Perbaiki Komunikasi Program Vaksinasi dalam Penanganan Pandemi
›
Perbaiki Komunikasi Program...
Iklan
Perbaiki Komunikasi Program Vaksinasi dalam Penanganan Pandemi
Sosialisasi mengenai pentingnya vaksinasi Covid-19 perlu dibarengi dengan edukasi terkait penerapan protokol kesehatan. Hal itu perlu dilakukan karena vaksin bukan satu-satunya cara menghadapi pandemi penyakit itu.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Strategi komunikasi dalam penanganan pandemi perlu diperbaiki untuk membangun kesadaran dan pemahaman yang benar di masyarakat terkait penularan Covid-19. Sosialisasi mengenai program vaksinasi perlu diiringi dengan pentingnya protokol kesehatan.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Imran Agus Nurali mengatakan, pesan kunci yang perlu lebih banyak dimunculkan dalam strategi komunikasi terkait penanganan pandemi adalah pentingnya tetap melakukan perilaku 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) termasuk ketika sudah ada vaksin. Selain itu, pesan lain yaitu terkait informasi keamanan dan efektivitas dari vaksin.
“Stategi komunikasi dalam vaksinasi Covid-19 bertujuanuntuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin. Strategi ini juga untuk mendorong penerimaan vaksinasi bagi kelompok sasaran. Namun, hal yang tidak kalah penting untuk meningkatkan kepatuhan untuk menjalankan perilaku kunci pencegan Covid-19,” katanya di Jakarta, Jumat (15/1/2021).
Mengutip data Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP)Indonesia, Imran menyampaikan, perilaku kunci masyarakat dalam pencegahan Covid-19 cenderung menurun.
Untuk perilaku memakai masker, pada Juli 2020 tercatat sebesar 86 persen kemudian masih 86 persen pada Oktober 2020. Sementara, mencuci tangan memakai sabun dari 83 persen menjadi 81 persen dann menjaga jarak dari 72 persen menjadi 70 persen.
Menurut data terbaru, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan sebesar 72 persen menggunakan masker 71 persen, dan menjaga jarak 47 persen. “Sedangkan masyarakat yang melakukan ketiga perilaku kunci tersebut secara bersamaan hanya 32 persen. Karena itu, strategi komunikasi terkait penanganan pandemi perlu diperkuat,” tuturnya.
Stategi komunikasi dalam vaksinasi Covid-19 bertujuanuntuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin. Strategi ini juga untuk mendorong penerimaan vaksinasi bagi kelompok sasaran.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksinasi hanya salah satu cara untuk mengendalikan penularan Covid-19. Hal lain yang tidak kalah penting adalah penerapan 3M dan 3T (testing, tracing, dan treatment). Tiga hal itu harus berjalan seiringan agar pandemi bisa teratasi.
Memahami cara penularan
Menurut dia, masyarakat perlu mengetahui dan memahami cara penularan Covid-19 agar lebih sadar dalam melakukan protokol kesehatan 3M. Penggunaan masker diperlukan karena virus penyebab Covid-19 bisa ditularkan melalui droplet atau percikan dari saluran napas melalui batuk, bersin, dan bicara.
Penularan juga bisa terjadi karena kontak dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi yang kemudian tangan yang terkontaminasi itu menyentuh mulut, hidung, dan mata. Inilah mengapa mencuci tangan juga sangat diperlukan.
Nadia menambahkan, penularan Covid-19 juga akibat dari transmisi airborne lewat udara. Transmisi ini sangat mungkin terjadi di tempat umum, terutama pada kondisi padat, tertutup, dan berventilasi buruk. Menjaga jarak serta menjahui kerumuman pun menjadi penting.
“ Di lain sisi, pemerintah berupaya melindungi masyarakat melalui vaksinasi. Itu penting u ntuk meproteksi secara spesifik individu yang diimunisasi, membentuk kekebalan kelompok, dan memproteksi litnas kelompok. Targetnya ada 181 juta penduduk yang akan divaksinasi,” ujarnya.
Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, Dirga Sakti Rambe menuturkan, keamanan vaksin buatan Sinovac yang saat ini diberikan ke tenaga kesehatan sudah terjamin mutu, keamanan, dan khasiatnya. Keamanan vaksin diawasi dan dilaporkan oleh berbagai lembaga yang berwenang secara berkelanjutan.
Terkait dengan tingkat efikasi vaksin ini yang sebesar 65,3 persen, ia menuturkan, masyarakat perlu memahami arti dari angka tersebut. Angka ini mengartikan bahwa orang yang divaksinasi memiliki risiko hampir tiga kali lebih rendah untuk mengalami Covid-19 dibanding orang yang tidak divaksinasi. Besaran 65,3 persen bukan diartikan bahwa 34,7 persen penduduk tak terlindungi.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menambahkan, Presiden Joko Widodo telah mengamanatkan lima instruksi untuk program vaksinasi Covid-19. Itu meliputi vaksin Covid-19 diberikan secara gratis, seluruh jajaran kabinet, kementerian/ lembaga, dan pemerintah daerah memprioritakan program vaksinasi, mengutamakan anggaran untuk ketersediaan vaksin, presiden akan divaksinasi pertama untuk memberikan kepercayaan masyarakat, serta meminta masyarakat untuk terus displin 3M.
Imran menambahkan, beberapa strategi komunikasi juga perlu dilakukan dalam promosi vaksin kepada masyarakat. Komunikasi sebaiknya secara segmentasi termasuk menyiapkan strategi khusus pada populasi khusus. Promosi juga fokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksin. Regulasi juga didorong bagi yang menolak vaksin.
“Kualitas akses dan kemudahan dalam mendapatkan vaksin perlu diperhatikan. Selain itu, informasi dan edukasi harus terus menerus dilakukan secara berkelanjutan. Kemudian, pemantauan dan evaluasi juga dijalankan sampai program bisa berdampak pada penurunan tingkat infeksi dan kematian akibat Covid-19,” katanya.
Laporan harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 15 Januari 2021 menyebutkan, kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah sebanyak 12.818 kasus dengan 238 kematian. Penambahan kasus baru ini kembali menjadi rekor peningkatan kasus di Indonesia. Adapun jumlah kasus aktif yang masih dirawat ataupun disolasi sebanyak 138.238 orang.