakan, secara teknologi, konsumen saat ini tidak memandang kapasitas mesin yang rendah atau tinggi. Ke depan, konsumen membutuhkan mobil yang mampu memiliki tenaga maksimal, responsif, dan irit bahan bakat.
Power yang dihasilkan All-New Nissan Magnite mencapai 100 PS pada putaran mesin 5.000 rpm. Torsi maksimal 160 Nm dapat diraih sejak 2.800 rpm hingga 3.600 rpm.
Presiden Direktur PT Nissan Motor Distributor Indonesia (NMDI) Evensius Go menambahkan, ”All-new Nissan Magnite mewujudkan filosofi kami tentang Nissan-ness, yang memberdayakan masyarakat melalui produk dan terobosan teknologi. Pengembangan ini diharapkan dapat mewujudkan pengalaman berkendara yang mudah dan menyenangkan, lebih ramah lingkungan dan menawarkan jarak tempuh yang luar biasa. Sebuah kombinasi menarik untuk kepuasan setiap pemilik mobil Nissan.”
Masih banyak yang bisa dieksplor untuk membuktikan ketangguhan mobil ini di medan sesungguhnya. Tak sekadar medan jalan mendatar, tetapi jalan berliku serta variasi medan jalan lainnya. Sayang, waktu yang terbatas pada kesempatan uji perdana ini membuat pengalaman eksplorasi singkat tersebut lebih layak disebut impresi ”tipis-tipis” perdana saja.