Whatsapp Tingkatkan Layanan Akun Bisnis lewat Kebijakan Baru
›
Whatsapp Tingkatkan Layanan...
Iklan
Whatsapp Tingkatkan Layanan Akun Bisnis lewat Kebijakan Baru
Perusahaan aplikasi pesan Whatsapp memperbarui kebijakan privasi dan persyaratan layanan mereka untuk menguatkan integrasi dengan perusahaan seinduknya, Facebook, terutama terkait aktivitas bisnis.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan aplikasi pesan Whatsapp memperbarui kebijakan privasi dan persyaratan layanan mereka untuk menguatkan integrasi dengan perusahaan seinduknya, Facebook, terutama terkait aktivitas bisnis. Kebijakan baru ini masih menuai kontroversi karena dianggap mengancam keamanan data pribadi pengguna.
Informasi perubahan kebijakan ini telah sampai kepada pengguna Whatsapp melalui notifikasi di aplikasi. Sejauh ini, pengguna masih diberi pilihan untuk tidak menyetujui kebijakan, sampai kebijakan itu diterapkan pada 8 Januari 2021. Pengguna yang tidak setuju pun dipersilakan menghapus akun mereka.
Poin pembaruan yang harus disetujui pengguna Whatsapp adalah layanan aplikasi dan bagaimana mereka memproses data pengguna. Lalu, bagaimana pebisnis bisa menggunakan Facebook sebagai provider hosting dan mengatur layanan Whatsapp mereka. Terakhir, mengenai integrasi data Whatsapp dengan Facebook.
Kamis (14/1/2021), Whatsapp menyampaikan, pembaruan kebijakan privasi itu hanya berlaku untuk percakapan dengan akun bisnis yang menggunakan Whatsapp Business API dan memilih provider hosting di luar Whatsapp, yakni Facebook. Artinya, percakapan dengan bisnis tersebut dapat disimpan di server Facebook.
”Facebook Hosting adalah pilihan yang kami tawarkan untuk para pelaku bisnis. Dengan pilihan ini, pelaku bisnis bisa merespons pelanggan dengan lebih cepat menggunakan Whatsapp, memperbarui inventaris, dan berjualan melalui interaksi personal dengan pelanggan,” jelas Whatsapp.
Namun, Whatsapp akan menginformasikan ketika pengguna akan memulai percakapan dengan akun-akun bisnis yang memilih metode penyimpanan data ini. Pengguna berhak memutuskan apakah mereka mau melanjutkan percakapan dengan akun bisnis tersebut atau tidak. Jika setuju, bisnis tersebut akan mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang pelanggan berikan.
”Contohnya, jika kita memesan roti dari toko roti langganan yang menggunakan Whatsapp Business, toko roti tersebut bisa memperkirakan jenis roti yang kita sukai, kemudian menawarkan promo spesial untuk roti-roti tersebut,” terang Whatsapp.
Whatsapp pun memastikan interaksi ini hanya akan diketahui pengguna dengan akun bisnis yang dihubungi pelanggan. Pihak Whatsapp ataupun Facebook tidak akan terlibat atau memiliki akses ke percakapan tersebut karena adanya sistem enkripsi end-to-end.
Peningkatan layanan ini, dijelaskan Whatsapp, untuk mendukung pemanfaatan aplikasi oleh pelaku bisnis. Walau penggunaan aplikasi yang diluncurkan pada 2009 ini mayoritas untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga, saat ini semakin banyak pengguna yang berkomunikasi untuk kepentingan bisnis.
Secara global, per Februari 2020, terdapat 2 miliar akun personal, dan lebih dari 50 juta akun bisnis per bulan Juni 2020. Peningkatan jumlah akun bisnis disebutkan terjadi selama masa pandemi Covid-19.
Pakar digital forensik dan CEO PT Digital Forensic Indonesia, Ruby Zukri Alamsyah, saat dihubungi hari Kamis (14/1/2021) mengatakan, kebijakan aplikasi pesan gratis tersebut untuk berbagi data dengan Facebook bukan hal baru. Sebagaimana aplikasi atau layanan digital gratis lainnya, perusahaan aplikasi biasa mengambil keuntungan dengan memanfaatkan data pengguna untuk peningkatan dan pengembangan layanan.
Namun, ia memastikan pengguna tidak perlu khawatir dengan pemanfaatan data pengguna. Pasalnya, data yang biasa diambil hanya terkait informasi umum, seperti nomor kontak untuk membuat akun, informasi perangkat, operator seluler penggunaan, dan data kebiasaan pengguna dalam berinternet.
”Data yang diambil itu nanti akan diproses sistem dalam big data. Dari situ, data diproses tanpa campur tangan manusia, menggunakan AI (kecerdasan buatan) dan machine learning (mesin pembelajar). Ini untuk meningkatkan layanan pengguna, yang akan menguntungkan bisnis mereka,” kata Ruby.
Penggunaan data bersama oleh Whatsapp dan Facebook disebut telah menciptakan banyak produk baru hingga iklan pada pengguna. Cara yang sama, menurut Ruby, juga banyak dimainkan perusahaan teknologi besar lainnya, seperti Google yang 80 persen keuntungannya datang dari iklan, melalui profiling data pengguna.
Sebagaimana grup Facebook, Google dinilai masih mengikuti aturan data pribadi, yang dimiliki banyak negara di dunia. ”Namun, sebagai penyedia layanan teknologi gratis, there’s no free lunch (tidak ada makan siang yang gratis),” ujarnya.
Sementara itu, kontroversi yang terus bergulir membuat pengguna Whatsapp banyak beralih ke aplikasi pesan lain, yang dinilai lebih tepercaya. Dua aplikasi pesan, yang tidak dimiliki perusahaan teknologi besar, yakni Telegram dan Signal, menjadi kebanjiran pengguna baru.
Firma riset pasar Sensor Tower mendata, aplikasi Signal telah diunduh 246.000 kali seminggu sebelum Whatsapp mengumumkan aturan privasi baru. Namun, seminggu setelah kebijakan itu diumumkan, aplikasi buatan pria Amerika Serikat, Moxie Marlinspike, itu meningkat tajam menjadi 8,8 juta kali.
Dikutip dari BBC hari Kamis ini, Sensor Tower juga mencatat, jumlah unduhan aplikasi pesan Telegram, yang diciptakan dua bersaudara asal Rusia, Nikolai dan Pavel Durovini, juga meningkat drastis. Sebelum 28 Desember 2020, Telegram hanya diunduh 6,5 juta kali. Seminggu kemudian, jumlahnya naik menjadi 11 juta kali.
Naas bagi Whatsapp, jumlah unduhannya terpantau menurun dari angka 11,3 juta kali menjadi 9,2 juta kali dalam periode waktu yang sama.