Pada hari ketujuh operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182, tim gabungan masih kesulitan menemukan bagian jenazah dan unit perekam suara di kokpit atau CVR yang menjadi bagian dari kotak hitam.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada hari ketujuh operasi SAR Sriwijaya Air SJ-182, tim gabungan masih kesulitan menemukan bagian jenazah dan unit perekam suara di kokpit atau CVR yang menjadi bagian dari kotak hitam. CVR penting ditemukan untuk menginvestigasi penyebab kecelakan pesawat yang memakan korban 62 jiwa pada 9 Januari 2021 lalu itu.
Pada Jumat (15/1/2021) sekitar pukul 17.00 WIB, 13 kantong bagian jenazah tiba di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Temuan itu segera diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Tim Disaster Victim Identification (DVI).
”Kami beri apresiasi penghormatan kepada tim di hari ketujuh karena mampu menemukan apa yang menjadi harapan kita bersama,” kata kata Direktur Operasinal Badan SAR Nasional (Basarnas) Brigadir Jenderal (Mar) Rasman.
Meski cuaca lebih baik dari kemarin, Rasman mengatakan, tim tidak menemukan bagian jenazah atau pesawat sebanyak kemarin. Di hari ke-6 pencarian sampai pukul 20.00, tim gabungan mengumpulkan 98 kantong bagian jenazah. Selain itu, juga ada 9 kantong serpihan kecil pesawat dan 5 potongan besar badan pesawat.
Dengan demikian, Kompas mencatat, sejak hari pertama pencarian sampai Jumat sore, tim gabungan sudah mengumpulkan 33 bagian besar pesawat, 40 kantong serpihan kecil, dan 252 kantong bagian jenazah. Di antara temuan tersebut adalah salah satu bagian kotak hitam, yaitu flight data recorder (FDR) yang ditemukan 12 Januari 2021.
Sementara itu, bagian penting dari kotak hitam lainnya, yakni perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder/CVR), masih dalam pencarian. Sementara ini, Rasman mengatakan, pihaknya sudah mendengar kabar bahwa cangkang pelindung (casing) dan baterai CVR sudah ditemukan tim penyelam TNI Angkatan Laut.
Sementara itu, belum ada informasi memori CVR yang menyimpan data suara pilot, kopilot, serta ruang kemudi pesawat yang ditemukan. ”Kalau (memori) kemasukan air kemungkinan enggak bisa dibaca. KNKT bisa memastikan apa bisa dikeringkan agar bisa di-download,” ujar Rasman.
Saat diwawancarai, Rabu (13/1/2021) lalu, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, CVR penting sebagai salah satu sumber dalam menginvestigasi kecelakaan pesawat. Pasalnya, CVR merekam suara-suara di dalam kokpit yang tidak ada di Airnav Indonesia atau Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia. Komunikasi pilot dengan pengatur lalu lintas udara itu juga menjadi informasi yang diinvestigasi.
Ketika ditanya apakah penyebab kecelakaan dapat diungkap seandainya CVR tidak ditemukan, sementara FDR sudah ditemukan, Soerjanto mengatakan, pihaknya kadang-kadang menggunakan berbagai macam cara.
Dia mencontohkan, petugas KNKT akan mendengarkan berkali-kali percakapan antara pilot dan petugas di menara. ”Ketika, misalnya, di belakang suara pilot yang menjawab itu ada suara ’ting’ atau apa, kami punya contoh suara (untuk mengenali itu suara apa). Dari pabrikan, kami dikasih contoh suara,” kata Soerjanto.