Sekitar 44 Persen Kasus Terkonfirmasi Positif di NTB Tidak Diketahui Riwayat Kontaknya
›
Sekitar 44 Persen Kasus...
Iklan
Sekitar 44 Persen Kasus Terkonfirmasi Positif di NTB Tidak Diketahui Riwayat Kontaknya
Penularan Covid-19 di NTB masih terus berlangsung, termasuk lewat transmisi lokal. Dari lebih dari 6.408 kasus, sekitar 44 persen tidak diketahui riwayat kontaknya.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sebagian besar kasus Covid-19 di Nusa Tenggara Barat tidak diketahui riwayat kontaknya. Hal itu memperlihatkan transmisi atau penularan lokal di wilayah tersebut masih berlangsung. Kedisiplinan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan sangat dibutuhkan.
Hingga Jumat (15/1/2021), total konfirmasi positif Covid-19 di NTB mencapai 6.408 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 5.186 orang dinyatakan sembuh, 307 orang meninggal, dan 915 orang masih dalam perawatan.
Pasien positif yang masih dirawat tersebar di sepuluh kabupaten dan kota di NTB. Terbanyak berada di Kota Mataram, yakni 175 orang, Kabupaten Sumbawa 159 orang, Kota Bima 125 orang, dan Kabupaten Bima 115 orang.
Itu lebih berbahaya dari yang punya kluster. (Nurhandini Eka Dewi)
Sisanya berada di Dompu sebanyak 57 orang, Lombok Barat 51 orang, Lombok Timur 31 orang, Lombok Tengah 31 orang, Sumbawa Barat 12 orang, dan Lombok Utara 3 orang. Selain itu, ada 155 pasien positif dari luar NTB yang dirawat di NTB dan satu warga negara asing.
Berdasarkan catatan Kompas, kasus terkonfirmasi positif terus meningkat. Dalam lima hari terakhir, total konfirmasi positif baru di NTB mencapai 275 kasus. Bahkan, dalam sehari, yakni pada Rabu (13/1/2021), kasus baru mencapai 83 orang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi, peningkatan kasus baru di NTB tidak terlepas dari meningkatnya penelusuran riwayat kontak, terutama di kabupaten/kota di Pulau Sumbawa yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami lonjakan kasus baru.
Meski riwayat kontak bisa dilakukan, menurut Eka, berdasarkan analisis pihaknya, dari total kasus terkonfirmasi di NTB, sekitar 44 persen kasus tidak diketahui kontaknya (asal penularannya). Jika dengan total kasus terkonfirmasi positif saat ini, jumlah yang tidak diketahui kontaknya mencapai sekitar 2.500 orang.
”Itu lebih berbahaya dari yang punya kluster,” kata Eka.
Menurut Eka, kasus dengan kluster jauh lebih mudah ditelusuri riwayat kontaknya. Siapa yang harus dikejar untuk pemeriksaan. ”Misalnya kluster Gowa, kami mengetahui orang yang harus diperiksa adalah mereka yang pernah ke Gowa. Tetapi, kalau tidak diketahui kontaknya, siapa yang harus dikejar,” tutur Eka.
Transmisi lokal
Eka menyebutkan, kondisi itu memperlihatkan transmisi lokal masih terjadi di seluruh wilayah NTB. ”(Transmisi lokal) berlangsung di mana-mana, di semua level (kalangan),” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Eka, kedisiplinan semua pihak untuk menerapkan protokol kesehatan sangat penting, yakni penerapan 3M, meliputi menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak serta menghindari keramaian.
Selain itu, 3T, yakni tracing (penelusuran riwayat kontak), testing (pemeriksaan), dan treatment (perawatan), juga penting. Masyarakat diminta mendukung upaya petugas melaksanakan penelusuran riwayat kontak dengan tidak menolak pemeriksaan dan mau melaksanakan perawatan.
Berdasarkan pantauan Kompas, kepatuhan masyarakat NTB untuk menerapkan protokol kesehatan terlihat longgar, seperti di Lombok Tengah dan Lombok Barat. Tidak semua warga menggunakan masker saat berinteraksi dengan warga lain atau saat berada di luar rumah.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi NTB Tri Budi Prayitno mengakui, dalam beberapa waktu terakhir, kepatuhan masyarakat memang kendur. Itu terlihat dari meningkatnya jumlah pelanggaran protokol kesehatan.
”Dalam dua minggu terakhir, ada peningkatan pelanggaran setiap kali operasi yustisi, baik yang kami lakukan di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota,” kata Tri.
Tri memaparkan, sebelumnya rata-rata pelanggaran yang ditemukan setiap operasi yustisi digelar paling banyak 20 orang, sekarang meningkat signifikan. ”Di tingkat provinsi yang kami lakukan bersama TNI dan Polri, pelanggaran mencapai 95 orang. Sementara kemarin di Lombok Barat dalam sehari mencapai 125 orang,” ungkap Tri.
Hal itu memperlihatkan masih banyak masyarakat NTB yang mengabaikan protokol kesehatan. Ia menegaskan, penegakan protokol kesehatan melalui operasi yustisi akan terus dilakukan.