Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Hujan Merapi Dipastikan Siap
›
Sistem Peringatan Dini Banjir ...
Iklan
Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Hujan Merapi Dipastikan Siap
BPBD Sleman memastikan kesiapan sistem peringatan dini banjir lahar hujan di lereng Merapi, Kabupaten Sleman, DIY. Ancaman bahaya berupa banjir lahar hujan muncul seiring berlangsungnya musim hujan di daerah itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman memastikan kesiapan sistem peringatan dini banjir lahar hujan di lereng Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ancaman bahaya berupa banjir lahar hujan muncul seiring berlangsungnya musim hujan di daerah tersebut. Kesiapsiagaan masyarakat terus ditingkatkan.
”Itu EWS (sistem peringatan dini) yang kami siapkan untuk mengatasi ancaman banjir lahar, khususnya dengan curah hujan tinggi di puncak yang memungkinkan turunnya material, kami sudah siap,” kata Kepala Seksi Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Lelono, Minggu (17/1/2021).
Joko menjelaskan, kesiapan sistem peringatan dini itu menyikapi banyaknya material akibat aktivitas vulkanik di kawasan puncak Gunung Merapi. Dikhawatirkan, jika terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi, material hasil guguran dapat ikut terbawa aliran hujan. Arah alirannya menuju ke sungai-sungai di lereng gunung tersebut.
Lebih lanjut, Joko menyampaikan, peralatan sistem peringatan dini itu dipasang berada di sepanjang Sungai Krasak dan Sungai Boyong di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengawasan kondisi sungai dilakukan dengan bantuan dari komunitas pemantau sungai. Para pemantau itu akan melaporkan ke BPBD Sleman apabila hujan deras ikut membawa material dan mengancam keselamatan warga.
”Untuk pembunyian (alarm EWS), bisa dilakukan dari jarak jauh menggunakan aplikasi khusus. Namun, pembunyian itu menunggu perintah Kepala Pelaksana BPBD Sleman. Kalau ancamannya sudah mendesak, akan diambil pula kebijakan untuk pengungsian warga terdampak,” kata Joko.
Joko menyatakan, saat ini material vulkanik yang terbawa lahar hujan masih berada dalam radius 3 kilometer dari puncak. Ia menambahkan, material tersebut memang sudah mulai memasuki Sungai Krasak. Namun, jumlahnya belum signifikan sehingga penduduk di sekitar lereng masih dalam kondisi aman.
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengubah rekomendasi ancaman bahaya erupsi Merapi berupa guguran lava dan awan panas ke sektor selatan-barat daya yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. BPPTKG juga mengingatkan ancaman lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif bisa menjangkau area 3 kilometer dari puncak gunung tersebut (Kompas, 16/1/2021).
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan menyampaikan, dengan perubahan rekomendasi itu, dipastikan sudah tidak ada warga yang tinggal dalam radius 5 kilometer di sisi barat daya Merapi. Permukiman penduduk berada dalam radius aman. Untuk itu, pihaknya belum akan mengungsikan warga kelompok rentan di wilayah tersebut.
Pembunyian menunggu perintah Kepala Pelaksana BPBD Sleman. Kalau ancamannya sudah mendesak, akan diambil pula kebijakan untuk pengungsian warga terdampak.
”Kalau menurunkan (warga) belum. Jaraknya masih lebih dari 5 kilometer. Hanya saja, kami terus meningkatkan kewaspadaan warga yang berada di sisi selatan dan barat daya,” kata Makwan.
Di sisi barat daya Merapi, di Kabupaten Sleman, ada sejumlah dusun yang letaknya paling dekat dengan puncak Merapi. Sejumlah daerah itu, antara lain, adalah Dusun Ngandong, Dusun Tritis, dan Dusun Sidorejo di Desa Girikerto; Dusun Tunggularum di Desa Wonokerto; dan Dusun Turgo di Desa Purwobinangun. Adapun Desa Girikerto dan Wonokerto berada di Kecamatan Turi, sedangkan Desa Purwobinangun berada di Kecamatan Pakem.
Dusun Ngandong, Tritis, dan Sidorejo berjarak lebih kurang 6 kilometer dari Puncak Merapi. Adapun Dusun Tunggularum berjarak lebih kurang 7,5 kilometer dari puncak Merapi. Dusun-dusun tersebut dilalui Kali Krasak. Sementara itu, Dusun Turgo yang berjarak sekitar 6 kilometer dari puncak Merapi dilalui Kali Boyong.
Makwan menyatakan, barak-barak yang tersedia di setiap desa sudah siap digunakan. Sedikitnya ada tiga barak yang disediakan oleh setiap desa. Barak-barak itu juga sudah dilengkapi penyekatan untuk penerapan protokol kesehatan.
”Untuk menurunkan pengungsi sekarang, ada banyak pertimbangannya. Kalau nanti diturunkan, ada ancaman penularan Covid-19. Karena, dusun-dusun mereka sebenarnya masih belum ada penularan. Tetapi, nanti jika rekomendasi skala ancamannya diperluas, warga akan segera dipindahkan ke pengungsian. Terlebih jika ada peningkatan status,” kata Makwan.