Keamanan Seantero AS Diperketat Jelang Pelantikan Biden
›
Keamanan Seantero AS...
Iklan
Keamanan Seantero AS Diperketat Jelang Pelantikan Biden
FBI mencium indikasi kelompok yang ingin memanfaatkan demo massa pendukung Presiden AS Donald Trump jelang pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS. Pemerintah negara bagian memilih memperketat keamanan wilayahnya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Para pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersiap untuk menyambangi gedung-gedung milik pemerintah federal AS jelang pelantikan presiden terpilih AS, Joe Biden, Rabu (20/1/2021), termasuk ke ibu kota Washington DC. Kedatangan para pendukung Trump ke gedung pemerintah federal dikhawatirkan bersamaan dengan pergerakan kelompok ekstremis yang akan turun ke Washington dan kota-kota besar lain di AS.
Biro Investigasi Federal (FBI) melaporkan adanya kemungkinan protes bersenjata di Gedung Capitol, lokasi pelantikan dan pengambilan sumpah Biden.
National Park Services, lembaga federal yang bertugas mengelola taman nasional, monumen nasional, serta properti bersejarah lainnya, sejauh ini telah menerima pemberitahuan rencana demonstrasi dari lima kelompok. Salah satunya kelompok yang menamakan diri ”Biarkan Amerika Mendengar Kita, Mari Mengaum untuk Trump”.
Departemen Dalam Negeri telah meminta Pemerintah Negara Bagian Washington dan Wali Kota Washington untuk tidak memberikan izin demonstrasi dalam bentuk apa pun setelah kejadian penyerbuan dan pendudukan Gedung Capitol, Rabu (6/1/2021). Larangan ini terkait dengan kemunculan berbagai pesan melalui media sosial yang berisi ajakan bagi warga untuk turun ke jalan, menolak pelantikan Biden, dan terus menyuarakan kecurangan pemilihan presiden November 2020.
Laporan FBI tentang adanya kemungkinan demonstrasi bersenjata membuat belasan pemerintah negara bagian mengaktifkan Garda Nasional untuk membantu mengamankan gedung-gedung federal mereka. Demonstrasi yang berlangsung Minggu (17/1/2021) waktu setempat atau Senin (18/1/2021) waktu Indonesia, menurut beberapa pejabat keamanan, sebagai ajang pemanasan jelang pelantikan, seperti halnya ketika aksi Rabu pekan lalu yang digalang salah satu kelompok sayap kanan antipemerintah Boogaloo, yang berencana serentak mengadakan demonstasi di 50 negara bagian.
Kota Washington DC, menurut laporan, nyaris sepi. Jalan-jalan dekat Gedung Capitol ditutup. Anggota Garda Nasional hampir berada di seluruh sudut kota. Total, untuk mengamankan Washington DC, Garda Nasional menurunkan sekitar 25.000 anggotanya, yang akan tiba pada Senin (18/1/2021).
Di Connecticut, pemerintah negara bagian telah menurunkan Garda Nasional untuk mengamankan aksi yang menurut rencana akan diikuti oleh 2.000 pendukung Trump di Hartford, Minggu. Juru bicara Polisi Negara Bagian Connecticut, Pedro Muniz, mengatakan, pihaknya bersiap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya sesuatu. Dia menegaskan, otoritas keamanan tidak akan menoleransi tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun.
Sementara di Texas, Direktur Departemen Keamanan Publik Texas Steve McCraw menyatakan, pihaknya telah mendapat laporan adanya kemungkinan protes bersenjata di gedung parlemen negara bagian, termasuk laporan adanya kelompok ekstremis yang mencoba mengeksploitasi aksi. McCraw menyebutkan, ratusan aparat keamanan yang dilengkapi perlengkapan antihuru-hara akan berjaga-jaga di sekitar gedung parlemen negara bagian itu.
Pengamanan ketat di setiap negara bagian tidak terlepas dari beberapa peristiwa yang terjadi di AS, termasuk penyerbuan Gedung Capitol di Washington dan unjuk rasa Black Lives Matter terkait kematian George Floyd di Minneapolis, Minnessota, serta penolakan kebijakan karantina atau penguncian pandemi Covid-19. Musim semi lalu, di Michigan, warga bersenjata memasuki gedung parlemen Michigan, menolak kebijakan penguncian wilayah. Kondisi yang sama terjadi di Oregon ketika warga menolak kebijakan penguncian wilayah sebagai tindakan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19.
Potensi kekerasan
Peringatan FBI tentang adanya potensi kekerasan selama tiga hari ke depan, jelang pelantikan Biden, membuat sejumlah milisi memutuskan menahan diri untuk tidak menghadiri demonstrasi bersenjata yang akan berlangsung di Richmond, Virginia, Senin (18/1/2021). Para pemimpin kelompok milisi telah memberi tahu anggota dan simpatisannya untuk tetap tinggal di rumah sepanjang akhir pekan ini. Alasannya adalah risiko keamanan, terutama soal penegakan hukum.
Bob Gardner, pemimpin Pennsylvania Lightfoot Militia, menyatakan, kelompoknya tidak berencana berada di Harrisburg akhir pekan ini. ”Kami memiliki komunitas kami sendiri yang perlu dikhawatirkan. Kami tidak terlibat dalam politik,” kata Gardner.
Sementara itu, FBI menangkap seorang tokoh media sayap kanan Tim Gionet, Jumat (15/1/2021), di Houston, Texas. Dia diduga berpartisipasi dalam penyerbuan ke Gedung Capitol. Gionet, yang pernah bekerja pada perusahaan media BuzzFeed, melakukan siaran langsung aksi tersebut dengan menggunakan layanan Dlive.
Dalam rekaman video siaran langsung tersebut, Gionet juga menyatakan bahwa aksi mereka hari itu bukanlah aksi terakhir. ”Kami berada di Gedung Capitol. 1776 akan dimulai lagi. America First tidak bisa dihindari,” katanya dalam rekaman video itu.
FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan Pusat Kontraterorisme Nasional dalam Buletin Intelijen Bersama memperingatkan, keberhasilan massa menyerbu dan menduduki Gedung Capitol bisa menjadi tambahan motivasi kelompok ekstremis domestik dan mendorong mereka untuk terus melakukan kekerasan. Tiga lembaga itu memperingatkan, narasi palsu tentang kecurangan pemilu akan menjadi katalis bagi aksi-aksi kelompok itu selanjutnya. Termasuk di dalamnya adalah potensi kekerasan yang terkait dengan isu supremasi kulit putih.
Empat komite kongres AS dari Partai Demokrat telah mengirim surat kepada FBI dan otoritas keamanan serta intelijen untuk memperoleh kejelasan apakah ada campur tangan asing dalam berbagai peristiwa politik beberapa pekan terakhir atau sebaliknya. (AP/REUTERS)