Korban Luka dan Pengungsi Gempa Sulbar Diterbangkan ke Makassar
›
Korban Luka dan Pengungsi...
Iklan
Korban Luka dan Pengungsi Gempa Sulbar Diterbangkan ke Makassar
Dua orang terluka dan puluhan penyintas gempa bumi Sulawesi Barat dievakuasi ke Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Dua orang terluka dan puluhan penyintas gempa bumi Sulawesi Barat dievakuasi ke Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mendapatkan penanganan lanjutan. Selain evakuasi, pemerintah dan personel TNI memastikan logistik bantuan terus dikirimkan, mendirikan posko darurat, serta berupaya memulihkan akses jalan.
Data yang dihimpun Kompas, dua orang terluka itu dievakuasi dengan pesawat Boeing 737 milik TNI AU, Jumat (15/1/2021) malam. Mereka terluka di kepala dan patah kaki akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Dalam pesawat yang sama, ikut serta juga 20 penyintas lainnya.
Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II Marsekal Muda Minggit Tribowo menyampaikan, dua orang terluka itu sudah mendapatkan perawatan dari tim dokter di RSAU Dody Sarjoto. Kondisi keduanya semakin membaik.
”Mereka sudah ditangani tim dokter sesaat setelah tiba. Kami juga koordinasi ke daerah terdampak untuk mendata korban yang membutuhkan penanganan segera,” kata Minggit, di Lanud Hasanuddin, Sabtu (16/1).
Menggunakan pesawat boeing 737 yang terbang dari Lanud Hasanuddin, Minggit terbang bersama Pangdam XIV Hasanuddin Mayor Jenderal Andi Sumangerukka ke Sulbar. Mereka ingin memastikan penanganan darurat terlaksana dengan baik di lapangan.
Tidak hanya itu, tutur Minggit, korban gempa Sulbar lainnya akan difasilitasi jika ingin mengungsi sementara. Pihaknya akan membuat posko di Bandar Udara Tampa Padang Mamuju.
Bantuan logistik, ia menambahkan, juga terus dikirimkan ke wilayah terdampak. Sejumlah bantuan dari berbagai pihak mengalir dan dibawa menggunakan pesawat ke Mamuju untuk disalurkan.
Pada Sabtu pagi, logistik kembali dikirimkan ke Sulbar. Menggunakan pesawat Hercules, bantuan seberat 3 ton dibawa menuju Mamuju. Logistik ini merupakan bantuan dari berbagai pihak, seperti Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Yayasan Hadji Kalla, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Makassar.
Terkait operasi di lapangan, terang Minggit, sebelumnya terkendala dengan telekomunikasi yang sempat terganggu. Menara komunikasi di Bandar Udara Tampa Padang Mamuju retak akibat guncangan gempa. Namun, setelah diperbaiki, gangguan itu bisa diatasi.
Selain itu, cuaca selama dua hari terakhir juga menjadi kendala karena hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terus turun. Hal ini cukup menganggu penerbangan dan operasi di lapangan. ”Kita berupaya dan berusaha menangani persoalan di lapangan. Hari ini, kami kembali mengirimkan logistik serta menurunkan personel untuk penanganan dampak gempa,” ujarnya.
Mayor Jenderal Andi Sumangerukka mengatakan, selain evakuasi, saat ini pihaknya fokus membuat posko kesehatan, dapur umum, dan rehabilitasi akses. Hal ini menjadi penting mengingat banyak korban yang membutuhkan penanganan dan membuat jalur distribusi terbuka.
”Posko kesehatan dan dapur umum segera dibuat hari ini. Nanti, kami upayakan tetap dengan protokol kesehatan, ada kluster dan jalur-jalur bagi korban,” ucapnya.
Selain itu, ia menambahkan, satu kompi Zipur telah turun ke Majene untuk membuka akses jalan yang terputus. Dampak gempa mengakibatkan longsor di beberapa titik dan rusaknya jembatan. Personel mengupayakan jalan segera terbuka lagi hingga memasang jembatan bailey di lokasi yang membutuhkan.
Hal tersebut penting dilakukan agar jalur distribusi bantuan serta evakuasi korban bisa dengan lancar dilakukan. Termasuk, di antaranya segera membawa korban luka ke lokasi penanganan kesehatan.
Gempa bermagnitudo 6,2 melanda Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/1) pukul 02.28 WITA. Gempa ini menimbulkan kerusakan bangunan, termasuk Kantor Gubernur Sulawesi Barat, jalan yang terputus, dan puluhan korban jiwa. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan, total korban meninggal hingga Sabtu pagi mencapai 42 orang. Ribuan orang lainnya terdampak.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini berpusat sekitar 6 kilometer timur laut kota Majene. Gempa ini tergolong sangat dangkal dengan titik gempa di kedalaman 10 kilometer.
Dampak gempa, menurut analisis BMKG, menunjukkan guncangan dengan skala IV-V MMI (modified mercalli intensity) di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah, dan II MMI di Makassar, Sulawesi Selatan. Skala V MMI menunjukkan getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, banyak orang terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, dan bandul lonceng dapat berhenti.