Membangun Ketahanan Bangsa lewat Kemandirian Bidang Kesehatan
›
Membangun Ketahanan Bangsa...
Iklan
Membangun Ketahanan Bangsa lewat Kemandirian Bidang Kesehatan
Akses serta ketersediaan obat dan vaksin yang aman, bermutu, juga terjangkau sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, terutama di masa pandemi. Kerja sama dan kolaborasi perlu diperkuat untuk mengatasi itu.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak ada negara yang siap menghadapi pandemi Covid-19, termasuk Indonesia. Meski begitu, kondisi ini perlu dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperkuat ketahanan bangsa di bidang kesehatan yang salah satunya terkait dengan vaksin.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan, ketahanan kesehatan, khususnya dalam hal kemandirian obat dan vaksin, sangat dibutuhkan. Indonesia harus bersiap menghadapi kemungkinan adanya pandemi yang berulang di masa depan.
Diharapkan, tidak ada ego sektoral untuk mendukung pengembangan percepatan kemandirian industri farmasi yang memproduksi obat dan makanan. Kita sekarang ini hanya memiliki satu industri farmasi yang memproduksi vaksin, yakni Bio Farma. Kerja sama dari semua pihak betul-betul dibutuhkan untuk mendukung itu. (Penny K Lukito)
”Diharapkan, tidak ada ego sektoral untuk mendukung pengembangan percepatan kemandirian industri farmasi yang memproduksi obat dan makanan. Kita sekarang ini hanya memiliki satu industri farmasi yang memproduksi vaksin, yakni Bio Farma. Kerja sama dari semua pihak betul-betul dibutuhkan untuk mendukung itu,” katanya dalam webinar terbuka dari Ikatan Alumni ITB yang diikuti dari Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
Menurut Penny, potensi industri farmasi di Indonesia sudah sangat baik. Namun, berbagai pendampingan dan dukungan masih diperlukan. Itu berupa fasilitas dan regulasi dari pemerintah, penyiapan sumber daya manusia, serta penguatan kerja sama antarlembaga penelitian di perguruan tinggi dan industri.
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Henesti Basyir menyampaikan, peningkatan kapasitas produksi vaksin semakin mendesak selama pandemi. Dengan jumlah penduduk yang besar dan daerah yang luas, kebutuhan pasokan vaksin juga tinggi. Untuk vaksin Covid-19 saja, Indonesia butuh sekitar 362 juta dosis untuk diberikan ke 181 juta penduduk.
Saat ini, kapasitas Bio Farma untuk memproduksi vaksin sekitar 250 juta dosis per tahun. Kapasitas ini sudah ditambah dengan menyiapkan dua fasilitas produksi. Salah satunya telah mendapatkan izin cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dari BPOM sehingga kapasitas produksi bisa ditambah 100 juta dosis per tahun. Akan tetapi, kapasitas ini masih harus ditambah karena kebutuhan vaksin rutin selain Covid-19 juga harus terus diproduksi.
”Epidemiolog menyampaikan pandemi ini kita tidak tahu kapan akan terjadi lagi. Oleh karena itu, kita semua perlu berkontribusi bersama dalam melakukan persiapan untuk jangka panjang. Kita juga perlu terus mengembangkan berbagai jenis vaksin lain, selain untuk Covid-19 yang disiapkan jika terjadi kejadian luar biasa lainnya,” tuturnya.
Vaksin Covid-19
Penny menuturkan, kapasitas tempat penyimpanan vaksin di seluruh wilayah Indonesia juga menjadi perhatian khusus yang sampai saat ini masih menjadi persoalan. Vaksin harus disimpan di tempat khusus dengan suhu tertentu untuk menjaga mutu dan kualitasnya. Untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac, yang mulai didistribusikan, memerlukan suhu penyimpanan 2-8 derajat celsius.
Karena itu, pemantauan pada tempat penyimpanan vaksin terus dilakukan. BPOM pun turut mengawasi dan memastikan mutu vaksin tetap terjaga, mulai dari proses distribusi dari gudang perusahaan vaksin menuju ke dinas provinsi kemudian dinas kabupaten/kota, sampai akhirnya disuntikkan ke masyarakat.
”Vaksin ini bisa bertahan di luar suhu yang ditentukan sekitar 28 hari. Namun, kualitasnya akan terus menurun sehingga perlu dipastikan vaksin tetap disimpan di suhu 2-8 derajat celsius. Untuk mengantisipasinya, PT Bio Farma telah membuat inovasi teknologi yang bisa memantau pergerakan distribusi vaksin sampai ke provinsi,” kata Penny.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menambahkan, beberapa kota besar memang tidak terkendala pada akses tempat penyimpanan vaksin dengan suhu tertentu. Namun, sejumlah daerah lain masih perlu penguatan karena jumlah vaksin yang harus diberikan ke masyarakat sekarang meningkat sampai lima kali lipat dari sebelumnya yang digunakan dalam vaksin program untuk bayi dan anak balita.
”Infrastruktur distribusi vaksin terus ditingkatkan, tetapi memang ada daerah yang tidak mungkin dilakukan dengan cepat. Akhirnya, kami sementara berupaya melakukan kerja sama bersama perusahaan yang memiliki kapastias untuk logisitik sampai ke daerah,” ujarnya.