Hujan kembali mengguyur Manado untuk hari ketiga. Enam orang tewas akibat longsor. Manado masih Siaga bencana.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Hujan kembali mengguyur Manado, Sulawesi Utara, untuk hari ketiga secara berturut, Minggu (17/1/2021), tetapi dengan intensitas yang lebih kecil. Sejauh ini, enam orang meninggal akibat tanah longsor. Kerusakan akibat banjir, pohon tumbang, dan angin puting beliung belum diketahui.
Korban tewas terakhir yang ditemukan tim Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) adalah Hasan, warga indekos di Kelurahan Malalayang Satu Barat. Ia tewas tertimbun longsoran tanah yang juga menghancurkan tanggul yang semestinya menahannya.
Kepala Kantor Basarnas Manado Suhri Sinaga mengatakan, korban ditemukan sekitar pukul 09.15 Wita setelah pencarian malam sebelumnya dihentikan akibat hujan tak kunjung reda. Dua ekskavator dikerahkan untuk menggali reruntuhan demi menemukan jasad Hasan.
Menurut Suhri, pencarian sempat terhambat karena operator ekskavator dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut terlambat datang dari jadwal pukul 06.30 Wita yang telah disepakati. Tim SAR beranggotakan 22 orang pun terpaksa bekerja manual dengan alat seadanya.
”Korban sudah dibawa ke RS Bhayangkara Manado sesuai permintaan keluarga. Karena semua korban tertimbun yang dilaporkan sudah ditemukan, operasi pencarian kami tutup,” kata Suhri.
Sehari sebelumnya, seorang korban tewas, Meini Pondaag, sudah ditemukan di lokasi yang sama. Tanggul beton penahan tebing di belakang rumah mereka runtuh dan menghancurkan bagian belakang rumah sekaligus tempat indekos itu. Tanggul tersebut baru berusia sekitar sebulan setelah selesai dibangun dengan dana APBD Manado Rp 390,4 juta selama September hingga Desember 2020.
Temmy Sarundajang (61), warga yang tinggal sekitar 100 meter dari lokasi longsor, mengatakan, bencana justru terjadi setelah tanggul dibangun. Tinggal di sana sejak 1991, ia tidak pernah mengalami longsor besar.
Menurut Temmy, warga mempermasalahkan konstruksi tanggul setinggi 12 meter itu yang berdiri tegak lurus, tidak bersandar ke tebing. Kedalaman fondasi diduga kurang, sedangkan tak ada penyangga yang menahannya. ”Ada yang pernah naik ke atas, ternyata sudah banyak retak. Ada celah juga antara tebing dan tanggul,” katanya.
Temmy, yang terakhir menjabat Kepala Lingkungan II Malalayang Satu Barat lima tahun lalu mengaku sudah menyarankan pembangunan tanggul sepanjang 85 meter tahun lalu. Sebab, meski tak pernah longsor, risiko tetap ada. ”Tetapi tidak pernah dianggarkan. Yang sekarang ada panjangnya cuma dua kavling rumah, mungkin 30 meter. Konstruksinya juga kurang bagus. Kontraktor harus tanggung jawab," katanya.
Total korban longsor di Manado enam orang. Satu korban tewas di Kelurahan Paal IV adalah Ajun Inspektur Satu Kifni Kawulur (48). Tiga lainnya di Kelurahan Perkamil, yaitu Fany Poluan (50), Arni Laurens (44), dan Chelsea (8).
Pemkot masih mendata jumlah rumah terdampak dan berapa keluarga yang memerlukan bantuan.
Wali Kota Manado Vicky Lumentut turut melepas jenazah almarhumah Meini, guru di Manado, yang akan dimakamkan di Motoling, Minahasa Selatan. Jenazah Hasan, kata dia, nantinya akan dikebumikan di Inobonto, Bolaang Mongondow.
Menurut Vicky, hujan lebat yang diiringi angin kencang di Manado menyebabkan pula banjir, pohon tumbang, dan angin puting beliung. Pemkot masih mendata jumlah rumah terdampak dan berapa keluarga yang memerlukan bantuan. ”Datanya masih kami inventarisasi,” katanya.
Beberapa posko siaga bencana sudah didirikan oleh BPBD Manado, Basarnas, Polres Manado, serta jajaran TNI. ”Ada posko yang kami bangun di sekitar daerah aliran Sungai Tondano untuk mengontrol tinggi air. Posko lainnya kami dirikan di Manado bagian utara,” ujar Vicky.
Vicky juga mengimbau warga untuk menghindari bermukim di area rawan longsor dan banjir. Pada saat yang sama, rencana tata ruang wilayah kota akan diperbaiki.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Manado Stany Lonteng mengatakan, jumlah rumah terdampak belum diketahui. BPBD masih berupaya membagikan bantuan ke warga yang membutuhkan.
Hingga Minggu siang, BPBD Manado mencatat longsor terjadi di Kelurahan Perkamil, Paal IV, Malalayang Satu Barat, Ranotana Weru, dan Tikala Baru. Adapun banjir tersebar di sejumlah wilayah, terutama Manado bagian utara. Kecamatan seperti Tuminting, Singkil, dan Bunaken, ataupun pusat kota Manado, seperti Tikala, Wanea, dan Sario, juga tergenang banjir.
”Tinggi air beragam, dari 10 sentimeter (cm) sampai 50 cm. Jalan Trans-Sulawesi (yang menghubungkan Manado dengan Minahasa) juga terendam karena laut pasang. Kegiatan masyarakat di pelabuhan juga terhenti karena gelombang besar. Ada perahu yang sampai terbalik,” kata Stany.
Kepala BPBD Sulut Joy Oroh mengatakan, belum ada laporan bencana di luar Manado. Semua upaya penyaluran bantuan, mulai dari bahan makanan, pakaian, hingga air bersih, masih terpusat di Manado. Namun, belum ada laporan pembukaan tempat evakuasi.
”Warga di daerah rawan longsor dan banjir harus siaga evakuasi mandiri. Bisa menuju rumah saudara yang paling dekat dan aman. Apalagi, Sulut sudah berstatus Siaga bencana sejak 21 Desember 2020,” ujar Joy.
Hingga Minggu siang, hujan berintensitas sedang masih turun disertai angin kencang. BMKG memprediksi hujan akan turun sepanjang hari di seluruh Sulut. Curah hujan sehari sebelumnya mencapai 88 milimeter per hari. Namun, hujan akan mereda mulai Senin (18/1) dan dua hari berikutnya.